chapter 8

6.1K 273 1
                                    

"Jadi sayang apa kau juga mau berakhir seperti mereka hmmm?,"-Gandhi mengangkat dagu Shilla hingga kedua mata mereka bertemu dan Saat itulah tubuh Shilla ambruk seketika.

Karena Shilla yang tidak melihat adanya rasa kasihan ataupun penyesalan dari mata Gandhi karena setelah apa yang telah mereka lakukan kepada kedua sahabatnya itu.

*Sementara itu di mansion house Shilla

"Bagaimana ini?!! Sudah masuk waktu jam makan malam tapi Shilla masih belum pulang,"-serena/ibu Shilla

Wanita yang masih tampak muda dan memiliki surai panjang yang sedang mondar mandir dari ruang tamu ke ruang keluarga. Disana ada keluarga besar Gurmantara berkumpul termasuk kakak Serena atau paman Shilla yaitu fabastiano

"Ian kamu udah ngecek Shilla diperpustakaan kota belum?"-nenek Shilla

"Sudah bu, tapi kata penjaga yang ada di sana bilang kalo Shilla tidak pernah datang sejak seminggu yang lalu,"-paman Shilla (ian)

paman Shilla yang dari pihak ibu yaitu fabastiano atau sering dikenal dengan nama Bastian  juga tampak menelpon beberapa teman bisnisnya untuk mengetahui keberadaan keponakan tersayangnya.

Sebagai seorang Ayah, Satya juga bertanggung jawab atas hilangnya Putri kecil kesayangan dari keluarga Gurmantara itu. Tapi disisi lain dia juga tidak bisa meninggalkan kewajiban nya sebagai seorang  perwira tinggi kepolisian.

"Mas Satya,apa kamu masih lebih mementingkan pekerjaanmu daripada putrimu sendiri huh?"-serena/ibu Shilla

Satya menatap dalam istrinya yang juga ternyata tengah menatapnya

"Serena kamu sendiri tau kan kalo aku Sebagai kepala kepolisian tidak bisa mementingkan urusan pribadiku, tolong mengertila"-Ujar Satya lalu berjalan keluar rumah untuk pergi ke kantor tempatnya bekerja.

Serena menatap kepergian Satya dengan tatapan yang sedikit kecewa, Mirabella/Mira yaitu mertua dari Serena menepuk pundak menantunya itu mencoba untuk menenangkan nya.

"Khemm Serena kamu udah nelpon teman-teman Shilla belum??,"-tanya fabero

Fabero sebagai seorang kakek dari Shilla pun kini angkat bicara sementara serena menggelengkan kepalanya.

"coba untuk tenanglah karena sekarang kita harus berfikir kira-kira dimana saat ini Shilla berada"-vito

Vito mencoba untuk menenangkan semua yang ada di sana saat ini

"Tapi vit naluri seorang ibu tidak akan pernah salah dan aku punya firasat bahwa Shilla sedang tidak baik baik saja saat ini"-serena/ibu Shilla

Serena jatuh terduduk sambil memegangi kepalanya yang Tiba-tiba pusing karena memikirkan putri kecil nya yang saat ini tengah menghilang.

Untungnya mira dengan cekatan mengambil segelas air kemudian memberikan air itu kepada Serena

"Serena aku tau saat ini kamu sedang khawatir dengan kondisi Shilla tapi aku dan yang lainnya juga sama kami juga khawatir dengan Shilla tapi kita harus tetap tenang agar kita bisa kembali melanjutkan pencarian Shilla"-vito mencoba untuk kembali menenangkan Serena walaupun ia sebenarnya juga saat ini sangat mengkhawatirkan keponakan kesayangannya itu.

"A-aku hanya takut sam,aku takut Shilla kembali mengalami luka itu lagi,"-serena menangis ketika mengatakan hal itu

Vito dan keluarga yang lainya mendadak langsung terdiam ketika mereka semua jadi teringat dengan kejadian beberapa bulan lalu yang terjadi menimpa Shilla.

"Khem Serena tenanglah, kita doakan semoga Shilla saat ini baik baik saja,"-ian

"Kalian makanlah terlebih dahulu dan tenangkanlah pikiran kalian terlebih dahulu karena nanti aku akan menyuruh salah satu rekan Satya untuk membantu kita,"-sambung ian

Serena dan yang lainnya mengangguk setuju.tapi sedetik kemudian Serena kembali menangis dipelukan Mira.

*kembali ke Shilla

Shilla mulai mengerjap-ngerjapkan matanya dan menetralkan cahaya yang masuk kedalam retina nya.

"Sejak kapan aku berada disini,"-batin Shilla bertanya pada dirinya sendiri

Ia melihat sekeliling, tidak ada tempat kotor dan anyir lagi. Ia berada di sebuah ruangan dengan kasur yang ditempatinya. Ia melihat kedua tangan nya yang terikat disisi ranjang.

"Sebenarnya apa yang terjadi-urghh...."

Netranya itu tampak mulai berkaca-kaca, tanpa sadar Shilla tidak sengaja menggerakkan sedikit kakinya.

"Arghh emphh!!"-Gadis manis itu dengan cepat menggigit bibir bawahnya, berusaha keras menahan raungannya. Kedua kakinya benar-benar sakit sekaligus ngilu, seperti  habis tertimpa beban yang begitu berat.

Lalu tiba-tiba tubuhnya tersentak, memori sebelum dirinya pingsan kembali menyeruak. Shilla seketika teringat, jika sebelumnya salah satu pria gil* yang menculiknya itu menginjak kakinya lumayan keras.

Lelehan bening seketika mengaliri pipinya,saat ini Shilla hanya bisa berdoa semoga kakinya tidak akan mengalami kelumpuhan.

"Apa salahku ugh,"-ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat

"kenapa mereka menculik dan menyiksaku,"-lirih Shilla dengan isakan yang masih tertahan.

"Olivia....rania.."

"Aku mau pulang...."

"Mama,"-shilla menatap kosong kearah depan dengan air matanya yang terus-terusan mengalir

Shilla terus meratapi keadaannya, tanpa menyadari bahwa pintu ruangan tempat dirinya berada terbuka dan menampilkan keempat sosok pria gil* yang menculiknya itu.

"Syukurlah kau bangun,"-ujar salah satu pria itu yang baru saja memasuki ruangan tersebut

Mendengar seruan tiba-tiba itu membuat tubuh Shilla seketika menegang kaku dengan mata yang terbelalak lebar.

Shilla Terkejut dikala dia melihat keempat pria gil*yang tak berperasaan yang menculiknya itu sedang berdiri tepat di sebelah ranjang tempatnya berbaring saat ini.

"Ma-mau a-apa kalian?"-tanyanya dengan sedikit takut-takut. Jika kedua tangannya tidak diikat di sisi ranjang, gadis manis itu tanpa perlu berpikir ulang pasti akan segera melarikan diri dari hadapan keempatnya. Namun naasnya, keadaan tak mendukungnya saat ini.

"Kau tanya kami mau apa, huh?"-ujar Gandhi sambil menatap shilla dengan tatapan yang tajam

Shilla yang melihat tatapan itu hanya menunduk menghindari tatapan-tatapan mematikan dari mereka. Sorot matanya terlihat kejam diiringi seulas seringai mengerikan yang terbit di wajah tampannya.

obsessed psychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang