Bab 12 perempuan menjijikkan

63 7 1
                                    

Hyun Ki yang tidak menghiraukan permintaan Zahra, membuat Zahra harus berbuat nekad. Zahra menjewer telinga Hyun Ki dengan sangat keras sambil membawa tubuh Hyun Ki agar menjauh dari tepi rooftop.

Setelah berada ditengah-tengah rooftop, barulah Zahra melepaskan telapak tangannya yang terbalut sarung tangan itu, dari telinga Hyun Ki. Zahra telah mempersiapkan semuanya dan tidak ingin bersentuhan langsung dengan kulit yang bukan mahramnya.

Hyun Ki cukup kaget melihat telapak tangan Zahra yang terpasang sarung tangan, di musim panas seperti sekarang.

"Tolong dengarkan saya baik-baik! Kalau kamu meninggal karena bunuh diri, kamu tidak akan langsung bertemu dengan Hong Yeon. Kalian tetap akan berpisah dan sendiri-sendiri di alam barzakh dalam waktu yang sangat lama."

Kening Hyun Ki berkerut bingung, ia sedikit kesal dan kecewa dengan fakta baru yang telah disampaikan oleh Zahra.

"Sebagai seorang perempuan. Batin kami, Saya dan Hong Yeon tidak akan berbeda jauh. Hong Yeon pasti akan merasa sangat sedih jika mengetahui bahwa kamu akan mengakhiri hidupmu sendiri, sebelum ajal menjemput. Tolong pikirkan, apakah alasan Hong Yeon bunuh diri adalah, agar kamu ikut bunuh diri?"

"Kita semua, Manusia, akan dijemput oleh malaikat maut pada waktunya. Kenapa harus terburu-buru? Mengapa tidak menunggu malaikat yang menjemput kita? Kenapa kita memilih pergi seorang diri? Kalau tersesat, bagaimana? Kita juga yang akan kesusahan. Malaikat pasti juga kerepotan mencari jiwa kita."

"Jadi, sembari menunggu kapan waktu terakhir kita di dunia. Lebih baik, kita menyiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk perjalanan ke alam setelah ini."

Sisi Hyun Ki yang lain sangat menyetujui masukan-masukan yang disampaikan Zahra, tetapi sisi lainnya masih kekeh untuk mengakhiri hidup.

"Kamu bukan Hong Yeon-Ku. Hong Yeon mengakhiri hidupnya demi cinta kami. Lebih baik kamu pergi dari sini!! Jangan sampai, orang-orang menuduhmu nanti, memfitnahmu sebagai orang yang telah membunuhku. Kamu tahu bukan, bagaimana Agama Islam sangat tidak dihargai dan dibenci di Negeri ini?!" Hyun Ki sempat-sempatnya memikirkan orang lain disaat dirinya hendak meninggalkan kehidupan dunia. Tanpa sadar, Hyun Ki mengawatirkan Zahra, Ia tidak ingin keluarganya, menuduh dan membenci Zahra karena dianggap orang yang telah membunuh Hyun Ki.

Hati Zahra cukup teriris oleh fakta yang disampaikan Hyun Ki hingga membuat air matanya menggenang di pelupuk mata. Entahlah, akhir-akhir ini Zahra sangat mudah menangis. Mungkin karena dia tengah hamil untuk pertama kali atau mungkin karena Zahra tengah depresi menghadapi kenyataan bahwa dirinya, telah berbadan dua karena diperkosa.

Zahra yang berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh sambil menyembunyikan dari Lelaki berhati batu seperti Hyun Ki, tiba-tiba pandangannya berangsur-angsur kabur dan kepalanya terasa sangat pusing. Hingga akhirnya Zahra jatuh terkapar di lantai rooftop.

Hyun Ki yang panik melihat Zahra pingsan, bergegas mendekat untuk melihat lebih jelas bagaimana keadaan gadis berhijab itu. Dua kubu bermusuhan didalam benaknya. Satu kubu ingin menolong tetapi kubu lainnya memaksa Hyun Ki agar segera meloncat dan mengakhiri hidup. Karena kalau sekarang Hyun Ki membantu orang asing tersebut, Hyun Ki tidak jadi bertemu Hong Yeon.

"Bagaimana kalau cewek ini ikut meninggal dunia?! Tidak!! Dia tidak boleh mati sekarang!! Hanya diriku yang boleh mengakhiri hidup hari ini! Hanya saya yang boleh dijemput oleh malaikat maut, malam ini juga." Batin Hyun Ki berpikir diluar prediksi penonton. Hyun Ki tidak ingin menyia-nyiakan waktu, karena sekarang adalah hari dimana Hong Yeon bunuh diri. Hyun Ki beranggapan, mengakhiri hidup di tanggal dan bulan yang sama, akan dipertemukan di tempat yang sama dengan mantannya tersebut. Kalau seandainya, Zahra ikut mati bersama dengan Hyun Ki, dihari ini, takutnya adalah Zahra akan dikirim ke tempat dimana Hong Yeon berada sedangkan Hyun Ki ke tempat lain.

Dengan sekuat tenaganya dan dengan niat murni tanpa tercampur perasaan tertentu, Hyun Ki menggendong tubuh ramping Zahra untuk dibawa ke rumah sakit terdekat, melalui tangga darurat yang telah dilewati sebelumnya.

Sesekali Hyun Ki berhenti untuk memulihkan tenaganya, dan tidak sengaja menatap wajah Zahra yang pingsan. Hyun Ki baru menyadari bahwa muka gadis muslimah tersebut sangat pucat, kantong matanya mengendur, bibir tipis yang juga pucat kering. Karena kondisi Zahra yang sangat mengkhawatirkan, tenaga Hyun Ki makin meningkat untuk segera menolong perempuan malang tersebut.

Hyun Ki bertanya-tanya mengenai kondisi Zahra, apa yang telah terjadi terhadap gadis yang dahulunya sangat ceria tersebut. Hyun Ki juga menyalahkan dirinya yang mementingkan diri sendiri dan terlalu cuek akhir-akhir ini pada Zahra, yang notabenenya adalah mahasiswi internasional yang masih harus diawasi dan diurus, karena masih baru di negara asing.

Ketika mereka berdua telah sampai di lantai terbawah, Hyun Ki dengan cekatan memasukkan dan membaringkan tubuh Zahra, telentang, kedalam taksi yang telah dipesannya. Hyun Ki bergegas untuk duduk di kursi sebelah Pak sopir.

"jinjonghae jolmeuni ne namjachinguneun gwaenchaneul kkoya geunyang anjaso dwijjwasoge anjji geuraeyo? (Tenanglah, anak muda. pacarmu pasti akan baik-baik saja. kenapa kamu tidak duduk dan mendampinginya dibangku belakang?)" Ujar Pak sopir taksi yang berusaha menenangkan Hyun Ki yang tampak sangat panik, nafas lelaki tampan itu juga ngos-ngosan.

Hyun Ki tidak membalas perkataan Bapak taksi, malah tersenyum tipis. Hyun Ki terheran dengan nasibnya, kenapa orang-orang selalu, langsung menganggap Zahra sebagai pacarnya. Sejenak, Hyun Ki menyadari sesuatu, bahwa peristiwa beberapa menit lalu adalah pertama kalinya di hidup Park Hyun Ki, menggendong tubuh seorang makhluk yang disebut Perempuan. Memikirkan fakta tersebut membuat detak jantung Hyun Ki berdenyut cepat.


🏥🏥🏥🏥🏥🏥

"hijabeul sseun yojaaeneun ottae uisa sonsaengnim? (bagaimana keadaan gadis berhijab itu, dokter?)" Hyun Ki langsung bertanya mengenai keadaan Zahra, setelah dokter keluar dari kamar pemeriksaan. Hyun Ki memilih menunggu diluar dan tidak menemani Zahra didalam.

"o dangsineun geunyoe nampyonime teulrimopssoyo chukahaeyo dangsine anaeneun dangsine sarange yolmaereul gajigo itsseumnida anaee yukchejok jongsinjok gongangeul dolboseyo nomu yakaesoyo hajiman modeun gosi anjonhago anjonhagi ttaemune gokjjonghal piryoneun opsseumnida jega yakkkugeso chobanghan yageul momkkapaneun goseul itjji maseyo silryehagetsseumnida. (oh! kamu pasti adalah suaminya. selamat! istri anda tengah mengandung buah cinta kalian. tolong jaga kesehatan fisik dan mental istri anda. karena kandungannya sangat lemah. namun anda tidak perlu khawatir karena semuanya telah aman dan selamat. jangan lupa tebus obat yang telah saya resepkan ini pada instansi farmasi. saya permisi.)"

Hyun Ki terdiam seperti orang dungu. Ia sangat terkejut mendengar mengenai bagaimana keadaan Zahra dari dokter yang tidak mungkin berbohong. Apa karena keadaannya yang tengah hamil, makanya Zahra pingsan. Atau Zahra yang stres berat karena mengetahui dirinya tengah hamil, makanya Zahra pingsan. Satu sisi, Hyun Ki sangat kasihan kepada Zahra. Namun satu sisi lainnya, Hyun Ki merasa jijik terhadap perempuan yang tidak lagi suci tersebut.

Hyun Ki dengan cepat memasuki kamar untuk bertanya langsung kepada Zahra tanpa memikirkan perasaan perempuan itu nantinya.

"Apakah anda mengetahui bahwa tubuh anda tengah mengandung sebuah janin?!!!" Hyun Ki bertanya dengan sangat dingin kepada Zahra yang baru saja sadar dari pingsan.

"Apa urusannya dengan anda!! Memangnya, Anda mau bertanggung-jawab terhadap janin haram ini?!!!!"

Kenapa Harus Korea?! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang