19. Keserempet Motor

64 9 125
                                    


"Melihat orang yang kita sayangi tersakiti, kita ikut merasakan sakit yang sama." 

~ Bintang Fajar Subuh ~

Setelah dua minggu liburan berakhir, hari ini kembali masuk sekolah di kelas sebelas. Senjana berangkat sekolah dengan angkutan umum karena ayahnya sudah terlebih dahulu berangkat bekerja ke Jakarta, jadi ia menaiki angkutan umum hari ini.

Telah sampai di seberang sekolah, Senjana sudah turun dari angkutan umum. Gadis itu melihat-lihat ke segala sisi untuk menyeberangi jalan. Karena jalanan di sini cukup ramai, apalagi pagi hari. Di jalan depan sekolah cukup rawan tabrakan, membuat Senjana was-was dalam menyeberangi jalan.

Dirasa sepi, Senjana mulai melangkah maju ke depan, menyeberangi jalan raya menuju sekolah.

Namun, saat tengah menyeberangi jalan, ada sebuah motor yang melaju kencang ke arahnya yang Senjana tidak tahu itu. Motor itu menabrak Senjana, membuat gadis itu tergeletak di jalan. Rasa ngilu dan perih pada kaki dan tangan. Senjana merintih, "Akh, sakit," rintihnya.

Penabrak itu untungnya turun dan menghampiri Senjana. "Maafkan saya, Dek."

Bersamaan Fajar yang baru turun dari angkutan umum, menyaksikan Senjana tertabrak motor. Fajar terlihat panik. Ia melihat-lihat jalan. Sekiranya sudah sepi, pemuda itu bergegas menyebrang dan menghampiri Senjana. Ia melihat kaki Senjana mengeluarkan cairan merah kental.

Fajar menatap tajam pengendara motor yang menabrak Senjana adalah seorang bapak-bapak.

"Eh, Pak, lihat-lihat dong kalau bawa motor! Kan, temen saya ketabrak. Bapak harus tanggung jawab!" ujar Fajar dengan lantang. Melihat Senjana kesakitan membuat dirinya merasakan sakit juga entah mengapa.

"Maafkan saya, Dek. Saya buru-buru. Saya nggak lihat kalau Adek ini mau menyeberang."

Senjana memegangi kakinya. "Auw, sakit kakiku," rintihnya lagi.

Fajar menatap Senjana. "Kaki lo sakit banget?" Senjana hanya menganggukkan kepalanya.

"Bapak harus bawa temen saya ke rumah sakit, kakinya berdarah, tuh!" tuntut Fajar.

"Iya, saya pasti akan tanggung jawab. Adek bisa berdiri?" tanya bapak itu.

Senjana menggelengkan kepalanya. "Ah, nggak usah, Pak. Saya nggak kuat naik motor. Fajar, tolong gue. Obatin aja ke UKS. Gue kalau ke rumah sakit nggak kuat."

"Saya kasih uang aja, ya, buat berobat. Saya buru-buru soalnya. Anak saya mau operasi hari ini." Pria paruh baya itu mengeluarkan uang sebanyak enam lembar berwarna merah. "Ini uang buat berobat. Kalau kurang, bisa hubungi saya. Ini kartu nama saya, ada alamat kantor saya dan nomor teleponnya." Iya memberikan kartu nama kepada Senjana.

Senjana menerimanya. "Makasih, Pak. Silakan Bapak pergi. Kasihan anaknya udah nungguin Bapak mau operasi. Semoga lekas sembuh."

Pria itu pergi, Fajar segera membantu Senjana berdiri.

"Akh, sakit banget kaki gue. Gue nggak kuat!"

"Ya udah gue gendong." Fajar menggendong tubuh Senjana ala bridal style. Senjana tidak menolak karena kali ini benar-benar sangat sakit kakinya dan lemas. Ia hanya bisa menerima bantuan dari Fajar.

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang