Chapter 16

441 37 3
                                    

16:30

Faris memandang kosong kearah luar jendela, selain karena rasa lelah yang menguasai tubuh nya, juga karena saat ini dirinya sedang bersama seseorang yang paling ia benci, Alvano Andrata Frizzy,
perasaan canggung setengah malu karena Faris memeluk Vano beberapa jam lalu.

Suasana terasa hening sedikit canggung di dalam mobil, tidak ada yang memulai pembicaraan,hanya suara mesin mobil dan bunyi klakson yang saling bersahutan dari luar,mungkin karena dua orang yang sedang terduduk dalam satu lingkup itu memiliki masalah hati yang belum juga usai.

" Mau mampir dulu ga? "
Vano memecah keheningan.

" Engga "
jawab Faris dengan cepat.

" Lo ga laper? "

Faris hanya menggeleng malas dan masih menatap kearah luar.

Btw, perihal mengapa Faris bersama Vano, itu karena pak Herdi tidak bisa mengantar Faris pulang, beliau harus cepat terbang ke kota Lampung, karena beliau harus menghadiri acara wisuda putri nya di universitas Lampung, yang Dimana malam perayaan nya bertabrakan dengan hari Faris mengikuti olimpiade, alhasil pak Herdi menitipkan Faris pada Vano, karena kebetulan hanya Vano lah yang berada di sana.

Faris memegang kuat perutnya, sebetulnya dirinya sangat kelaparan, karena selain soal soal olimpiade yang ia kerjakan menguras energi juga karena selama olimpiade berjalan dirinya hanya memakan kue ringan yang di sedia kan pihak hotel, tetapi semua itu terbayar atas kemenangan nya.

" Lo laper? "

Dengan raut wajah sedikit kesal Faris menoleh menatap Vano
" gue bilang engga! "

Mendengar nada bicara Faris yang sedikit menggertak, Vano hanya tersenyum sebagai jawaban.

Faris mengalihkan pandangan nya, ia tersenyum sambil melihat piala dan beberapa hadiah lain di pangkuan nya.

Senyum bangga terukir diwajah nya, dengan mata berbinar Faris mengusap pelan trofi kaca berbentuk buku yang terbuka itu.

" Faris berhasil "
lirih nya dengan nada pelan.

Vano tersenyum mendengar lirihan kecil yang keluar dari mulut Faris

" Rumah Lo dimana? "

" GG.melati sesudah komplek sakura "
Vano tak menjawab dan masih terfokus kearah depan


16:56

Mobil yang mereka tumpangi memasuki gapura melati, menyusuri tiap jalan menuju rumah Faris.

" Berhenti "

Vano memberhentikan mobil nya tepat di depan rumah kayu berwarna hijau.

Faris tak langsung turun, dirinya menyenderkan tubuh nya sejenak sambil menarik nafas dalam dalam dan membuang nya.

Beberapa detik Kemudian, Faris mengambil pepper bag abu abu berisi hadiahnya dan bergerak hendak membuka pintu mobil,

Tetapi ada sesuatu yang mencekal tangan nya.

Dengan malas Faris menoleh, menghadap Vano yang menahan pergelangan tangan nya.

" Lo belum maafin gue? "

Faris menghela nafas sejenak dan berkata
" Ntahlah "

Setelahnya Faris melepaskan paksa cekalan tangan Vano dan beranjak menuruni mobil.

" Btw makasih tumpangan nya "
ucap Faris dari celah jendela mobil yang sedikit terbuka.

" Sama sama "
sahut Vano sambil tersenyum tulus.

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang