12. Rumah Ferry

1.7K 74 0
                                    

Mereka berdua tentunya tidak langsung pulang, namun mampir sebentar kerumah ferry. Karna ibu Ferry terus meneror Ferry untuk datang kerumahnya dan mengajak mereka berdua menginap.

Tanpa banyak ucap, tentunya mereka hanya menuruti keinginan sang ibu. Pun, gio yang tampak kelelahan.

Sampai dirumah Ferry, mereka disambut dengan ibu Ferry yang ada di teras rumah menunggu keduanya yang datang sedikit malam.

"Ibu.." Salam Ferry, diikuti gio.

Mengusap surai keduanya, "ayo masuk, udah malem. Nanti ganti baju, gio pake baju Ferry aja ya nak. Trus nanti makan." Ujar ibu Ferry, tangannya yang mulai keriput itu mengusap lembut wajah gio, yang tersenyum.

"Siap ibu, maaf repotin hehe" gio menjawab dengan serta tawa lucu. Ferry sendiri hanya dapat menggeleng kepalanya, Lucu banget aaaa —batin nya.

Ferry dengan lembut menarik tangan gio, "ayo gi, ibu Ferry kamar dulu yaaa" ajak dan pamit Ferry.

"Iya silahkan"

***

Dikamar, mereka berdua telah selesai berganti pakaian dengan pakaian yang lebih nyaman. Kaos dan celana selutut.

"Gimana hari nya? Seneng gak?" Tanya Ferry yang berada dibalas tengah mengisi daya ponselnya. Lalu mendekati gio.

Memeluk Ferry yang sudah ada didepannya, "seneng banget huhu, makasihh" ucap gio.

Mengusap punggung gio dengan lembut, "Sama sama, ayo makan"

"Ayooo" lalu mereka berdua pergi menuju ruang makan. Dengan tangan yang saling menggandeng.

***

Mereka berdua kini telah selesai makan malam, setelah berbincang sedikit dengan ibu Ferry, sekarang keduanya berada dikamar Ferry.

Ferry mengambil ponselnya yang terletak dinakas, "ay, mau nonton ga?" Tanya Ferry, namun matanya fokus melihat pemberitahuan diponselnya.

Gio yang memang tengah bermain ponsel langsung melihat Ferry, "ayoo" mengangguk semangat, gio berucap.

Ferry beralih mengambil laptopnya, dirinya melemparkan ponsel milik nya pada gio. "Nonton apa?" Ucap Ferry setelah dia duduk nyaman dikasurnya.

"Bentar, aku cari dulu" ucapnya begitu.

Beberapa lama mencari, akhirnya mereka menonton. Tak terasa, mereka menonton menghabiskan dua jam lamanya.

Ferry belum terlalu mengantuk sebenarnya, dirinya melihat gio yang sudah tertidur pulas. Lalu teringat bagaimana ia dan gio dapat bersatu.

Flashback,

Beberapa bulan terlewati begitu saja. Pun demikian dengan perjuangan Ferry yang berusaha dekat dengan Sergio, hampir ia dapatkan Sergio, namun salah hari.

Hingga hari itu tiba, dimana dirinya dan gio yang tengah berjalan jalan disekitar asrama mereka pukul delapan malam.

Dengan masing masing tangan yang memegang jajanan, mereka berjalan santai sambil bercakap.

"Gi, mau jadi pacar gue gak?" Ucap Ferry, gio yang sedang melahap bakso bakarnya pun tersedak, tangan ferry memberikan minuman yang dipegangnya.

"Uhuk uhuk, yang bener aja anjir?" Sewotnya setelah tenggorokan nya mereda.

Mengangguk mantap, "iya, mau ga? Males banget cuma pdkt-an doang mah. Mending pacaran, ya ga?"

"Iya juga sih, yodah yok pacaran" jawab gio, dirinya tersentak sesaat saat Ferry dengan excited nya memeluk tubuh bersweater creame itu.

"Aaaaaalopyouuu"

Flashback off.

Terkekeh geli, bagaimana dirinya dan gio berpacaran dengan sangat konyol nya.

"Thanks for everything, babe" diakhiri kecupan singkat didahi dan bibir gio.

29,8,23

[1] SIDE classMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang