Chapter 30

351 31 2
                                    


Vano teduduk tepat di sebelah makam bertuliskan ' ARDHANA DEWANTARA '
ia hanya diam, tak sedikit pun bibirnya mengucap kan sebuah kata, mata sembab nya menatap sendu pada nisan kayu itu

Ia menoleh sedikit, ketika ia rasa ada sebuah tangan kecil yang mengusap punggungnya

" Yang kuat ya kak "
ucap Faris mencoba menguatkan

tanpa berkata apapun, Vano kembali pada posisi semula

" Gak ada lagi yang ingin Vano ucapkan "
ia mulai berbicara dengan suara serak nya

" Semua nya sudah benar benar jelas "
" hanya saja, Vano ingin bilang, terimakasih "

" Terimakasih, karena selama ini sudah menjadi seorang pemimpin yang baik "
" Dan papah ga perlu tau, seberapa besar vano sayang sama papah "

Vano terpejam, sambil menghela nafasnya
" Hanya itu yang ingin Vano ucapkan "
" Selebihnya Vano sampaikan dalam doa "
Senyuman tipis terukir indah di wajah Vano
" Vano pamit dulu "
" Assalamualaikum "

Mereka berdua mulai melangkah, dan beranjak pergi dari pemakaman







                              ________





17:57

Vano teduduk di kursi kayu dekat balkon, tatapan nya menyorot kearah luar jendela, menatap langit sore yang kian menggelap, juga segerombolan burung yang terbang dibawah langit

perlahan, ia memejamkan matanya, merasakan segarnya udara sore yang berhembus lembut menerpa wajah sembab nya

" APA YANG PAPAH KASIH KE VANO, APA PAH?"
" SEBAGAI ORANG TUA, PAPAH GA PERNAH SEKALIPUN KASIH VANO APA APA "
" SEMUA YANG PAPAH PUNYA, APAPUN YANG PAPAH DAPAT, PAPAH SELALU KASIH KE ANAK TIRI PAPAH, PAPAH KASIH DIA MOBIL,.PAPAH KASIH DIA PERHATIAN,.PAPAH KASIH DIA WAKTU LUANG, PAPAH AJAK DIA KEMANAPUN "

" Dia sayang sama Lo Van, tanpa Lo tau dia selalu bangga dengan semua pencapaian Lo "

Segaris air mata mengalir dari celah kelopak mata yang tertutup, sebisa mungkin ia membungkam mulutnya agar tidak terisak

" Hh... maafin Vano pah "
lirih nya sambil terpejam

Vano membuka matanya perlahan, dan langsung menoleh kesamping, benar saja, ternyata Faris sudah terududuk di sebelahnya sambil menatap nya dengan raut wajah sendu

Faris tersenyum tipis sambil menjulurkan tangannya, menyeka lembut butiran air mata di pipi dan kantung mata Vano

Vano hanya diam tak berkutik, Seketika tangis nya terhenti, dari jarak dekat ia lekat menatap wajah Faris di sebelah nya

" Faris tau, sakitnya di posisi kayak gini "
" Faris pun juga pernah di tinggal sama orang yang Faris sayang "

Selesai dengan itu, Faris menarik tangan nya dari Wajah Vano dan beralih menatap mata nya dengan senyuman
" Tapi kita gak boleh terlalu berlarut dalam kesedihan "
" Karena hal itu, bisa membuat papah kak Vano gak tenang sepanjang perjalanan nya menuju tuhan "
" Justru yang harus kita pikirkan, bagaimana caranya mengahadapi ini semua, bagaimana cara nya membuat benteng agar tidak termanupulasi oleh kesedihan yang akhirnya hanya membuat kita menjadi orang yang lemah "
" Faris tau ini sakit, Faris juga ga larang kak Vano untuk menangis, tapi sekali lagi, gak boleh Sampai berlarut "
" Karena hal itu hanya akan berdampak buruk untuk kak Vano, dan kesedihan tidak bisa menyelesaikan semua nya "

Faris tersenyum manis
" Kuatin hati kak Vano, jadikan cobaan ini sebagai proses pendewasaan untuk kak Vano, gak ada satupun orang yang bisa membantu kita berdiri selain diri kita sendiri "
" Karena nasib kita ada dalam diri kita, dan kita hanya perlu cukup berani untuk mengahadapi nya "

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang