Enjoy The Whole Story
𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚌𝚘𝚖𝚎𝚗𝚝, 𝚜𝚑𝚊𝚛𝚎 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒.
Note: chapter tidak terlalu menyambung kisah ataupun chapter sebelumnya karena ini hanya selingan chapter utama
Time line : Saat pemulihan Raden Kian Santang saat baru kembali ke Pajajaran.
• ♔〻 𝘛𝘩𝘦 Spesial 𝘤𝘩𝘢𝘱𝘵𝘦𝘳 I. of Pajajaran Knights• ES
: The affection of the twin and younger brother♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔•♔
Dua Minggu kemudian setelah kepulangan Raden Kian Santang.
Di Wisma Pengobatan Raden Kian Santang.
Raden Kian Santang saat ini tertidur untuk beristirahat sebentar, dirinya memejamkan mata indahnya. di samping ranjang nya, terdapat kedua saudaranya.
"Rayi, bangunlah kau harus meminum ramuan herbal yang telah Praharshini buatkan untuk mu,"ujar Raden Abikara yang saat itu memang mendapat giliran menjaga adik kembarannya. Ia menjaga dan menemani adik kembarnya itu bersama dengan adik tirinya, Raden Surawisesa.
"Ah, Raka bisakah aku tak meminum ramuan itu untuk hari ini?"tanya Raden Kian Santang yang merengek saat ia terusik oleh sang saudara kembar.
"Raka, kau harus meminum ramuan ini, aku ingin kau segera pulih ya." Raden Kian Santang memicingkan mata indahnya, Raden Surawisesa yang melihat itu langsung mengambil alih ramuan itu dari tangan Raden Abikara.
"Raka Abikara, tolong kau pegangin dan dudukan Raka Kian Santang. Biarkan aku yang meminumkan ramuan ini,"ujar Raden Surawisesa yang langsung duduk di sisi lain ranjang milik Raden Kian Santang.
' apa-apaan ini ia ingin berbuat apa? Padahal dia tahu rakanya tak ingin meminum ramuan itu malah seperti ini, dasar rayi kurang ajar,"batin Raden Kian Santang yang marah marah tak jelas.
Beberapa saat kemudian , Raden Kian Santang kini telah duduk di ranjang nya dan ia juga di pegangin oleh sang kembaran.
Glek
Tanpa aba-aba Raden Surawisesa langsung meminumkan ramuan itu pada Raden Kian Santang , dengan cara ia mengarahkan gelas yang berisi ramuan langsung mulut Raden Kian Santang."Hmph, Rayi kau jahat sekali pada ku! kau juga sama Raka, padahal sudah jelas aku tak ingin meminum ramuan itu," sungut Raden Kian Santang yang di iringi rengekan, Raden Abikara dan juga Raden Surawisesa hanya tersenyum gemas melihat tingkah sang saudara yang paling Meraka sayangi ini.
Raden Kian Santang langsung kembali kembali merebahkan tubuhnya dan menatap sinis kedua saudara bergantian.
"Hah, Rayi Kian Santang, jangan seperti ini kami melakukan itu agar kau sembuh,"sahut Raden Abikara yang mengambil tangan milik Raden Kian Santang dan mengusap pelan.
"Hiks, raka tidak suka melihat terus terbaring di ranjang mu!,"ujar Raden Abikara yang menangis,Raden Surawisesa dan Raden Kian Santang kaget melihat sisi sang raka yang seperti ini
"Raka kau menangis,"ujar Raden Surawisesa yang sedikit mengejek, Raden Kian Santang langsung menampar pelan tangan sang adik.
"Astagfirullah, Rayi kau ini, benar benar ya."Raden Surawisesa hanya cemberut karena ia di pukul Raka tercintanya.
"Hahaha, rasakan itu, makanya jangan meledek ku Rayi,"balas Raden Abikara yang menertawakan tiba-tiba
Kejadian tersebut."Sudahlah! Silakan kalian berdua ke luar dari sini!"marah Raden Kian Santang tiba-tiba, membuat keduanya terdiam.
"Untuk apa kalian menatap ku seperti itu! cepat keluar dan lanjutkan saling ejek kalian itu Raka, rayi "ujar Raden Kian Santang kembali yang menekankan kalimat akhirnya, ia tahu kedua saudaranya itu sangat sulit akur untuk jika bersama.
Raden Abikara dan Surawisesa menatap Raden Kian Santang dengan tatapan memohon untuk tetap berada di dalam wisma ini.
"Tidak, keluarlah! aku ingin beristirahat lagi pula," ujar Raden Kian Santang yang langsung memalingkan wajah dan berpura-pura untuk tidur kembali.
Setelah mendengar ucapan itu Raden Surawisesa dan Abikara langsung murung, Karena sang saudara tercinta marah mereka.
Mereka langsung keluar dari sana dengan wajah murung dan masam, ternyata di luar sana sudah ada tiga Raka tertua mereka dan kedua Yundanya.
"Kalian di usir lagi? " tanya Raden Gagak Ngampar bertanya, karena beberapa hari lalu saat kedua adiknya itu yang menjaga Raden Kian Santang. Rayi tersayang juga mengusir kedua saudaranya itu karena mereka bertengkar.
"Iya, Rayi Kian Santang ingin beristirahat."Nyimas Rara Santang yang mendengar itu langsung menggeleng pelan.
"Dasar tidak peka kalian berdua, Rayi Kian Santang itu mengusir kalian. Pasti kalian membuatnya marah? Benar?"ujar Nyimas Rara Santang yang di akhiri pertanyaan, Raden Abikara hanya mengangguk.
"Sebaiknya kalian pergi ke Wisma kalian saja dulu, nanti saat malam kalian berjaga kembali!"titah Raden Walangsungsang yang menatap mereka dengan tatapan kasihan.
Setelah kepergian Raden Abikara dan Raden Surawisesa, Nyimas Rara Santang dan Ratna Wulan langsung melenggang masuk ke dalam wisma Raden Kian Santang yang ada di balai pengobatan ini.
"Hah, mereka mendahului kita untuk bertemu dengan Rayi Kian Santang, " ujar Raden Walangsungsang yang sedikit kesal karena tingkah adik perempuannya langsung mendahului dirinya untuk menemui Raden Kian Santang.
"Sudahlah Rayi, biarkan saja. lagi pula Rayi Kian Santang juga pasti bahagia melihat kedua Yundanya itu," ujar Raden Layang Kusama yang berada di belakang kedua adik tertua laki-laki nya.
- To Be Continue -
Bagaimana dengan chapter spesial yang pertama ini?
Sisi lain Raden Abikara terlihat disini.
Gimana ke protectivean saudara Raden Kian Santang yang lain?
Read the rest of the story at Pajajaran Knight : Endless Struggle by monokromvers!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pajajaran Knights : Endless Struggle ( On Going + Slow Up)
Ficción históricaFollow account penulis untuk mendapatkan notif update chapter baru 𝐯𝐨𝐭𝐞 + Comment 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐚𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢!!! Perjalanan? Pemerintahan? Keluarga? Darah suci? pedang Zulfikar...