sleeveless shirt

1K 167 3
                                    

break the rules

Kamar Riana tidak terlalu luas, tapi perempuan maximalist itu suka menyimpan banyak barang. Mungkin terkesan agak berlebihan.

Di dekat jendela, ia meletakkan beberapa pot tanaman kaktus. Ukurannya kecil, ditata berjejer sehingga terlihat cantik ketika terkena sinar matahari. Ranjang queen size diposisikan ke pojok kiri, sebab sang pemilik kamar suka menempel pada tembok yang dingin ketika terlelap. Di samping ranjang, ada nakas yang digunakan untuk meletakkan ponsel, iPad, dan laptop beserta chargernya. Lalu, ada sebuah rak empat susun yang dipakai untuk menata koleksi buku, sebagian besar merupakan buku non-fiksi tentang lingkungan, tumbuhan, atau hewan. Agak ke kanan lagi, terdapat lemari kaca yang digunakan untuk menyimpan koleksi tas dan sepatu yang sebenarnya tak seberapa.

Kehadiran barang-barang itu membuat kamar begitu penuh dan sesak. Apalagi ada tumpukan baju kotor di dalam keranjang cucian. Plus, jaket dan blazer tergantung begitu saja di belakang pintu seperti seonggok kain yang tak berharga.

Namun, di tempat itulah Riana biasa menghabiskan waktu istirahatnya dengan tenang. Menghabiskan hari liburnya dengan tiduran di atas ranjang sambil membaca buku atau mungkin menonton film melalui laptopnya.

Everything is perfect.

Meskipun di mata orang lain kamar itu mungkin terkesan sangat acak-acakan.

Alarm selalu berbunyi ketika waktu menunjukkan tepat pukul lima. Saat sinar matahari belum benar-benar masuk lewat jendela untuk menyinari kamar yang remang.

Riana turun dari ranjang, melipat selimutnya secara asal-asalan. Perempuan itu lantas berjalan meninggalkan kamar sambil membawa keranjang cucian yang sudah penuh. Stok baju mulai menipis, sehingga ia harus buru-buru mencuci meskipun sebenarnya malas setengah mati.

Sesampainya di laundry room, pakaian kotor dipilah dan dimasukkan ke dalam mesin cuci. Ditambahkan dengan deterjen beraroma bunga. Setelah itu, biarkan mesin cuci mengerjakan tugasnya.

Dari laundry room, Riana berjalan menuju ruang tengah. Memegang sebuah sapu, mulai membersihkan lantai yang sedikit berdebu.

Entah bagaimana waktu berjalan luar biasa cepat ketika pagi hari. Barangkali karena segudang tugas yang harus dikerjakan secara bersamaan. Atau justru karena fokus yang terpecah gara-gara setumpuk pekerjaan yang menanti di kantor.

Tahu-tahu, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Riana baru selesai bersih-bersih dan menjemur pakaian. Belum mandi, apalagi berdandan. Padahal, butuh waktu setidaknya satu jam untuk bersiap-siap.

Dengan gerakan secepat kilat, perempuan itu berlari ke kamar mandi sambil membawa handuknya. Menyalakan shower, biarkan sekujur tubuhnya terkena guyuran air yang dingin.

Tak ada waktu untuk luluran, apalagi memakai masker. Riana hanya menuangkan sabun banyak-banyak ke atas telapak tangannya, lalu menggosok tiap bagian tubuhnya agar bersih dan wangi. Busa-busa yang tercipta langsung dibilas dengan air mengalir, hingga tak menyisakan apa pun di permukaan kulit.

Selesai mandi, Riana kembali ke dalam kamarnya. Hanya mengenakan handuk putih yang dililitkan di dada. Dengan tergesa-gesa ia membuka lemari, memilih inner shirt, celana, dan blazer yang cocok digunakan untuk menghadiri important meeting.

Riana lantas duduk di depan meja, membuka pouch makeupnya. Ia mulai berdandan, agar terlihat lebih fresh dan cantik karena akan bertemu banyak orang. Tak lupa, Riana juga memakai hand cream, body mist, dan parfum. Sebab ia akan bergelut dengan kerasnya kehidupan di dalam angkutan umum yang penuh manusia. Riana tak ingin menimbulkan bau keringat yang mengganggu orang lain.

Break the RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang