H-1 hari, besok adalah batas waktu terakhir bagi Zahra dalam menemukan calon suami pilihannya sendiri. Jika tidak, orang tua Zahra yang akan memilihkan suami untuknya yaitu Ustadz Ali. Meskipun, Zahra dan ustadz Ali telah saling bertukar pesan, Zahra belum mengiyakan ajakan khitbah tersebut.
Orang tua Zahra pikir, anak gadisnya tersebut sudah sangat dewasa dan harus segera menikah. Pernikahan adalah Hal baik yang tidak boleh ditunda. Mengingat Zahra bukan lagi menempuh studi sarjana tetapi doktoral. Zahra adalah anak pertama dan tidak boleh sampai dilangkahi oleh adiknya yang juga berniat akan menikah dalam waktu dekat.
Zahra dan Hyun Ki tengah berada diteras Masjid Pusat Seoul. Hanya ada mereka berdua disana, karena Zahra meminta pembicaraan yang personal.
"Hyun Ki. Tolong, pikirkan dengan matang. Jangan mengambil keputusan yang terburu-buru. Saya tidak ingin kamu memeluk keyakinan yang tidak kamu inginkan, hanya demi menikah bersama saya. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan saya. Insya Allah saya pasti bisa menjalani nasib saya sendiri." ujar Zahra sendu. Bagi gadis Indonesia tersebut, Agama adalah segala-galanya. Zahra tidak mau mengambil Hyun Ki dari tuhan yang diyakininya.
"Saya memang belum meyakini Tuhanmu secara 100% tapi saya tidak dapat mengelak, bahwa hati saya sangat nyaman dengan ajaran Islam. Jadi, tolong jangan halangi saya untuk memasuki keyakinan yang kau anut, Zahra" balas Hyun Ki bijak tanpa menghadap pada lawan bicara, karena mata Hyun Ki tengah memandang kalimat berlafadz Allah SWT dalam bahasa Arab.
Zahra sangat terharu dan kagum mendengar jawaban Hyun Ki. Zahra tidak yakin, bahwa seandainya Zahra terlahir di keluarga non muslim, ia juga akan bertindak sehebat Hyun Ki. Hyun Ki rela melepaskan kehidupannya yang dahulu demi menjemput hidayah yang tidak akan datang sendiri, tanpa berusaha. Zahra mengetahui bahwa setiap roh manusia, tidak peduli terlahir di negara manapun atau lingkungan apapun, pasti akan mencari yang namanya, kebenaran tanpa kita sadari. Sama seperti Hyun Ki, jiwa Hyun Ki hanya akan tenang bila berdekatan dengan Islam.
"Tidak saya sangka. Bahwa saya akan membuat perubahan besar dalam hidup saya sendiri. Padahal, saya bukanlah tipe orang yang menyukai pembaruan apalagi perombakan besar. Tidak terpikirkan bahwa sebentar lagi, saya akan meninggalkan kepercayaan yang telah saya anut dari sejak lahir. Saya juga tidak pernah mengira, bahwa saya akan menikah di usia 25 tahun. Usia yang masih muda bagi para pemuda Korea. Ditambah, zaman sekarang, banyak anak muda yang tidak ingin menikah dan berkeluarga. Jika boleh saya berkata jujur, saya tidak ingin mengkhianati cinta dan pengorbanan Hong Yeon. Namun, saya tidak bisa hanya berdiam diri, melihat kamu menderita akibat sesuatu yang bukan kesalahanmu. Saya benar-benar dilema." Ujar Hyun Ki dengan air mata yang jatuh tanpa terkontrol.
"Hong Yeon pasti sangat bangga karena Hyun Ki-nya telah berubah menjadi lebih baik bahkan sangat baik. Karena Hyun Ki-nya rela berkorban demi orang lain meski mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Kau tahu Hyun Ki, kisah cinta seperti apa yang paling hebat yang pernah ada di dunia ini? Yaitu kisah cinta yang tidak pernah menemukan kebersamaan. Tingkat tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan. Saya juga tidak pernah sekalipun menemukan kebersamaan dalam mencintai seseorang. Namun, dewasa kini, saya menyadari bahwa hidup akan terus mengalir. Hidup tidak akan berjalan sesuai keinginan ataupun rencana kita. Tapi percayalah semua yang dikehendaki Tuhan, pasti selalu tersembunyi kebaikan, yang tidak terpikirkan oleh nalar manusia."
"Kamu benar, Zahra. Hidup akan terus berlangsung. Dan kita yang masih diberi waktu untuk hidup, harus terus berjuang dalam menghadapinya. Sekeras apapun itu, kita harus berusaha semaksimal mungkin hingga waktu penjemputan datang. Dari semua kisah sebelumnya, akhirnya, saya menemukan tujuan hidup saya. Saya telah mendapatkan alasan tersendiri untuk tetap hidup dan tidak akan menyerah lagi. Mungkin, masuknya saya ke dalam ajaran Islam, sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta, karena momennya sangat tepat, bertepatan dengan saya yang telah menemukan tujuan hidup. Dan untuk melengkapi terobosan baru tersebut, saya telah bertekad untuk mengubah nama saya, supaya perubahan besar yang akan saya lakukan tidak setengah-setengah." Ujar Hyun Ki sangat enteng dan tanpa beban serta tidak keberatan.
Zahra yang sebelumnya menghadapkan tubuhnya tidak pada Hyun Ki, sekarang mengarahkan posisinya kepada lawan bicaranya itu.
"Kak Hyun Ok, pasti sangat bahagia karena hal yang diinginkannya telah terwujud." Ujar Zahra ikut bahagia tanpa sadar air matanya menggenang di pelupuk mata. Zahra bukan gadis yang mudah menangis tetapi jika Zahra terlalu bahagia, maka air matanya akan terproduksi tanpa terkendali.
"Betul. Kamu benar, Zahra. Kakak sangat bahagia dan juga terharu mengetahuinya. Akhirnya, adik tersayang kakak, telah menemukan kembali, alasannya untuk tetap hidup. Terimakasih Zahra, telah membantu kakak menyelesaikan misi. Dan tepat sekarang, misi kita telah tuntas bahkan berakhir lebih bahagia. Selamat atas pernikahan kalian besok. Walaupun terlalu cepat, Kakak tetap ikut bahagia dengan pernikahan kalian. Mungkin, ini yang dinamakan jodoh, meski kalian berdua baru mengenal, kalau sudah ditakdirkan, waktu pun tidak bisa menghalangi. Kakak sangat lega melepas Hyun Ki kepadamu. Tolong, jaga adik kakak satu-satunya ini, ya, Zahra?" Ujar Hyun Ok yang ternyata menguping pembicaraan Zahra dan Hyun Ki sedari awal. Hyun Ok sangat terharu mengetahui perjalanan kisah cinta Zahra dan Hyun Ki. Apalagi besok adalah hari sakral mereka. Hyun Ok belum mengetahui alasan Hyun Ki yang tiba-tiba berniat menikahi Zahra. Hyun Ki tidak ingin orang lain mengetahui aib Zahra, biarlah dirinya dan Zahra yang tahu dan akan menutupi kebenaran tersebut dari publik. Hyun Ki tidak ingin orang-orang menghakimi Zahra. Karena itu lah alasan Hyun Ki bersedia menikah dengan Zahra.
Zahra memeluk Hyun Ok dengan erat sembari menangis "Terimakasih juga Kak Hyun Ok. Karena telah menjaga adik, yang sangat baik ini. Kalau boleh jujur, Zahra sangat bersyukur karena Hyun Ki mau dan bersedia menikah bersama Zahra, tanpa mempermasalahkan Zahra yang tengah hamil dan tidak suci lagi. Hyun Ki juga rela mempertaruhkan kebahagiaannya demi, agar Zahra tidak bertindak salah dan malah menipu calon suami Zahra nanti, calon suami yang belum tentu mau menerima kecacatan Zahra seperti Hyun Ki menerimanya. Kebaikan Hyun Ki tersebut sangat mulia dan belum tentu semua pemuda muslim saleh, mampu dan mau melakukan yang dilakukan Hyun Ki." Batin Zahra sambil menangis sangat deras di pelukan Hyun Ok. Hyun Ok yang berpikir Zahra tengah menangis bahagia, hanya membiarkan lalu mengusap punggung Zahra.
Zahra belum bertanya ulang kepada Yo Han, apakah pemuda tersebut mau bertanggung jawab dan menikahi Zahra. Karena Zahra pikir tindakan tersebut tidak perlu dan hanya akan membuang tenaga. Bukankah, Yo Han tidak ingin melihat Zahra apalagi bertemu dengan Zahra? Secara tersirat, Yo Han tidak akan mau bertanggung jawab atas perbuatannya, apalagi menikah dengan Zahra.
"Ayo, kita semua harus segera masuk karena semua persiapan termasuk imam sudah tiba didalam masjid." Ajak Hyun Ok setelah Zahra menyudahi tangisnya.
"Zahra, setelah Hyun Ki mengucapkan kalimat syahadat alias masuk Islam, Kamu segera mungkin menghubungi orang tua dan keluarga dekatmu di Indonesia ya?! Kita akan video call dengan tujuan silaturahmi, perkenalan dan meminta izin restu kepada mereka atas pernikahan kamu dan Hyun Ki besok. Semoga orang tuamu bersedia untuk menerima pernikahan dadakan kalian ini, hanya diadakan di Korea Selatan terlebih dahulu untuk sementara waktu. Dan saat acara resepsi barulah akan diselenggarakan di Indonesia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Korea?! (Hiatus)
Fiksi RemajaBagaimana jika seorang gadis muslimah sederhana direnggut harta berharganya oleh CEO tampan asal Korea Selatan? Bagaimana seorang mantan Idol menemukan setitik cahaya hidayah di penghujung kehendaknya yang ingin segera pergi dari dunia? Fatimah Az-Z...