17. Laporan Kepada Mami Fajar

60 9 163
                                    


"Kebenaran harus diungkapkan agar semuanya bisa berakhir dengan baik walau kebenaran itu sangat pahit."

~ Najwa Fatmawati ~


Ulangan akhir semester di kelas sepuluh telah usai. Di SMA 13 Kabupaten Tangerang biasanya ada acara classmeeting dan pentas seni untuk mengisi hari sebelum acara terima raport.

Senjana dan teman-temannya tidak ada yang mengikuti perlombaan karena mereka kurang tertarik mengikuti perlombaan seperti itu. Mereka saat ini berada di kelas tengah memainkan ponsel. Kalau acara bebas memang tidak dilarang membawa ponsel.

"Hp baru?" tanya Hanni yang melirik ke arah ponsel Senjana yang memiliki tutup sebagai layar ponsel.

"Iya, yang kemarin udah rusak. Hp dibeliin Ayah," jawab Senjana.

"Oh, lumayan. Yang kemarin kan, kegedean," sahut Hanni.

"Iya, bener, Han. Ini lebih enteng aja bawanya."

"Eh, guys, kita nggak nonton tanding voli?" tanya Larasati.

"Kelas mana yang tanding?" tanya Najwa sembari memainkan ponsel android berwarna merah muda.

"Kayaknya kelas kita habis ini, deh," sahut Diani yang tengah memainkan tablet besarnya.

"Nonton, yuk." Hanni meletakkan tablet besarnya di dalam tas. Hanni dan Diani sama-sama memiliki tablet berwarna putih yang mereknya juga sama.

"Boleh," sahut Najwa.

Mereka semua menyimpan ponsel di tas, kemudian pergi di lapangan untuk menonton pertandingan voli putri karena sebentar lagi kelas mereka yang akan tanding.

Saat pertandingan, mereka fokus menonton. Namun, tiba-tiba saja ada yang melemparkan kaleng ke arah Senjana. Senjana menoleh, ternyata pelakunya adalah Fajar. Senjana melempar balik ke arah Fajar.

"Dia lagi?" tanya Diani yang melihat Senjana melempar kaleng ke arah Fajar.

"Hm. Samperin, ah." Senjana menghampiri Fajar, lalu menjewer telinganya. "Ikut gue!" Senjana menarik telinga Fajar membuat kemerahan di telinga pemuda tampan itu.

"Ganggu banget, sih!" gerutu Senjana. Saat ini mereka berada di depan mading sekolah yang sepi.

"Kenapa, sih? Sewot banget," sahut Fajar dengan santai. Ia melempar kembali kalengnya ke arah Senjana.

"Lo!" Senjana melempar kaleng itu lagi ke Fajar. "Cari ribut?"

"Gabut."

"Dasar orang gila! Dah lah males gue ngeladenin lo yang sinting!" Senjana kembali ke tempatnya karena sudah malas meladeni tingkah Fajar yang sangat jahil.

Fajar kembali ke tempatnya dan kembali melempar kaleng ke arah Senjana.

"Eh, nonton aja, sih. Rusuh banget lo lempar-lempar kaleng," gerutu Ardana kesal karena ulah fajar membuatnya tidak fokus menonton pertandingan.

"Berisik! Suka-suka gue mau ngapain," sahut Fajar dengan ketus.

Ardana memutar bola matanya dengan malas. "Tujuan lo jahilin dia apaan, sih? Kalau suka tembak aja, woy! Jangan kayak orang main petak umpet!" peringat Ardana dengan tegas.

Fajar mendengkus kesal. "Apaan sih, lo? Gue cuma gabut. Emang kenapa, sih? Terserah guelah mau ngapain. Tangan juga punya gue. Bawel!"

"Dih, lo kira anak orang nggak capek ngeladenin tingkah lo yang kayak gitu?" cibir Ardana.

"Biarin aja."

"Caper lo?"

"Enggak." Fajar menggelengkan kepalanya. Ia bukan sedang menonton pertandingan, tetapi menatap ke arah Senjana yang fokus menonton pertandingan.

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang