comfort

886 167 9
                                    

break the rules

Di luar dugaan, sepasang sandal hiu milik Jiwa ternyata sangat nyaman. Riana dapat bergerak dengan bebas, tumitnya tak terasa pegal meskipun berdiri dalam waktu yang cukup lama.

Ketika menghadiri meeting, semua orang tertawa melihat Riana yang terlihat cukup berbeda. Perempuan itu biasanya berpenampilan rapi dan elegan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mengenakan blazer berwarna gelap, sepasang heels yang tinggi, serta jam berbagai aksesoris yang membuatnya lebih on point. Lalu, dengan percaya dirinya tiba-tiba masuk ke meeting room dengan sandal hiu berwarna biru yang cukup mencolok.

Alih-alih menapat kritikan dari atasan, Riana justru disebut terlihat lebih fresh dan menyenangkan. Situasi yang Riana rasa cukup aneh, sebab ia mengira akan dikritik karena terlihat main-main saat menghadiri meeting penting.

"Next time pakai yang warna kuning, Riana. Biar lebih cerah," kata Pak Amir saat meeting baru saja berakhir.

Riana tersenyum dengan sopan, kemudian berkata, "heels saya patah, Pak. Makanya pakai sandal hiu begini."

"It looks good on you. Sekali-kali memang perlu lebih casual, Riana. Biar kehidupan kantormu nggak membosankan."

"Terima kasih, Pak Amir."

Pak Amir tersenyum, kemudian berjalan meninggalkan meeting room sambil membawa setumpuk dokumen.

Riana langsung mengembuskan napas, lega luar biasa karena meeting berjalan dengan lancar. Tentu saja Riana sangat berterima kasih pada Jiwa. Laki-laki itu telah memberi banyak bantuan, mulai dari mengantar Riana ke kantor sampai meminjamkan sandalnya.

"Ayo ke kafetaria," ajak Antoni.

"Duluan, An. Aku mau balik ke ruangan dulu, ambil dompet sama power bank," jawab Riana.

Antoni mengangguk, lalu pergi meninggalkan meeting room. Laki-laki itu langsung menuju kafetaria untuk menikmati makan siangnya.

Riana mematikan lampu di dalam meeting room, kemudian berjalan menuju ruang divisi. Sesekali tersenyum saat berpapasan dengan staf dari divisi lain.

Setibanya di ruang divisi, Riana mengambil power bank dan dompet yang tersimpan di dalam tas. Setelah itu, langsung menyusul Antoni yang sudah terlebih dulu pergi ke kafetaria. Jujur, tubuh Riana terasa kurang nyaman karena belum mandi. Mau sebanyak apa pun parfum yang disemprot, tetap saja Riana membutuhkan air untuk membilas seluruh keringat dan kotoran yang menempel pada tubuhnya.

Sayangnya, mustahil ia menumpang mandi di kamar mandi kantor. Apalagi jam istirahatnya sangat terbatas.

"Riri! Come here!"

Riana mengedarkan pandangan ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata Giska, sedang duduk di sudut kafetaria sambil membawa kotak bekalnya.

Riana terkekeh pelan, lalu bergegas menghampiri Giska dengan langkah cepatnya.

Kantor mereka memang terletak di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Oleh sebab itu, Riana sering berpapasan dengan Giska di lobi, kafetaria, atau lift.

"Oh, sushi," kata Riana saat melihat isi kotak bekal Giska.

"Nggak usah beli rice bowl, Ri. Ini aku bawa banyak sushi, bikin sendiri," sahut Giska sambil menyerahkan sebuah garpu kepada Riana.

"Udah lama banget kamu nggak bikin sushi."

"Hari ini Hema minta dibawain sushi, makanya aku bikin banyak aja sekalian."

Break the RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang