Bab 7 telinga gatal?

81 9 0
                                    

Zahra berpikir dirinya akan diantar pulang menuju ke Apartemen namun ternyata Nyonya Choi malah membawanya ke sebuah restoran mewah yang memiliki penginapan di lantai atas.

"Mohon maaf, Nyonya Choi. Saya tidak ingin ke tempat makan. Karena saya akan beribadah di Apartemen saya." Bantah Zahra ketika mobil telah terparkir.

Nyonya Choi memberikan Zahra tatapan dingin dan tegas. Jujur, ia sedikit kesal dengan tingkah Zahra yang cerewet dan tidak penurut.
"Maaf, Nona. Saya hanya mengikuti perintah. Saya tidak bisa melawan Direktur muda. Jika Nona menolak untuk tidak pergi ke restoran, lebih baik Nyonya sendiri yang memberitahukan kepada Direktur. Bukan kepada saya, karena tidak akan berhasil. Jadi, mari saya antarkan ke tempat Direktur Kim. Dia telah menunggu kita direstoran sedari tadi. Jika kita mengulur waktu lagi, saya bisa diberhentikan olehnya. Mari, Nona."

Zahra melangkah sembari menghentakkan kaki kakinya kasar, begitu lah cara Ia melampiaskan marahnya.

Direktur muda yang bernama Kim Yo Han tersebut menatap Zahra, kekasih ranjangnya tadi malam, dengan tatapan cerah dan senyuman tipis setelah Zahra berdiri di hadapan.
"Selamat datang. Nona Fatimah Az-Zahra. Silakan duduk." Ujar Yo Han tidak seperti biasanya. Yo Han tidak pernah menyambut siapapun karena dia terkenal sangat sombong dikalangan pebisnis Korea. Namun kali ini berbeda dan bertujuan.

Zahra langsung memukul lengan Yo Han bertubi-tubi dengan tas selempang kecil miliknya sambil berkata "Apa maksud anda memaksa Nyonya Choi untuk membawa saya ke sini!! Karena ulah anda! Ibadah yang harus saya lakukan tertunda! Tolong beritahu Nyonya Choi agar bersedia mengantar saya ke Apartemen! Saya harus shalat! Saya harus menyembah Tuhan saya! Orang seperti anda mana mengerti Sembahyang!!"

"Wait! I am understand. Saya akan menyewakan sebuah kamar untuk anda beribadah." Yo Han yang cerdik sejak lahir langsung berpikir cepat agar tulang lengannya tidak bergeser akibat dipukul terus menerus oleh seorang gadis.

Zahra sedikit lega mendengar ucapan Yo Han, karena akhirnya ia dapat melaksanakan shalat Maghrib. Yo Han yang tidak banyak bicara langsung menarik tangan kanan Zahra yang dilapisi kain, bermaksud mengajak sembari mengantarkan Zahra menuju kamar yang telah disewanya. Zahra yang mendapatkan pegangan mendadak tersebut, dengan cepat dan kasar, melepaskan tangannya yang sempat ditarik oleh Yo Han.

Sesamapainya di kamar sewaan, Yo Han membuka pintu kamar yang dari luarnya sudah terlihat elegan. Mata Zahra sampai membulat kagum. Ia tidak percaya, sebuah kamar direstoran tersebut ternyata sangat mewah dibanding Apartemennya.

"Kamar mandi, ada disini." Yo Han yang mulai mengerti sedikit mengenai kepribadian Zahra, memilih untuk bersuara dan mengatakan letak ruangan sambil mengarahkan menuju tempat yang dituju, dari pada menarik tangan Zahra tanpa persetujuan.

Zahra yang tidak ingin mengeluarkan suaranya sedikitpun, di telinga Lelaki yang menurutnya sangat biadab tersebut, karena telah menodai kehormatannya, memilih untuk mengikuti langkah lelaki itu saja.

Ketika tiba dikamar mandi, Zahra yang hendak menutup pintu kamar mandi, mendadak terhenti karena perkataan mendadak Yo Han. "Bagaimana kalau kita berkomitmen untuk hidup bersama?" Ujar Hyun Ki tanpa basa-basi.

"Maaf. Saya tidak bisa menerima anda karena kita sangat berbeda." Zahra menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu yang hampir tertutup sempurna. Celah yang bersisa digunakan oleh kepala Zahra saja, untuk berkomunikasi dengan Yo Han.

"Saya tidak meminta komitmen seperti komitmen pernikahan. Namun menginginkan anda menjadi pacar saya. Agar anda mengizinkan saya menyentuh, kapanpun saya mau."

"wHAT!?? Anda tidak waras! Dengar! Saya akan lebih, tidak membiarkan Anda menyentuh saya, jika saya adalah pacar anda!"

"Jadi, Apa yang harus saya lakukan? Agar saya dapat menyentuh Anda selamanya!" Ujar Yo Han sedikit frustasi karena Zahra sangat bertele-tele untuk dirinya yang to the points. Ditambah, Yo Han tidak mengerti apa yang harus dilakukan agar sesuai dengan kemauan dan prinsip Zahra. Yo Han tidak mengetahui ajaran yang dianut Zahra. Agama Islam.

"Kalau anda ingin bebas menyentuh seorang perempuan yang beragama Islam. Anda harus menikahinya."

"MENIKAH?!!!" Kaget Yo Han luar biasa. Yo Han yang tidak pernah berkencan selama hidupnya dan sekarang harus menikah, harus dikekang dalam tali suci perkawinan, hanya untuk bersentuhan dengan seorang gadis biasa.

Zahra langsung menutup dan mengunci pintu kamar mandi untuk berwudhu. Jantung Zahra sempat berdetak lebih cepat karena kata 'menikah'. Zahra kembali teringat dengan perkataan Ibunya ketika di kampung, yang memintanya untuk membagi fokus Zahra pada studi dan juga cinta. Supaya ketika telah menyelesaikan pendidikan S-3 nya, Zahra dapat langsung menikah. Zahra harus segera mencari jodohnya sembari belajar giat untuk pendidikannya. Tekad Zahra.

Setelah salam dan zikir terucap, Zahra langsung berdoa seusai shalat Maghrib yang didirikannya.
"Ya Tuhanku, sungguh aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. Ya Robb, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia, dan akhirat. Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Zat Maha Waris Paling Baik."

"Ya Tuhanku, yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, hanya kepadaMu Zahra memohon. Segera dekatkan Zahra dengan jodoh Zahra Ya Allah. Jika jodoh Zahra sangatlah dekat denganMu, maka izinkanlah Zahra memilikinya untuk menyempurnakan iman Zahra. Namun jika jodoh Zahra belum dekat denganMu, izinkan Zahra menjadi teman yang mengarahkannya menuju engkau Ya Robb. Jadikan kami berdua, dapat sama-sama berdoa kepadaMu di sepertiga malam nanti. Jadikan lah ia selalu menjaga shalat lima waktunya, wudhu-nya, tali silaturahmi-nya dan jadikan dia orang yang senantiasa memperbaiki diri begitupula dengan Zahra sendiri. Izinkan lah Zahra mengikat dia yang tidak Zahra ketahui namanya tersebut, di sepertiga malam nanti."

"Jika saat ini dia tengah tertidur atau terbangun, jadikanlah telinganya gatal karena Zahra telah membicarakannya di doa-doa Zahra mulai sekarang. Zahra berharap, dia adalah seseorang yang bertanggung jawab, sedikit jaim kepada lawan jenis, dingin tetapi perhatian, pekerja keras, pemimpin istri yang istimewa, memiliki harta kekayaan yang lebih dari Zahra. Segitu dulu Ya Robb. Aamiin."

Tanpa Zahra ketahui, Hyun Ki yang tengah mengendarai mobil pribadinya untuk menuju Masjid Pusat Seoul terus menggaruk daun telinganya yang tiba-tiba merasa gatal. Begitu pun dengan Yo Han yang tertidur pulas saking penatnya berkerja, dalam posisi telentang di atas ranjang kamar yang telah disewanya, Ia tidak berhenti menggaruk telinganya yang entah kenapa terasa gatal.

Setelah merapikan mukena yang digunakan, Zahra bersiap-siap untuk pergi keluar dari kamar sewaan Yo Han. Zahra cukup trauma jika hanya berduaan dengan lelaki itu.

"Tunggu, Nona Fatimah! Saya telah memesan makanan dan minuman untuk makan malam. Jadi lebih baik kita dinner disini saja."

Zahra tidak menghiraukan perkataan Yo Han dan memilih untuk tetap keluar dari kamar. Namun langkah Zahra kembali terhenti akibat ucapan Yo Han.
"Anda Tidak perlu khawatir, Nona Fatimah. Saya tidak akan menyentuh anda sedikitpun. Saya berjanji. Didepan kamar, ada Nyonya Choi. Selain itu, anda juga bisa menembak atau menusuk saya jika saya melecehkan anda nanti." Yo Han bergegas menyerahkan pistol dan pisau lipat yang telah dibawanya ke tangan Zahra yang mematung, saking takutnya dengan benda berbahaya tersebut.

Perut Zahra yang keroncongan memecah keheningan mereka berdua, tanpa sengaja terdengar oleh Yo Han. Yo Han yang geram dengan sikap gengsian Zahra, memilih untuk menarik tangan kanan Zahra yang tertutup kain. Sontak, Zahra langsung menghempaskan tangan Yo Han agar tidak menyentuhnya.

"Tolong jangan sentuh saya, Tuan Kim! Saya bisa sendiri!"

Setelah duduk di bangku tempat makan yang telah disiapkan Pegawai hotel, Zahra langsung meneguk jus yang tersedia hingga tandas, tanpa mengucapkan doa atau basmalah.

Belum sempat mendudukkan bokongnya di kursi yang berhadap-hadapan dengan Zahra, ciri khas suasana dinner romantis, Yo Han di kejutkan dengan Zahra yang berlari ke kamar mandi. Dan.

"Hoek-hoek."

Zahra memuntahkan hampir keseluruhan isi perutnya.

ATTENTION!

AUTHOR MEMOHON DENGAN KERENDAHAN HATI

TOLONG BERIKAN KOMENTAR POSITIF READER'S SEMUANYA. MINIMAL VOTE.

AGAR NOVEL INI TERUS HIDUP DAN DAPAT DIKENAL OLEH KALANGAN LAINNYA.

Kenapa Harus Korea?! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang