🌷 Penyusup tak diundang : Alyx 🌷

12 1 3
                                    

Tok tok tok… 

“Siapa!” Gavin terbangun, bertanya dengan nada tinggi, namun tidak dijawab. 

“Siapa woi!”

Ketukan pintu mengejutkan jam dua malam, siapa yang mampir ke rumah tengah begini?

  Gavin menatap pintu berlapis kayu jati coklat, khawatir kalau polisi tahu rumah pelaku tabrak lari. Ketukan pintu terus-menerus menjadi keras seolah-olah hendak menerobos rumah mungil bertingkat dua. Gavin terlonjak dari sofa dan mundur dari pintu yang terus didobrak sampai-sampai-sampai engsel pintunya terlepas sebagian seperti dipukul oleh benda berat. 

Gavin panik lalu bergegas menaiki lantai dua menuju ke kamar. Ia masuk ke dalam kamar dan mengambil sebuah parang di laci untuk melindungi diri dari teror tidak diundang, kemudian bersembunyi di dalam lemari besar berisi pakaian tebal. Derap kaki menggema menandakan bahwa seseorang telah menyusup markas pribadi Gavin, ia mendengar benda-benda berjatuhan menimbulkan suara khas pecahan seperti mencari sesuatu. Berkali-kali memukul benda-benda berbahan beling disertai suara bisikan yang tidak dimengerti oleh Gavin.

   Seseorang menaiki pijakan tangga demi bertahap menuju lantai lantai dua, jantungnya berdegup disertai lelehan keringat dingin di pelipis wajah Gavin.

Kreek…

           Pintu mendecit hingga lebar, Gavin duduk mematung sesekali mengintip luar dari celah       pintu lemari. Bayangan samar bergerak-gerak memasuki kamar, Gavin mendengar jelas suara   geraman saling berbisik satu sama lain. Jika dilihat dari bayangannya orangnya ada dua namun   tidak tahu apakah mereka manusia atau bukan. Gavin mengintip dari celah lemari, kakinya tidak  mampu bergerak serta tangannya gementar melihat mereka berada di dalam kamar, ia ketakutan.

Mereka bukan manusia tetapi bukan polisi, sepasang dua mayat tampak menjatuhkan buku-buku hingga action figure di meja belajar. Wajahnya hancur menampilkan setengah tengkorak dihiasi belatung hidup yang menggantung di luka menganga dan rongga mulut, kulit putihnya seperti sisik hitam dipenuhi lubang-lubang hitam membuat Gavin geli. Rambut seperti abu vulkanik telah rontok nyaris menunjukkan kebotakan serta matanya cekung penuh hitam. 

Jas hitam yang dikenakan mayat pria sangat usang akibat dicabik-cabik oleh usia begitu juga gaun abu-abu dikenakan mayat wanita ikutan usang dengan tercabik-cabik nyaris menampilkan area terlarang. Dari pandangannya tidak ada tanda perasaan di wajahnya selain pucat dengan tatapan kosong.

Gavin menjauh dari celahnya ketika sorot mata kosong mengarah ke arah lemari, perlahan berbalik berjalan seperti sleepwalking. Terus menggeram dengan bersenandung kecil mendekati pintu lemari sedikit terbuka, Tiba-tiba mereka berhenti sejenak menatap pintu lemari. Gavin bergidik ketika sosok itu berdiri tepat di hadapannya. Kedua mayat itu menggeram satu sama lain seraya membicarakan sesuatu yang sulit dijelaskan, mereka berbalik ke arah ambang pintu lalu berjalan tertatih-tatih meninggalkan kamar Gavin.

Perlahan Gavin keluar dari lemari untuk bersiap membunuh dua mayat busuk itu, mulai memberanikan diri sambil menenteng parang. Gavin turun ke bawah menuju dapur minim pencahayaan, suara geraman masih terdengar di telinganya. Ketika menelusuri ruang dapur, Gavin dikejutkan wajah mayat pria dari samping, Gavin terkejut dan refleks menusuk perut mayat itu sampai menembus ke belakang. Dia terhuyung-huyung lalu ambruk dengan darah merembes ke lantai marmer putih. 

Gavin mencabut parangnya dan menendang sedikit ke kepalanya, mayat itu kembali mati. Tiba-tiba mayat wanita menerjang dari belakang dan mencekik tenguk Gavin. Gavin bergulat melepas cengkeraman tangan busuk dengan kuku berwarna hitam dan panjang. Parangnya melayang di udara ketika  berusaha menghindari serangan zombie. Setelah berhasil lepas dari cengkeramannya dengan cepat mengambil parang di lantai dan menusuknya tepat ke lubang mata tengkorak. 

Ia mencabut parang dengan mudah dan mayat wanita itu ambruk di atas mayat pria, mereka tewas berlumuran darah. Gavin mendengus keras usai memenangkan petarungan.  Dalam sorotan lampu remang-remang, dia sadar bahwa dua mayar itu adalah orang tuanya sendiri yang telah meninggal dua tahun lalu. Wajahnya terluka menunjukkan tanda-tanda kehidupan masa lalu, cinta dan kasih sayang.

Gavin menyesal merasakan beratnya dosa dan kesalahan yang telah dia perbuat. Dia memohon ampun atas tindakan mengerikan yang baru saja dilakukannya. Air mata yang mengalir tanpa henti menunjukkan penyesalan yang mendalam atas masa lalunya yang nakal.

**** 

Sebuah mobil polisi melintas di depan rumah Gavin, kedua polisi tersebut  menatap sebuah pintu terbuka dengan latar yang gelap. 

"Apakah ini rumahnya?" tanya polisi mudah bernama Anton. Polisi yang berusia lima puluhan memberhentikan mobilnya tepat di depan pagar. 

"Bisa jadi pemuda itu bersembunyi di sana." Polisi senior bernama Ridwan keluar dari mobil dan mengintip di dekat pagar yang setinggi dada. Pintu pagarnya seperti terlepas dari engsel seperti ada perampok yang menyusup ke rumah salah satu warga. 

Anton keluar dari mobil dan menghampir Ridwan, "Wow, maling itu berulah lagi."

"Lebih tepatnya pelaku kriminal." 

Mereka memasuki pekarangan kecil, dengan hati-hati melangkahkan kaki ke pintu yang terbuka. Mereka disambut i oleh kegelapan dan kemerahan cahaya lampu merah dari mobilr. Mereka menyusuri lorong yang gelap tepatnya menuju dapur.

Mereka terkejut menemukan tiga mayat tergeletak saling menumpuk. Gavin terbaring tak berdaya diatas dua mayat yang sudah busuk. Sedangkan mayat kedua orangtuanya terguyur genangan darah hingga merembes ke lantai. 

Berdasarkan hasil laporan investigasi Gavin diduga meninggal bunuh diri ketika jadi buronan oleh polisi. Gavin tewas dengan cara menusuk diri ke jantungnya. 



Bionarasi

Alyx

Penulis ori orang Bekasi sekaligus lahir di tempat yang sama tanggal 2 Februari, 2000. Suka menulis sejak tahun 2018 sampai sekarang.

Hobinya baca buku, dan dengerin lagu. Beliau mahasiswa jurusan manajemen yang sebentar lagi mau menghadapi skripsi, bagi yang mau kepo silakan kunjungi IG @mapleuniverse.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang