keep it sweet

1.1K 181 16
                                    

break the rules


Kunjungan lapangan yang dilakukan selama satu minggu penuh sukses menguras habis seluruh energi Riana. Rasa lelahnya tak dapat diterjemahkan ke dalam kata-kata.
 
Tiap harinya harus berkeliling perkebunan untuk memantau apakah para staf di lapangan telah menerapkan aturan-aturan baru yang ditentukan head office. Setelah itu, harus pergi ke pabrik untuk memantau kualitas air limbah, serta memastikan prinsip reduce, reuse, recycle berjalan sebagaimana mestinya.
 
Bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi ada wacana kalau jajaran direksi sedang mengurus izin untuk perluasan perkebunan.
 
Selama penerbangan dari Kalimantan Timur ke Jakarta, Riana sibuk menyusun list. Berisi hal-hal yang harus ia lakukan selama dua hari ke depan. Ia harus pergi ke salon untuk perawatan rambut, kemudian ke klinik kecantikan untuk facial dan waxing. Ah, tentu saja harus pergi ke nail shop karena kuku-kukunya rusak akibat memakai peralatan lapangan.
 
Sialnya, begitu mendarat di bandara, Riana baru ingat kalau nanti malam Bita mengadakan birthday party. Sudah mewanti-wanti sejak minggu kemarin, bahkan Bita sengaja membuat reminder di group chat.
 
“Oh, shit,” gumam Riana, kemudian mengeluarkan cermin dari tasnya.
 
Perempuan itu kini berada di dalam taksi, sedang menempuh perjalanan pulang.
 
“Bita pasti ngundang banyak selebgram. Nggak mungkin aku muncul dengan penampilan begini,” gumam Riana.
 
Si perfectionist itu tentu saja tak mau muncul di ruang publik dengan wajah kusut dan rambut berantakan. Untuk menghadiri undangan pesta, paling tidak Riana harus terlihat cantik dan layak. Demi menghargai sang pemilik acara.
 
Maka, perempuan itu lekas membuka ponselnya, ingin membuat appointment dengan salon langganannya.
 
Tak berselang lama, taksi telah sampai di tempat tujuan. Berhenti tepat di depan gedung yang sudah satu minggu lamanya Riana tinggalkan.
 
Riana bergegas turun dari taksi, kemudian membuka bagasi untuk mengambil koper. Di saat yang bersamaan, Jiwa keluar dari studio sambil membawa secangkir kopi. Laki-laki itu hanya mengenakan sleeveless shirt berwarna hitam, tampaknya baru selesai mandi karena rambutnya masih setengah basah.
 
“Hei,” sapa Jiwa, dengan sigap membantu Riana mengeluarkan kopernya.
 
Riana terkekeh pelan, “you smell good. Baru mandi, ya?”
 
“Iya, habis main sama Brown terus langsung mandi. Kok nggak bilang kalau pulangnya siang? Tahu gitu tadi aku jemput ke bandara.”
 
“Nggak perlu, serius. Aku biasa naik taksi sendiri dari bandara ke sini.”
 
Jiwa tersenyum, kemudian menyeret koper. Tapi, langkahnya terhenti di ujung tangga, tiba-tiba mengingat aturan yang telah ditetapkan sejak awal.
 
“Bisa bawa koper sendiri?” tanya Jiwa, sebab jika kakinya menginjak tangga, artinya ia telah melanggar aturan. “Atau perlu dibawain sampai atas?”
 
Riana terdiam selama beberapa saat. Menimbang-nimbang apakah harus merobohkan pembatas yang sudah dibangun dengan susah payah?
 
“Aku bisa sendiri,” jawab Riana pada akhirnya.
 
Oh, rupanya Jiwa belum boleh melewati batasan. Laki-laki itu tersenyum tipis, lalu membiarkan Riana mengangkat kopernya sendiri.
 
“Jiwa,” panggil Riana saat baru saja menaiki tiga anak tangga.
 
Yes?” sahut Jiwa.
 
“Hari ini free?”
 
Well, kamu tahu kalau aku selalu free waktu siang.”
 
I mean, nanti malam. Ada kerjaan, ya?”
 
No. Ini malam minggu, jadi stop dulu semua project.”
 
Mungkin tak ada salahnya mengajak Jiwa ke birthday party yang diadakan oleh Bita. Maksudnya, daripada Riana datang seorang diri dan dirayu sana-sini.
 
“Aku mau mandi dulu, habis itu ke salon,” ujar Riana.
 
“Minta ditemenin?” sahut Jiwa, seolah bisa menebak isi pikiran Riana.
 
“Kalau kamu nggak keberatan. Sekalian mau ngajak ke birthday partynya Bita nanti malam.”
 
Sure. Kebetulan udah lama nggak party.”
 
Riana tersenyum, senang bukan main karena Jiwa mau menemaninya ke salon, bahkan bersedia ikut ke birthday party Bita.
 
“Okay. Aku mandi dulu,” ucap Riana dengan antusias, kemudian melanjutkan langkahnya dengan gegas.
 
Take your time, Babe,” sahut Jiwa, lalu kembali ke studionya untuk berganti pakaian.
 
Ucapan Mada tempo hari kembali terngiang di kepala Jiwa. Soal kesiapannya menjalani hubungan tanpa status dengan Riana.
 
Anggap saja Jiwa kehilangan seluruh kewarasannya, sebab ia merasa tak apa-apa meskipun tak memiliki status yang jelas dengan Riana. Jiwa benar-benar telah jatuh, sampai titik di mana ia tak tahu bagaimana cara melepaskan diri dari lingkaran setan yang berbahaya itu.
 

Break the RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang