25-MANTAN-

167 16 12
                                    

"Anda tidak sedang berbohong 'kan?" Dari sorot mata Sarada, sangat terlihat sekali jika perempuan itu masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja Boruto ceritakan kepadanya.

"Jika kamu tidak percaya, maka kamu boleh mencaritaunya sendiri. Asalkan jangan sampai ada orang luar yang tau mengenai anak siapa Sarada sebenarnya. Karena itu adalah bagian yang perlu ditutupi dari kisah keluarga kami, hanya orang-orang dekat saja yang mengetahui tentang hal ini." Boruto mewajari jika Sarada tidak bisa dengan mudah percaya padanya. Dia mempersilahkan dengan luas jika Sarada ingin menyelidiki kebenaran ini sendiri asalkan jangan sampai Sarada membuka aib keluarga Dhanurendra. Bukan ingin menutupi sisi jelek atau mereka hanya ingin terlihat sisi baiknya saja, tetapi mereka lebih memperhatikan Sarada kecil.

Bagaimana nasib anak itu di dunia luar jika publik mengetahui asal-usulnya? Walau keturunan marga besar Dhanurendra, tetapi tidak menutup kemungkinan jika anak itu akan mengalami perundungan fisik ataupun batin. Dan kendati mungkin hanya sedikit yang merundung, tetap pasti ada. Oleh karena itu mereka memutuskan akan tetap menyembunyikan keburukan ini.

"Apa yang akan Anda lakukan untuk bisa membuat saya percaya dengan cerita Anda?" Sarada menatap Boruto, sambil menyilangkan kakinya.

"Saya siap membawa kamu untuk kembali ke Konoha supaya kamu bisa mencaritau dan bertanya kepada orang-orang yang tau tentang hal ini. Supaya kamu bisa percaya jika saya tidak membohongi kamu." Boruto siap melakukan apapun untuk membuat Sarada bisa kembali percaya kepadanya.

"Lalu, apa gunanya jika saya mempercayai kebenaran itu? Saya dan Anda sudah tidak memiliki hubungan apapun, kebenaran tersebut tidak berguna lagi sekarang." Sarada tidak mau lagi dengan mudah mempercayai Boruto. Kekecewaan itu membuatnya trauma hingga tidak lagi bisa sepenuhnya mempercayai laki-laki di luar, membuatnya membangun tembok gerbang hati yang kokoh hingga laki-laki di luar sana tidak dapat menembus pertahanan hati Sarada.

Pernah ada beberapa laki-laki yang mencoba mendekatinya, tapi Sarada dengan halus menolak mereka. Pemenangnya masih masa lalu, tetap Boruto.

Boruto menatap melas pada Sarada. Dari sorot tatapannya, terlihat sekali jika pria itu sangat berharap untuk Sarada bisa kembali menerima dirinya. "Saya ingin kita kembali seperti dulu, menjalin hubungan cinta. Sampai saat ini saya masih sangat mencintai kamu, entah apa sebabnya rasa ini bisa bertahan dan menancap kokoh dari sembilan tahun yang lalu hingga sampai detik ini. Tapi saya tau, bahwa saya masih sangat mencintai kamu, Sarada."

"Anda yang memilih meninggalkan saya," bantah Sarada menegaskan.

"Saya terpaksa melakukannya," sanggah Boruto.

"Lalu kenapa Anda tidak mengatakan saja alasan mengapa Anda harus menikahi wanita itu? Setidaknya saat itu saya bisa mengikhlaskan Anda dengan lapang dada karena itu adalah amanah dari almarhum Kakak Anda. Walau berat, tapi jika itu yang terbaik maka saya akan tetap melakukannya. Bahkan mungkin kita bisa lebih damai daripada keadaan kita seperti sekarang. Andaikan Anda mengatakan kebenaran ini dulu, maka saya akan terima dengan lapang dada pernikahan Anda dengan wanita tersebut. Bahkan ketika hubungan itu selesai, kita masih bisa menjadi teman baik, bukan malah seperti ini!" Sarada tetap tidak ingin kalah, ia terus memojokkan Boruto.

"Saya tidak bisa, Sarada. Keluarga besar menentang saya, mereka tidak memperbolehkan tragedi ini diketahui siapapun juga selain anggota keluarga."

"Tapi ujung-ujungnya semua juga tau 'kan?"

Boruto menunduk, mau menyanggah bagaimanapun Boruto akan tetap kalah, karena dalam cerita Sarada dia-lah antagonisnya. "Maaf." Hanya itu yang dapat Boruto katakan.

Sarada tersenyum kecil. "Saya memaafkan Anda, tapi saya nggak melupakan sakitnya luka itu. Mungkin di masa ini, bisa dikatakan jika saya sudah membaik daripada terakhir kali kita bertemu. Tapi jujur, jika mengingat semua itu, rasa sakitnya masih terasa sesak bercampur nyeri." Sarada memalingkan wajah. Tidak mengelak jika cintanya masih utuh untuk pria di depannya, kendati sembilan tahun tidak pernah lagi berkomunikasi walau hanya untuk sekedar bertukar atau menanyakan kabar, tidak pernah mereka lakukan.

-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang