Chapter 25

383 28 2
                                    


06:30

' drettt....drettt '
' Tut '

" Halo Ris "
apa seseorang dari sambungan telepon.

" Iya kak Arkan "
jawab Faris Seraya merapihkan Seragam pramuka yang sudah melekat ditubuh mungilnya.

" Hm... gimana ya ngomong nya "
" Gue hari ini gabisa jemput Lo "
tambah Arkan

" Eh...i iya kak gak papa kok "

Faris mengigit bibir bawah nya, sebetulnya dirinya sangat takut, karena jika dirinya tidak bisa berangkat bersama Arkan, maka dirinya harus pergi menggunakan angkutan umum, yang bahkan dirinya saja tidak mengerti arah laju dan jenis bus di wilayah ini menuju sekolahnya

" Maaf ya, soalnya mamah tiba tiba minta di anter ke butik, sedangkan gak searah sama apart Vano, kalo gue balik lagi, yang ada nanti bakal telat "

" Iya kak, gak papa kok, gausah minta maaf "

" Hm iya, yaudah gue pergi dulu ya, bye "

" Iya kak, hati hati "

' tut '
Telepon Arkan matikan Secara sepihak.

sementara Faris masih menunduk diam kebingungan, ia menggigit bibir bawahnya seraya mendongak, melihat pantulan Vano di belakang yang mungkin menjadi solusi saat ini, dengan cepat ia membalikkan badan.

Faris membuka mulut nya yang sedikit terasa kelu, walau begitu dirinya tetap memaksa untuk berbicara karena situasi yang menurutnya begitu mendesak.

" Em...kak "

" Kenapa? "
Singkat Vano sambil terfokus pada Hoodie nya .

" T tadi kak Ar..."

' drttt....dret...'

dering ponsel Vano memotong ucapan Faris, padahal dirinya sudah mengumpulkan tekad untuk berbicara pada Vano, tetapi mengapa selalu saja ada hal bodoh yang datang diwaktu yang kurang tepat.

Faris mengeraskan genggaman ponselnya, sambil memejamkan kuat matanya ia, menggerutu pelan, menghadapi situasi menjengkelkan yang langsung membuat mood nya anjlok

" Bentar lagi berangkat kok "

" Iya nanti Vano jemput "

Faris membuka matanya seketika, beberapa detik ia terdiam, mendengar dengan samar percakapan singkat Vano dengan seseorang

seperti nya ia tau siapa orang yang sedang Vano ajak bicara melalui sambungan telepon itu

" Viona "
batin nya sembari tersenyum tipis.

Kakinya melemas, moodnya pun sudah benar benar hilang kali ini, ia menghela nafas panjang, meraih ransel abu nya dan langsung berjalan menuju pintu apart

" Yaudah deh, Faris naik bus aja "
batin nya kembali berkata.

" Faris "

Langkah Faris terhenti tepat di depan pintu besi itu, Faris pun segera berbalik, menghadap Vano dengan raut wajah seperti bertanya.

" Berangkat bareng gue "

" Gausah kak Faris bisa...."

" Arkan ga jemput "
tungkas Vano Seraya berjalan menuju Faris dengan kunci mobil melingkar di jari nya.

Vano hanya terkekeh geli, melihat ekspresi wajah Faris yang terlihat gugup setengah bego, sedangkan Faris mencoba tersenyum, menetralisir kan rasa gugupnya, walaupun akhirnya terlihat kikuk

" Ayok "

Vano menarik tangan Faris menuju luar apart




*****




RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang