chapter 4

7.5K 366 5
                                    

"Apa kabar adik kecil?,"-ujar seorang gadis itu sambil membalas pelukan Shilla.

"Aku sudah bukan adik kecil lagi vidia, ayolah umurku sudah hampir 17 tahun loh,"-Shilla melepas pelukannya, ia tampak merenggut sebal dengan gadis didepan nya.

Vidia, teman masa kecil sekaligus kakak untuk Shilla. Namun, vidia tak ingin Shilla memanggilnya kakak. Ntah kenapa

Vidia tertawa kecil melihat Shilla yang tengah cemberut. Sifat Shilla yang jarang ia tunjukkan kepada siapapun termasuk kedua teman nya itu, olivia dan Rania. Ia hanya menampakkan sifat manja pada orang tertentu, Vidia masuk dalam list orang tertentu itu.

Shilla dan Vidia berbincang sedikit tentang keadaan mereka sekarang. Vidia lebih banyak menceritakan tentang keluhan nya. Sedangkan Shilla ia tengah asik menasehati dan menyemangati Vidia.

"Omong omong untuk apa kau kesini? Apakah untuk menjemput Dika? Sayang sekali, masih ada 1 jam pelajaran sebelum bel pulang,"-tanya Shilla

"Lalu kenapa kau masih disini? Bukan nya ini jam pelajaran?,"-Vidia menaik turunkan alisnya menggoda Shilla.shilla menepuk dahinya lelah.

"Oh astagaaa aku lupa ini adalah jamnya pak kailan, ini salahmu yang datang secara tiba tiba,"- Ujar Shilla membuat Vidia memelototkan matanya.

"Heh? Enak saja kau menyalahkanku, sudahlah sana nanti kau dihukum oleh gurumu itu,"-vidia

"Tapi bagaimana dengan mu? Tak apa kan aku tinggal sendirian?,"-Vidia mengusap rambut raven Shilla

CUP

"Kecupan singkat untuk adik kecilku yang paling cerewet,"-Shilla mendengus kesal lalu berlalu pergi dari hadapan Vidia

"Jangan lupakan Dika karena dia juga adikmu. Bisa bisa nanti aku dicekik olehnya karena telah mengambil kakaknya"-shilla

"sampai bertemu lagi kakak tercintaku,"-lanjut Shilla sebelum ia benar benar tak terlihat oleh Vidia

Vidia menggeleng melihat tingkah laku Shilla yang menggemaskan terutama dalam mode kesal seperti saat ini.mereka berdua telah Hidup bersama selama hampir 14 tahun,membuat Vidia menyimpan perasaan lebih kepada Shilla

Awalnya mereka bertemu saat mereka bermain di taman, karena Vidia yang selalu terlihat sendirian saat bermain, membuat hati kecil shilla tergerak untuk mengajaknya bergabung.

"Hai, kenapa kau diam sendirian disini? Ayo bermain bersama dengan ku," Shilla tampak menjulurkan tangan nya pada gadis kecil yang memiliki rambut gelombang itu. Awalnya gadis kecil itu ragu tapi ketika gadis itu melihat senyuman Shilla hatinya malah ikut menghangat.

Ia selalu bermain dengan Shilla. Bahkan rela memohon kepada keluarganya untuk membeli rumah disebelah rumah Shilla. Ada banyak hal yang mereka lalui. Meskipun selisih 3 tahun, mereka berdua saling mengerti satu sama lain.

"Dika adikku tapi kau..,"-vidia

"Ahh perasaan ini salah, Shilla," Vidia menghela nafas. Pikiran nya berkecamuk hanya karena gadis cantik itu.

Skip.....

"Maaf, aku terlambat Pak," Ujar Shilla sambil membungkukkan dirinya. Pk Ahmad, pria itu mendengus malas.

"Shilla gurmantara. Pelajaran sudah dimulai sekitar 20 menit yang lalu. Dan kau baru datang sekarang, darimana saja kau?,"-Tanya nya.

"Aku sedang ada urusan dengan pk kepsek,"-shilla

"Hm? Kalau itu aku tau tapi Bukankah kau kesana bersama mereka?,"- Pk kailan menunjuk keempat pria yang duduk dibarisan paling belakang, dalam satu deret yang sama.

"Eee...be-begini sebenarnya aku juga mampir ke kamar mandi hehe,"-Shilla tertawa miris tapi kemudian tatapan nya tertuju pada keempat pria yang tengah menatapnya.

"Tunggu, aku baru sadar mereka datang lebih awal. Bukankah aku yang lebih dulu keluar dari ruangan PK kepsek?"-Batin Shilla berkecamuk.

"Ya sudah Shilla kau boleh duduk. Jangan mengulanginya lagi!"-Shilla mengangguk dan berjalan bangku nya.

"Kenapa bisa aku duduk diantara pria pria gila ini"-Shilla tidak berani menatap mereka. Entah kenapa keberanian nya menciut melihat tatapan tajam mereka.

"Tumben sekali kalian mau mengikuti kelas,"-tanya pk kailan kepada keempat pria itu. Ia berdiri tepat didepan meja Shilla.

Itu artinya ia berdiri di tengah tengah keempat pria itu. Mereka tidak menjawab. Mereka lebih memilih memandangi wajah ayu milik gadis mereka

"Ya aku juga senang sih karena akhirnya kalian mau masuk kelas ini setelah sekian lama pergi dan menghilang"-Ujar pk Kailan lalu meninggalkan mereka.

sementara Shilla lebih memilih mencoret coret buku nya karena dia merasa dirinya seperti diperhatikan. Ia menolehkan pandangan nya ke sisi kiri dan kanan nya.

Ia merasakan tubuhnya meremang saat mata mata tajam itu menatapnya dengan tatapan haus. Shilla jadi gelagapan sendiri. Padahal ia jarang menunjukkan ekspresi seperti ini.

Shilla memekik kaget saat sebuah tangan dengan lancangnya menyentuh paha miliknya.

Ingin sekali dia melayangkan tinju kepada laki-laki yang sudah berani menyentuhnya itu tapi dia dibuat bungkam oleh manik tajam pria pucat itu, Sedangkan sang pelaku hanya pura pura tidak mengerti.

"Pe-permisi pak"-shilla tampak gelagapan

"Ada apa Shilla ?Kau kenapa? Seperti melihat hantu saja," kegiatan menulis pk Kailan terhenti mendengar pekikan Shilla.

"P-pak a-ap aku bo-boleh pindah ke bangku olivia untuk sementara waktu?,"Tanya Shilla, seisi kelas menatap Shilla. Tak biasanya gadis itu bertingkah aneh dan gelagapan seperti itu

"Boleh saja, tapi kenapa? Kenapa tiba tiba?,"-pk Kailan

"aku hanya ingin duduk di sana karena merindukan olivia" pk kailan hanya mengiyakan permintaan Shilla.

Shilla terburu buru memindahkan barang sekolahnya kebangku olivia yang terletak di deretan paling pertama.

Mereka hanya tersenyum menatap gerak gerik Shilla. Menggemaskan sekali, pikir mereka.

Shilla bernafas lega, setidaknya ia tidak merasa terimidasi lagi dengan tatapan tatapan tajam itu.

obsessed psychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang