Chapter 18

431 33 0
                                    

Faris berjalan cepat menuju rumah nya, sepanjang perjalanan ia berdoa agar rumah nya baik baik saja, sedaritadi Faris tak bisa menyembunyikan rasa takut nya, terlihat dari dirinya yang terus terusan memainkan jari jarinya seperti orang gelisah.

Faris mengentikan langkah nya, dari kejauhan Faris melihat etalase kaca nya tempat jualan nya, pecah dan hancur berantakan, yang artinya...

" Hah?.."
Dengan rasa takut yang kian menguasai nya, Faris berlari kencang menuju rumah.

Beberapa orang sudah berkumpul mengerumuni rumahnya, juga satu eksavator yang sudah terparkir tepat di halaman.

Faris berhenti dan membekap mulut nya dengan telapak tangan, seketika cairan bening terjatuh begitu saja tanpa ia sadari, melihat rumah nya yang sudah setengah hancur.

Faris berlari membelah kerumunan manusia

" JANGAN....."
teriak Faris yang langsung membuat orang sekitar menatap nya.

seroang wanita tua yang kalian tau adalah ibu dari ayah Faris berjalan kearah nya dengan membawa satu koper berisi baju baju nya dan satu plastik berisi buku sekolah.

" Nenek, Faris mohon jangan "
" Jangan hancurin rumah Faris..hiks.." Raung Faris tak terkontrol,
ia menangis kencang di depan semua orang.

" Faris gapunya tempat tinggal lagi nek..hiks.."
" Hiks...Faris mohon...hiks..."
Mohon Faris seraya berlutut dihadapan neneknya.

" Faris gapunya apa apa lagi hiks..."
" Hanya rumah ini yang Faris punya...hiks.."
" Hiks... tolong jangan di hancurin "
" Hiks...hiks "

" SAYA GA PERDULI, INI TANAH SAYA DAN INI ADALAH HAK SAYA "
" SAYA TIDAK PERDULI KAMU MAU TINGGAL DIMANA "
" YANG SAYA TAU INI SUDAH MENJADI HAK SAYA "
" SEKARANG KAMU PERGI DARI SINI !!"
bentak sang nenek sambil menarik paksa tangan Faris untuk segera pergi.

" Hiks...Faris gaada tempat tinggal "
" Hiks..hiks.."

Semua pasang mata menyorot kearah nya, ada yang menatap nya iba bahkan mengintimidasi, tetapi mereka semua tidak punya hak apapun atas kejadian ini
" LIHAT, KAMU LIHAT, RUMAH KAMU AKAN HABIS SEBENTAR LAGI "
gertak sang nenek sambil menunjuk rumah Faris.

Teringat akan sesuatu, Faris langsung berlari kedalam rumahnya, beberapa orang meneriaki dirinya dari belakang, takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan karena bangunan itu sudah setengah roboh, tetapi Faris tidak menghiraukan teriakan itu.

Faris berlari memasuki kamarnya
Kemudian meraih trofi penghargaan atas kemenangan nya juga sebuah foto kecil yang memperlihatkan dirinya saat kecil bersama kedua orang tua nya.

Dari dalam, Faris menatap sedih keadaan rumah nya yang sebentar lagi akan di hancurkan

Faris berdiri di sisi papan, sambil melirik sekeliling.

" Terima kasih "
" Terimakasih sudah menemani Faris selama 16 tahun "
" Terimakasih sudah manjadi pelindung Faris "
" Terimakasih sudah menjadi tempat Faris pulang, dan menjadi saksi atas pertumbuhan Faris sampai saat ini, dan menjadi saksi atas kehidupan Faris, dari susah maupun bahagia "
" Terimakasih atas semuanya "
" Mungkin ini waktunya Faris untuk pergi, dan berkembang di luar "
" Faris pamit, assalamualaikum "

Faris melangkah keluar dari rumah nya.

Dari situ, eksavator mulai menaikan cakar nya dan langsung membabat habiskan rumah Faris dari atas.

" BRUKKK..."
tanpa bisa berkata apapun, Faris hanya menatap rumah nya yang sudah hancur tak tersisa, dengan air mata yang masih mengalir deras membanjiri pipi mulusnya.

RETAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang