hello, again

1.1K 180 16
                                    

break the rules

Nama Riana terus memenuhi pikiran Jiwa sejak mereka menghabiskan malam bersama. He remembers everything about her. Mata sayunya, bibir mungilnya, garis rahangnya, lekuk tubuhnya.

Jiwa berusaha untuk menghapus Riana dari ingatannya, tapi seluruh usahanya seolah sia-sia. Bahkan tadi malam perempuan itu masuk ke dalam mimpi Jiwa. Hanya muncul beberapa detik, tersenyum sambil melambaikan tangannya, lalu menghilang.

"Adikmu ngambek, tuh. Sampai nggak mau makan, katanya sedih Mas Jiwa mau pergi."

Lamunan Jiwa seketika buyar ketika mendengar suara Mami.

Jiwa menoleh, mendapati Mami sedang berdiri di ambang pintu sambil memegang sebuah kardus yang penuh dengan cat minyak.

"Walaupun kamu udah punya workspace sendiri, tapi harus tetap sering-sering pulang ke rumah. Gemi sedih banget ditinggal dua kakak kesayangannya. Baru seminggu yang lalu Mas Mada nikah, pindah ke rumah baru. Sekarang Mas Jiwa ikut pindah," kata Mami sambil melangkah masuk, meletakkan kardus di atas meja.

Jiwa hanya terkekeh pelan. Laki-laki itu sedang mengemasi barang-barangnya yang hendak dibawa ke gedung yang telah disewa untuk dijadikan workspace dan studio.

"Padahal attic room di rumah ini bisa diubah jadi workspace, loh. Nggak perlu repot-repot sewa gedung," sambung Mami.

"I need privacy," jawab Jiwa sembari mencopot lukisan yang semula tertempel di dinding kamarnya. "Lagipula, aku nggak akan fokus kerja kalau workspacenya ada di rumah ini. Gemi pasti ngajak main setiap jamnya. Mami juga minta ditemenin ke salon, super market, atau ke acara arisan."

"Serius? Itu alasannya? Bukan karena kamu butuh tempat yang aman buat make out sama perempuan, kan?"

"Oh, it's a great idea. Makasih sarannya, Mi."

Mami langsung mencubit lengan Jiwa.

Jiwa tertawa, kemudian menutup kardusnya menggunakan lakban. Memastikan tak ada celah sehingga barang-barang di dalamnya dapat dipindahkan dengan aman.

"Kalau mau pacaran, cari perempuan yang baik dan mau diajak serius," kata Mami beberapa saat kemudian. "Hindari perempuan yang seperti mantannya Mas Mada."

Aktivitas Jiwa seketika terhenti. Ia termenung, menatap tumpukan kardus yang ada di dalam kamarnya. Ucapan Mami seolah memantik rasa penasaran di dalam kepala Jiwa. Membuatnya semakin ingin tahu bagaimana kisah Mada dan Riana di masa lalu, serta masalah apa yang membuat hubungan mereka kandas.

Jiwa baru saja akan membuka mulutnya untuk bertanya, tapi tiba-tiba Gemi datang.

"Mas Jiwa kok jahat sih sama Gemi?"

Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya, merajuk karena sang kakak sebentar lagi akan pindah ke tempat baru. Artinya, tak ada lagi yang bisa diajak bermain rumah-rumahan.

Jiwa maju satu langkah, lalu mengangkat tubuh Gemi ke dalam gendongannya. Gemi langsung melingkarkan tangannya di leher Jiwa. Sangat erat, seolah tak akan pernah melepaskannya apa pun yang terjadi.

Break the RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang