Aileen berjalan menyusuri Hutan Bunga Merah bersama kedua temannya, Milo dan Ariana yang biasa disebut dengan Anima. Mereka akan mencari Batu Ammolit yang hilang untuk dikembalikan kepada Raja. Batu tersebut dicuri oleh orang tak bertanggungjawab.
Milo merupakan kucing ras yang memiliki bulu halus berwarna putih dan hitam. Kucing jantan yang selalu menegakkan badannya ketika berjalan dan menganggap remeh kucing-kucing lain yang dirasa tak sebanding dengannya. Milo dijuluki sebagai kucing sombong.
Sedangkan Ariana adalah seekor merpati betina berwarna putih bersih yang cantik dan menjadi primadona di kalangan sesamanya. Ia dikenal ramah dan baik hati. Berbeda dengan Milo yang dianggap sombong. Padahal, justru Ariana yang seharusnya menjadi ancaman, sebab merpati betina itu akan berubah menjadi pemangsa yang sangat buas. Milo saja menghormati Ariana.
"Perjalanan kita akan panjang, ya, Ai?" tanya Milo yang berjalan anggun di sebelah Aileen, sedangkan Ariana terbang bebas di atas pepohonan.
"Iya, perjalanan kita akan panjang," jawab Aileen yang tiba-tiba berhenti karena hampir menginjak segerombolan bunga sepatu berwarna merah muda yang entah sejak kapan ada di depan mereka.
"Milo, jangan pergi terlalu jauh!" seru Aileen ketika Milo melompati bunga-bunga sepatu dan meninggalkan Aileen di belakangnya. Kucing jantan itu merasakan sesuatu yang sepertinya sedang mengancam mereka di depan sana.
"Ada apa?" tanya Ariana yang kini terbang di depan Aileen. Sayapnya mengepak perlahan.
Belum sempat Aileen menjawab pertanyaan Ariana, sebuah akar menjalar dan menarik Aileen masuk ke dalam hutan yang terlihat lebih gelap, padahal saat ini seharusnya matahari bersinar terang di atas hutan dan menembus pepohonan.
Ariana kembali mengepakkan sayapnya lebih cepat untuk mengejar Aileen yang kesusahan melawan akar yang membelit kakinya. Merpati itu beberapa kali hampir menabrak pepohonan, atau lebih parahnya lagi, pepohonan itu mencoba menghalangi pergerakan Ariana.
"Ari!" seru Milo yang kini sudah ada di samping kanan Ariana. Kucing itu melompat pada tiap dahan dan ranting pohon di depannya sebagai pijakan.
"Cepat kejar Aileen!" seru Ariana menukik ke sisi kiri untuk mengejar dari arah lain. Milo mengangguk dan mempercepat laju keempat kakinya. Ia tak ingin bila terjadi hal yang buruk pada Aileen. Milo berhutang nyawa pada wanita berambut biru cerah itu.
Akar-akar yang membelit kaki Aileen semakin banyak. Kini telah membelit tubuh dan satu tangannya. Ia jadi susah bergerak. Usahanya untuk meloloskan diri semakin sulit, ditambah dengan satu akar yang mulai menjalar pada lehernya. Aileen kuwalahan.
"Milo!" seru Aileen tertahan ketika melihat kucing berwarna putih hitam berlari mengejarnya.
"Di sini, Milo," lanjut Aileen masih mampu berteriak dan membuat Milo melompat di atasnya. Tubuh kucing itu berubah menjadi lima kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Jatuh memijak beberapa akar hidup yang membelit Aileen dan mulai mencabik-cabik akar tersebut.
Ariana juga sudah bengubah wujudnya menjadi burung besar dengan paruh kuat dan cakar besar untuk menarik akar pembelit tubuh Aileen. Dengan bantuan kedua temannya, Aileen akhirnya berhasil mencabut pedang miliknya. Gadis itu menebas akar-akar yang terus berusaha membelitnya dan Milo.
Setelah pertarungan selama 1 jam, akhirnya Aileen, Milo, dan Ariana berhasil keluar dari rimbunnya pepohonan. Kini mereka berada di sebuah lapangan bunga yang cukup luas. Seluruh bunga di sana berwarna merah dan terlihat seperti bunga pada umumnya.
"Huft! Hampir saja," ujar Milo seakan menyeka keringatnya. Kali ini kucing jantan itu naik ke atas bahu Aileen dan mengusap-usapkan wajahnya dengan pipi Aileen. Kegiatan yang selalu dilakukan Milo setelah melakukan sebuah pertarungan.
Wusshh!
Seekor merpati putih terbang cepat di depan Aileen dan Milo, menghalau sebuah bunga sepatu yang akan mencelakai Milo.
"Ari!" seru Aileen terkejut ketika melihat Ariana terhempas karena tak menyadari ada bunga lain yang mematuk sayapnya.
Bunga-bunga merah di hadapan mereka bersikap seperti ular yang akan mematuk siapa saja yang berada dekat dengan mereka. Aileen sudah menduga bahwa bunga-bunga itu bukan bunga biasa.
Milo segera berlari dan menangkap Ariana dengan tubuhnya sebelum merpati itu terhempas di atas tanah.
"Terima kasih, Milo."
"Sudah kewajibanku," jawab Milo dengan suara tegas dan waspada.
"Lima menit, Milo. Lima menit dan aku akan pulih kembali."
Milo tak membalas ucapan Ariana karena kucing jantan itu sudah paham dengan kebiasaan Ariana. Meski merpati itu kuat dan ganas, tetapi dua kelemahannya, yaitu kurang gesit dan sayap kanannya rapuh karena pernah melakukan pertarungan besar yang mengakibatkan sayap itu terluka parah.
"Milo, Ari, kalian baik-baik saja?" tanya Aileen ketika kedua temannya kembali berada di jarak dekat dengannya. Mata Aileen berfokus pada bunga-bunga yang berusaha menyerangnya. Kedua tangannya ia gerakkan untuk melawan bunga-bunga ganas itu menggunakan dua pedang yang digenggam.
"Awas, Milo!" seru Aileen memberi peringatan kepada kucingnya karena ada bunga yang hampir mematuk Ariana.
Pertarungan kali ini lebih sengit dari sebelumnya. Bunga-bunga pemangsa jumlahnya sangat banyak, hampir tak ada jalan bagi mereka melewati bunga-bunga itu. Aileen berpikir, mungkin ini alasan kenapa hutan ini disebut dengan Hutan Bunga Merah.
Satu menit kemudian Ariana kembali menegakkan kepalanya. Tenaganya sudah hampir pulih. Sepuluh detik berlalu, merpati putih itu mampu terbang kembali. Kali ini Ariana mengubah tubuhnya lebih besar dari ukuran sebelumnya, sayapnya menjadi lebih lebar dan sekuat baja. Sayap itu mampu melepaskan bulu-bulu baja yang akan menghabisi bunga-bunga merah yang menghalangi mereka.
Milo tak mau kalah, kucing itu juga menajamkan kukunya untuk mencabik-cabik bunga yang menghalangi mereka. Aileen pun memfokuskan kekuatannya pada kedua pedang di tangannya, menyalurkan kekuatan yang dimilikinya kepada kedua pedang itu sehingga mampu menyayat seluruh bunga pemangsa sejauh lima puluh meter.
Pedang itu tak akan melukai Milo maupun Ariana meski kedua Anima itu berada di radar sayatan, sebab Aileen sudah "mengenalkan" kekuatannya kepada Milo dan Ariana.
Pertarungan selama 90 menit itu terjadi karena lawan mereka cukup sulit dikalahkan. Bunga-bunga itu mirip dengan Hydra yang ada di mitologi Yunani. Kepala mereka akan tumbuh dua kali lipat ketika ditebas. Hanya saja, bunga-bunga itu hanya mampu menumbuhkan kepalanya kembali sebanyak satu kali. Jadi, pertarungan Aileen, Milo, dan Ariana sama saja dengan melawan bunga merah sebanyak tiga kali dari banyaknya jumlah bunga yang pertama kali dilihat.
Setelah berhasil melawan bunga-bunga pemangsa, mereka pun akhirnya berhasil keluar dari Hutan Bunga Merah dengan selamat. Meski begitu, perjalanan Aileen, Milo, dan Ariana masih panjang untuk menemukan Batu Ammolit yang menjadi tujuan perjalanan mereka hari ini.
***
Bionarasi:
Muffliatae merupakan nama pena dari seseorang kelahiran 29 Oktober beberapa tahun yang lalu. Ia menggemari dunia menulis sejak masih sekolah, dan beberapa cerpennya tergabung dalam beberapa antologi cerpen dengan nama pena yang berbeda. Muffliatae dapat dihubungi melalui akun sosial media:
Instagram, Wattpad, Twitter : @muffliatae
KBM : @Muffliatae
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Krótkie OpowiadaniaSiapkah kamu menjelajah dunia bersama SOUL? Berisi kumpulan cermin dari para pejuang generasi ketiga. Tidakah membuatmu penasaran dengan isinya? Mari, mampirlah sejenak. Mengikuti kisah yang ditulis oleh para pejuang! . . . SOUL 2023