your soft touch

1K 168 15
                                    

break the rules

"Ini data konsumsi air sampai paruh tahun," ucap Riana sambil menunjuk ke arah layar yang menunjukkan data konsumsi air perusahaan. "Targetnya, rasio penggunaan air harus menurun sebayak 0,5% dibanding tahun kemarin. Hasil perhitungan estimasi dengan data paruh tahun yang ada menunjukkan kalau kita hanya bisa mencapai penurunan sebesar 0,2% sampai akhir tahun."

"Tidak bisa diturunkan sampai 0,5%? Mungkin bisa menerapkan water management system yang lebih efisien," sahut Pak Amir, selaku ketua divisi.

"Sayangnya, tidak bisa. Sulit untuk mereduce penggunaan air, Pak."

"Yang bisa kita terapkan hanya reuse dan recycle?"

"Betul. Air hasil kondensasi sterilizer dipakai kembali untuk campuran water dilution. Air limbah yang masih cukup bagus diolah dengan water treatment, hasilnya dimafaatkan untuk irigasi."

"Efektif?"

"At least, mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan."

Pak Amir menganggukkan kepala sambil mengetukkan jemarinya di atas meja, otaknya sibuk berpikir. Sementara itu, Riana memindahka power point ke slide berikutnya. Setelah data konsumsi air, ia perlu memaparkan tentang data emisi.

"Ini data emisi setelah penambaha sepuluh unit cyclone separator," jelas Riana sambil menunjuk ke arah layar. "Cukup efektif menurunkan konsentrasi partikulat."

"Artinya tidak ada masalah dengan emisi. Right?" sahut Pak Amir.

Riana mengangukka kepala, kemudian mengalihkan pandangan pada Antoni yang terlihat mulai mengantuk. Sejak tadi hanya duduk di depan laptop, mencatat hasil meeting.

Duduk di meeting room selama berjam-jam memang terasa sangat membosankan, plus menghadirkan efek pegal di punggung dan pinggang. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul enam petang. Sebagian staf telah meninggalkan kantor, kecuali staf finance yang harus lembut untuk menyelesaikan laporan keuangan.

"Okay. Sementara cukup dulu," ucap Pak Amir beberapa saat kemudian. "Bulan depan kalian pergi ke regional office, lihat bagaimana kondisi perkebunan dan pabrik."

"Baik, Pak," sahut Riana dengan patuh.

Perempuan itu bersorak dalam hati, senang bukan main karena bulan depan akan terbang ke Kalimantan. Menepi sejenak dari hiruk pikuk ibukota.

Antoni justru sebaliknya. Malas bukan main kalau ada agenda kunjungan lapangan, sebab di perkebunan nyaris tak ada sinyal. Sulit untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

"Thanks for your hard work, saya tunggu laporan lanjutannya," kata Pak Amir, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan meeting room.

Riana langsung duduk di atas kursi putar, melepas heelsnya. Kedua kakinya terasa pegal luar biasa, nyaris dua jam berdiri untuk mempresentasikan progres sustainability report.

"Finally!" kata Antoni sambil meregangkan tubuhnya, kemudian menutup laptop dan membereskan ceceran kertas di atas meja. "Habis ini mau langsung pulang, Ri? Gimana kalau kita ke bar dulu. A glass of beer would be perfect to end this crazy day."

Break the RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang