Enjoy The Whole Story
𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚌𝚘𝚖𝚎𝚗𝚝, 𝚜𝚑𝚊𝚛𝚎 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒.
• ♔〻 𝘛𝘩𝘦 XIV 𝘤𝘩𝘢𝘱𝘵𝘦𝘳 of Pajajaran Knights• ES
: The heir to the royal throne
♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔Setelah mendengar ucapan Raden Kian Santang dan keputusan sang Prabu itu, seluruh anggota keluarga langsung terdiam.
'Apakah , Rayi Kian Santang begitu trauma atas kejadian bertahun-tahun lalu?' batin Raden Gagak Ngampar yang bertanya.
Setelah mengucapkan kalimat itu Raden Kian Santang, kembali menduduki tempat duduknya.
"Baiklah, sebagaimana janji ku pada Paman Prabu Susuk Tunggal untuk menjadikan anak pertama dari Putri, Ratu Kentring Manik untuk menjadi Putra mahkota—" ujar Prabu Siliwangi terhenti sejenak dan melihat pada Raden Surawisesa putra sulungnya dari Ratu Kentring Manik.
"Kemarilah, putraku Surawisesa, "panggil Prabu Siliwangi kepada Raden Surawisesa. Raden Surawisesa langsung berdiri dan berjalan kearah sang ayahanda.
"Apakah kau siap menanggung beban putra mahkota?"tanya Prabu Siliwangi dengan nada tegas, Raden Surawisesa membungkuk hormat kepada Prabu Siliwangi.
"Ananda siap melaksanakan tugas tersebut dengan dedekasi penuh, Ayahanda Prabu," sahut Raden Surawisesa yang sopan, sebenarnya ia sudah tak ingin menjadi putra mahkota ia hanya ingin terus melihat Raka tercintanya itu.
Saat Raden Kian Santang bahagia melihat momen bahagia itu, tiba-tiba dada nya berdetak cepat ia mencoba untuk menahan sebentar.
Keringat dingin mulai keluar, nafasnya seperti tercekat ia memejamkan mata indahnya itu beberapa saat. Ia tersenyum tipis karena menahan sakitnya itu.
Ternyata kedua ibunda mengetahui hal tersebut, Raden Kian Santang terdiam ia langsung berdiri dan langsung pergi dari sana tanpa meminta izin membuat semuanya
salah paham."Kenapa Raka Kian Santang keluar tanpa meminta izin terlebih dahulu, jangan-jangan sebenarnya ia menginginkan posisi putra mahkota itu!" ujar Raden Dewana yang berspekulasi tentang tindakan Rakanya tersebut.
Ratu Kentring Manik terdiam, ia masih kaget tentang tindakan putra sambungnya itu.
Belum sempat keluar dari Balairung itu Raden Kian Santang tiba-tiba mendapatkan serangan misterius berupa panah yang datang entah darimana mana.
Bruk!
Itu membuat yang ada di sana kaget, Raden Kian Santang limbung ketanah karena terpanah oleh panah tersebut.
"Raka !" teriak Raden Surawisesa yang langsung berlari menuju sang Raka, saat di dekat sang rakanya ia memangku kepala Raden Kian Santang.
"Bangun lah raka, aku tak ingin kau kembali Terbaring di wisma mu!"ujar Raden Surawisesa yang berteriak, ia tak ingin melihat rakanya itu dalam kondisi seperti ini.
"Rayi, dengarkan raka, Raka baik baik saja. Maafkan raka tadi pergi dari tempat duduk Raka tiba-tiba, itu karena raka merasa Auman Dewa Harimau ingin mengambil alih Kendali tubuh ku—"belum sempat menyelesaikan kalimatnya Raden Kian Santang memejamkan mata indahnya itu.
Raden Surawisesa langsung mencabut panah yang tertancap di punggung sang raka.
"Golongan hitam! Bedebah kalian! "sentak Raden Surawisesa yang telah membaca surat yang terlilit di anak panah tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pajajaran Knights : Endless Struggle ( On Going + Slow Up)
Historical FictionFollow account penulis untuk mendapatkan notif update chapter baru 𝐯𝐨𝐭𝐞 + Comment 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐚𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢!!! Perjalanan? Pemerintahan? Keluarga? Darah suci? pedang Zulfikar...