🌷 Teman Lama : Vinor 🌷

8 1 2
                                    

Gluk, gluk, gluk

"Haa! Segarnya!" Ia menyeka mulutnya yang basah sehabis minum air segar dari hip flasknya.

"Zenta! Ayo! Kita akan mulai melanjutkan perjalanan!!" Teriak salah satu prajurit pemandu yang berada dibarisan belakang.

"Oh! Iya! Tunggu aku!" Ia pun mengejar yang sedang berjalan menuju Dungeon. Salah satu calon prajurit SOUL yang berpotensi besar dalam kelulusannya, Zenta Svickaryn, seorang perempuan yang cerdas, dengan mana yang cukup memadai, kemampuan berpedangnya juga hebat, ia sudah bisa menjadi sebagai seorang Swordmages, namun tentu saja semuanya tidak semudah itu. Walau potensinya sudah terlihat di pelupuk mata, namun belum tentu ia dapat

membuktikannya di lapangan, maka dari itu, para prajurit pemandu tetap memasukkannya dalam calon prajurit yang harus mengikuti pelatihan di lapangan.

"Kamu darimana saja?"

"Hehe, aku tadi berhenti sejenak untuk minum" Perajurit pemandu itu pun menghela nafasnya.

"Jangan di ulangi lagi! Kalau mau minum, minum lah sambil berjalan, bukan kah dipemberhentian sebelumnya sudah ku beritahu untuk tidak berhenti sembarangan?? Bisa-bisa kau tertinggal barisan jika begitu!"

"Iya, nyonya Anne, tidak perlu mengkhawatirkan saya sampai sebegitunya, saya mengerti kok!"

"Kau bilang begitu tapi nanti terpisah dari barisan lagi..."

"Hehe, saya janji tidak mengulang lagi!"

Candriana Boleyn Swanpoel Lima, atau Anne, ia lah sang prajurit pemandu yang ditugaskan untuk menjaga dan menuntun seluruh anggota camp 5 dalam pelatihan mereka.

Mereka kini memasuki Dungeon, Dungeon ini terbilang lembab, air menetes dari langit-

langitnya, pijakan yang dilewati juga memiliki banyak genangan air, setelah setengah jam

mereka berjalan, menelusuri Dungeon tersebut, tidak ada satupun monster yang mereka temui, Anne pun memutuskan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat.

"Yak! Kita berhenti disini, silahkan istirahat dulu lima belas menit, Alseno! Kemari!"

Alseno, ia adalah salah satu calon prajurit yang sangat unik, ia dapat merasakan getaran dan perubahan suhu, ia bahkan bisa mengetahui nyalanya sebuah obor di kejauhan 20 meter dan kehadiran seseorang dari jarak yang sama, namun disisi lain, ia juga adalah seorang pemanah, hal tersebut membuatnya tak bisa berperan digaris depan, namun dalam formasi tempur, ia tetap lah ditempatkan dengan pemanah lainnya.

"Apakah kamu sudah merasakan sesuatu?"

"Belum nyonya, belum ada pertanda perubahan suhu maupun pergerakan apapun yang bisa saya rasakan sejauh ini" Anne menghela nafasnya, mendengar hal tersebut membuatnya berfikir apa kah mungkin Dungeon ini sudah dijarah ya... Kalau pun sudah, pasti penjarah-penjarah itu sudah meninggalkan bekas diluar maupun dalam Dungeon.

Lima belas menit berlalu, Anne pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka.

"Ya! Semua! Kembali dalam formasi, kita akan melanjutkan kan perjalanan!"

Barisan yang tadinya berhamburan, kini menyatu menjadi formasi yang siap dalam penyergapan apa pun, Zenta berada di barisan belakang, sedangkan Anne dan Alseno, disertai dengan beberapa calon prajurit lainnya, berada di barisan depan.

Sepuluh menit, dua puluh menit, setengah jam berlalu, perjalanan tanpa obrolan yang sunyi, dikarenakan semua anggota harus fokus dan berjaga di masing-masing posisi.

"Berhenti!"

Alseno tiba-tiba saja mengangkat tangannya, memberi sinyal untuk berhenti bagi barisan belakang, semuanya pun berhenti dan tertegun, diikuti dengan terkejutnya Anne, ada sebuah pintu gerbang besar di depan mereka, pertanda bahwa mereka sudah sampai di ruangan Elite Monster, namun biasanya, Dungeon memiliki banyak rintangan sebelum akhirnya mencapai

ruangan ini, bukan kah sangat aneh sekali kalau jalur yang mereka lewati sedari tadi itu kosong?

"Apa ada sesuatu di depan, Alseno?!"

"Ya! Saya bisa merasakannya nyonya... Namun ini sangat aneh... Suhu jalur yang sedari tadi kita lewati bisa terbilang lembab, basah, dan cukup dingin... Namun suhu di depan adalah

kebalikannya, saya tidak bisa memprediksi apa yang ada di dalam dengan tepat, namun saya yakin pasti itu adalah sesuatu yang besar..." Anne pun mengangguk tegas, memahami betul maksud Alseno.

"Alseno, kembali ke barisanmu" Alseno mengangguk mantap, dan mulai mengambil posisinya dibarisan pemanah.

"Semuanya! Siapkan formasi tempur!" Calon-calon prajurit itu pun mulai berbaris dengan keadaan siap tempur, siap melawan apa pun yang ada di fepan mereka, dengan Anne sebagai pemimpin jalan, ia pun mendorong pintu gerbang tersebut hingga akhirnya terbuka.

Benar kata Alseno, warna merah menyala terpancar dari ruangan itu, panas dari bara yang menyala dari dalam ruangan, menyengat hingga ke barisan paling belakang.

Semuanya tampak terkejut akan situasi yang mereka hadapi... Namun itu barulah situasinya... Belum Elite Monster yang akan mereka hadapi. Seekor naga berkepala tiga itu kini terbangun, matanya yang besar dari salah satu kepalanya kini menatap ke arah prajurit-prajurit berwajah pucat itu.

Pintu gerbang tertutup begitu sang naga membuka mata, beberapa calon prajurit masih berdiri tegak di posisi, sedangkan beberapa yang lainnya lari terbirit-birit, menggedor pintu gerbang,

memohon agar pintu itu terbuka. Kini sang naga sudah berdiri tegak, ketiga kepalanya kini sudah terbangun, Anne yang melihat prajurit-prajurit yang lari itu pun menggertakan giginya, kesal.

"Semua yang bertahan! Siapkan posisi menyerang!!"

Di saat semua orang sedang sibuk bergerak gesit mengambil posisi masing-masing, Zenta, malah berjalan dengan santainya ke depan naga itu.

"Zenta!! Apa yang kamu lakukan! Segera kembali ke posisi!" Bahkan teriakan Anne pun tidak membuatnya menengok, ia terus berjalan hingga akhirnya berdiri tepat di depan naga tersebut, lalu ia membungkuk layaknya menyambut seorang bangsawan, diikut dengan sang naga yang ikut mendudukkan kepalanya, serupa membungkuk kembali pada Zenta.

Para prajurit yang melihat hal tersebut pun termangu keheranan.

"Tak disangka akan ada kawan lama yang mampir dalam tidurku yang panjang ini" Kepala naga yang berada di tengah itu pun berbicara.

"Tidurku? Maksudmu tidur kita?" Kini kepalanya yang berada di kanan pun ikut mengeluarkan suara.

"Ya, benar! Tidur kita!" Kepala yang berada di kiri pun, mengangguk setuju.

Kepala yang berada di tengah pun menghela nafas, pasrah dengan fakta bahwa ia terjebak dengan dua kepala yang memiliki pemikiran masing-masing.

Zenta pun tertawa melihat kejadian tersebut.

"Maaflah jikalau kami mengganggu tidur kalian kawan-kawan, kami akan keluar jika kalian ingin tidur lagi"

"Apakah kalian mau tidur lagi?" Kata kepala yang berada di tengah, kedua sisi kepala yang lain melihat satu sama lain dan mengangguk.

"Yah, nampaknya kita tidak bisa berbincang dulu untuk sekarang... Aku akan membuka kan pintunya, silahkan kau bawa teman-temanmu itu!"

Pintu gerbang pun terbuka, yang sudah menunggu langsung lari keluar tanpa meninggalkan sepatah kata, prajurit yang ada masih menunggu perintah dari Anne.

Zenta berbalik, berjalan menuju Anne.

"Mari nyonya dan yang lain, sang tuan rumah ingin kembali tidur!"

Bionarasi

Vinor Scottnoel, hari-harinya ia di panggil Vinor, seorang anak muda yang menempuh jalur seniman, dalam bidang menggambar, melukis, dan kini menulis, seorang gadis manis yang masih duduk di bangku SMP, yang masih bimbang akan cita-citanya, namun sayang tiada waktu baginya mencari seorang kekasih, ia sungguh terlalu sibuk menjalani kehidupannya itu.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang