Chapter 6

567 53 3
                                    

" Imut "
Batin Vano

Selang beberapa detik.

" Mm k kak? "

Vano tersadar dan mengerjapkan matanya, kemudian mengalihkan pandangan nya kearah lain.

Faris mengernyitkan dahi melihat bingung seseorang dihadapan nya.

" I ini uang nya kak "
Vano mengambil cepat uang dari tangan Faris.
Tanpa menatap nya

" Faris baru bisa bayar segitu, sisanya bakal Faris lunasin Minggu depan "

Vano tak kunjung menjawab, dirinya hanya fokus pada earphone yang baru ia pasang di kedua telinga nya.

" Yaudah Faris pergi dulu, makasih kak "
Faris melangkah pergi dari sana.

Sepeninggal Faris, Vano melepas earphone dari telinganya, beralih menatap punggung Faris yang kian menjauh, kemudian ia tersenyum miring dan memasang earphone nya kembali.



         

                             ______





" Oke semua nya, kita akan mengulang materi fisika yang pertama kali kita pelajari "
seorang guru berseragam cokelat berdiri tegak di hadapan semua murid.

" Ada yang masih ingat siapa pencetus atau nama dari bapak fisika? "

Seisi kelas terdiam ketakutan, sebagian dari mereka bersembunyi di balik badan orang yang duduk di depan mereka, tak sedikit pula yang berakting berfikir, sok mencari jawaban.

" Saya pak "
sisi kelas mengalihkan pandangan.

" Ya, Faris silahkan di jawab "

" Nama pencetus  atau bapak fisika adalah Galelio Galeli "

" Tepat sekali, saya tambahkan nilai kamu "

" YESS "
Faris berseru senang sambil melentangkan satu tangannya

" Pertanyaan selanjutnya, sebutkan salah satu dari dasar dasar Fisika?! "

Sama seperti tadi, sisi kelas mulai berakting sok sibuk mencari jawaban, padahal yang mereka lakukan hanyalah membolak balikan buku kosong dimeja nya, maklum, masuk sekolah lewat jalur duit orang tua, yang ada di otak mereka hanyalah uang, barang brended, dan popularitas,
miris...

" Saya pak "
lagi lagi seseorang mengangkat tinggi tangannya.

" Salah satu dari dasar dasar fisika adalah hipotesis "

" Yaps, kamu tepat sekali Faris "

ya, orang yang menjawab lagi lagi adalah Faris,

Faris tersenyum kembali ketika dirinya berhasil menjawab pertanyaan sang guru.

Seisi kelas langsung menatap tajam kearah Faris, tak sedikit pula yang terang terangan membicarakan nya, tapi Faris mencoba untuk mengabaikan hal itu, karena ia bersekolah untuk mencari ilmu bukan mencari musuh, apalagi mengais kepopuleran.

1 jam berlalu, seisi kelas bernafas lega, karena akhirnya pelajaran berumus yang menghantam otak mereka sudah berkahir.

" Oke, anak anak, sekian dari saya, selamat siang "

" SIANG PAK "
kompak mereka.

" Untuk Faris, jam istirahat ke 2, saya perintahkan datang keruangan saya "

Mendengar namanya di panggil, Faris menoleh dengan cepat
" si siap pak "







                               _______







RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang