17. Makin menjadi

1K 42 2
                                    

Beberapa hari kemudian, setelah ajang Ferry curhat pada hakim diwarung belakang. Keadaan sama seperti sedia kala. Dimana Ferry yang cemburu dan gio yang fine fine aja.

Hari ini, Ferry sudah berada dibelakang gio yang bermain ponsel dengan bersandar pada tubuhnya, pangkuan.

Tangan Ferry mengusap usap perut rata milik gio, yang entah menjadi candunya. Unutk gio, dirinya tengah memainkan ponselnya, namun tak bertahan lama mendengar seruan dari arah pintu kelas.

"Serr, kantin Yo" seruan itu berasal dari jea yang baru saja datang, diikuti temannya yang lain.

Gio beranjak bangun, menyingkirkan tangan Ferry yang melingkari pinggang gio. "Ayo," meninggalkan Ferry yang menatap keduanya dengan tatapan sinis dan kekecewaan tampak Dimata Ferry.

Namun tak bertahan lama, Ferry mengganti tatapan nya menjadi seperti biasa. Lalu dirinya beranjak keluar kelas, bolos.

"Mau kemana fer?" Tanya ketua kelas,

"Bolos ah gue," ujar jujur Ferry.

"Masuk lagi cepet," perintah ketua kelas itu pada Ferry yang sudah ada didaun pintu, Ferry menggeleng kepalanya. "Ora sudi"

Ketua kelas itu hanya mendengus kesal akan kelakuan salah satu anggotanya. Lalu dirinya kembali kebangku miliknya dan mengeluarkan buku catatan karna guru sudah datang ke kelas.

"Pagi anak anak," sapa guru yang masuk dengan buku besar didekapnya.

***

Beralih pada gio dan jea yang sudah jelas membolos, kini mereka berada dikantin tengah memesan minuman.

Jea berjalan mendekati gio yang tengah menyesap minuman miliknya. "Gi, ntar ada waktu ga?" Tanya jea.

Gio hanya diam, dirinya melihat siluet Ferry yang berjalan menuju gedung belakang. "Kenapa emang?"

"Gue mau ngajak jalan, ntar sore. Mau gak?" Jea berucap dengan tangan yang melingkari lengan gio.

"Oke" jawab singkat gio, kemudian dia beranjak mengikuti Ferry yang berjalan kewarung belakang.

"Gue pergi"

"Setan si gio"

***

Ferry berjalan menuju warung belakang, sampainya ia disana ia bertemu dengan hakim kembali.

Hakim tengah tertidur sebenarnya, saat Ferry akan mendekati hakim, dirinya mengubah jalannya menuju samping warung.

"Kunaon Jang, bolos geuningan" penjaga warung itu atau pak rud bertanya pada Ferry yang sudah mengeluarkan sebungkus rokok.

Ferry menaikkan kepalanya ketika pak rud bertanya barusan, karna dia dari tadi menunduk seraya mencari rokok. "Biasa pak, lagi males belajar"

"Ari kamu mah, sekolah yang bener atuh, sia sia ibu kamu biayain sekolahnya." Ujar nasihat pak rud. Ferry sendiri mendengarkan dengan tangan yang mengambil pemantik api.

"Iya juga ya pak,—" Ferry menjeda ucapannya karna menghisap nikotin tersebut,

"—besok besok bakal dikurangin bolosnya deh" kalo iya, lanjut dalam hati.

Tepukan Ferry rasakan, tampak pak rud berjalan menjauhi Ferry karna ada yang memesan. "Yang bener"

"Sip"

4,9,23

[1] SIDE classMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang