Chapter 3

595 56 1
                                    




" 10 ribu, tempe, pisang, tahu, nak "

"  siap yahh "

Dengan cepat, Faris melayani para pembeli, tangan nya gesit memainkan pencapit besi dan memasuk kan beberapa makanan jualan nya kedalam plastik putih.

Faris menyeka keringat yang mengalir di pelipis, sesekali juga menghembuskan nafas lelah nya, tetapi, rasa lelah itu tidak ia turuti , melihat para pembeli yang semakin ramai, membuat nya semakin semangat.

Para pembeli yang mengeluh meminta giliran membuat Faris semakin cepat tak kenal henti.

" sabar ya om "
" semua nya bakal Faris layani kok "
Faris tersenyum ramah

Para pembeli yang mengerumuni omset mereka sudah berlalu, waktunya mereka untuk istirahat sejenak di tengah tengah kesibukan.

Faris menduduki dirinya di samping ayah nya, menunggu calon pembeli berikutnya, yang akan memborong habis dagangan nya, Faris tersenyum senang melihat gorengan yang hampir ludes terjual, ada kepuasan tersendiri berkat kerja keras nya.

" kamu nggak tidur nak? "
tanya ayahnya dengan lembut.

Faris hanya menggeleng.

" kamu capek? "

" engga kok yah "
jawab Faris cepat.

Melihat wajah Faris yang tampak kelelahan membuat ayahnya tak tega sendiri.

" ayah tau kamu kepikiran dengan masalah yang sedang kita hadapi, tetapi semua itu jangan kamu jadikan beban, nanti, itu akan berpengaruh sama kesehatan kamu
Ini tugas ayah nak, memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua,
Lagian gorengan tinggal sedikit lagi
Kamu tidur gih, jangan sampe kami telat besok ke sekolah "

Faris mengangguk seraya tersenyum, sebenarnya dirinya sangat lelah, tetapi mengingat masalah nya yang harus mengganti rugi membuat nya harus bekerja lebih keras lagi, karena ia tidak ingin masalah yang ia timbul kan terlalu membebani ayahnya.

" tapi ayah gaboleh pulang terlalu malem "

" iya iya, sana gih tidur "

Faris menghembuskan nafas berat nya dan mulai melangkah, berjalan menuju rumah.

Jarak antara omset dan rumah nya tidak lah jauh, hanya berjarak beberapa meter di tepi jalan.

Sepanjang jalan, Faris mengayuhkan kedua tangan nya, merasakan dinginnya angin malam yang menusuk kulit putih nya.

Faris mendongak keatas, menatap gelap nya langit malam yang di penuhi bintang bintang.

" bunda adalah salah satu dari banyak nya bintang bintang "
seketika Faris tersenyum.

' ceklek '
Faris membuka pintu kayu nya
melangkah memasuki rumah berdiameter kecil itu.

Walaupun hanya tinggal di rumah papan yang kecil, semua itu tidak mengurangi rasa syukur nya, memiliki tempat teduh dari panas dan hujan, karena di luar sana ada banyak orang yang tidak seberuntung dirinya.

rumah kecil yang ia pijaki saat ini, adalah saksi akan kehidupan nya, dari senang bahkan susah, kerja keras dan istirahat, momen indah bersama mendiang sang bunda yang masih terasa, bahkan ketika Faris masih merasakan memiliki keluarga kecil yang lengkap dan bahagia, semua nya masih tersimpan di dalam rumah kayu itu.

Faris keluar dari kamar mandi, memasuki bilik kamar, kemudian membaringkan tubuh kuyu nya diatas kasur.

" huhh "
Faris menghembuskan nafas dan memejamkan matanya sejenak
Ketika empuk nya kasur mengenai tubuh lelah nya secara langsung.

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang