Keesokan paginya. Dua puluh orang antek-antek Massimo telah berada didalam ruang rawat inap. Zahra dan Hyun Ki memutuskan tidak masuk dan menunggu di koridor, depan kamar rawat Massimo.
Tak berselang lama, seorang wanita paruh baya dengan pakaian bak pengasuh (baby sitter), bertanya dalam bahasa Inggris pada Zahra dan Hyun Ki.
"Excuse me, Apakah benar, kamar rawat ini adalah kamar Massimo??" Tanya wanita yang berumur sekitar 40 tahun tersebut. Tangan kanannya menggandeng erat, telapak tangan mungil disebelahnya. Wanita itu tak sendiri, ia membawa anak laki-laki tampan yang berumur 4 tahun.
Mata Zahra dan Hyun Ki sedikit membesar karena terkejut, saat melihat wajah bocah menggemaskan, yang digandeng wanita pengasuh.
Zahra dan Hyun Ki saling pandang, sebelum akhirnya kembali melirik bocah laki-laki tersebut.
Wajah anak ini sangat mirip dengan Massimo! Batin Zahra dan Hyun Ki.
Takut orang yang ditanyai, tak mengerti bahasa Inggris. Wanita pengasuh ambil ancang-ancang hendak pergi ke arah lain.
Dengan segera, Zahra menghentikan langkah wanita paruh baya itu dan menjawab pertanyaan beliau.
"Wait! Benar, Nyonya. Kamar ini adalah kamar rawat inap Massimo Kang." Ucap Zahra kemudian tersenyum hangat pada wanita pengasuh dan. Anak Massimo mungkin?
Wanita pengasuh mengajak anak kecil tersebut, memasuki kamar rawat pasien. Zahra dan Hyun Ki juga mengekor di belakang mereka.
"Daddy!" Panggil bocah laki-laki kemudian berlari menuju Massimo hendak memeluk.
Namun, bukannya membalas pelukan anak kecil tersebut, Massimo malah mendorong tubuh mungil itu hingga terduduk mengenaskan di lantai ruangan.
"Jangan panggil Saya, Daddy! Saya bukan Ayahmu! Paham!" Bentak Massimo sangat kasar dan tidak berperasaan. Massimo terlalu keterlaluan dalam menolak pelukan bocah itu.
"Kau! Sudah berapa kali Saya katakan! Jangan pernah tampakkan wajah sialan, anak ini! Kau hanya perlu merawatnya! Tidak perlu ikut membawanya ke dalam urusan pribadi Saya!" Massimo memarahi pengasuh yang usianya menyamai usia Ibunya itu. Tidak sopan apalagi santun.
"Tapi. Saya tidak sanggup lagi berbohong dan menahannya untuk bertemu Ayahnya sendiri." Balas pengasuh pelan dan lemah. Selain karena umur yang tak lagi muda, ia juga sadar, tak seharusnya ia membentak sang majikan.
"Kau tidak tahu apa-apa! Cukup kerjakan apa yang Saya perintahkan! Keluar Kau dan Bawa anak sialan ini!!" Hardik Massimo mengusir pengasuh beserta anak yang diasuh.
Zahra hanya bisa pasrah saat pengasuh dan bocah menggemaskan itu keluar dari kamar rawat Massimo. Zahra langsung melirik dan memberikan isyarat pada Hyun Ki untuk menahan dan menenangkan mereka berdua.
Tolong Hibur Nyonya dan adik comel ini! Selagi Aku mengurus Massimo.
"Bisakah kita berbicara berdua saja?" Ujar Zahra pada Massimo sesaat setelah Massimo meredakan emosinya.
"Aku tidak butuh ceramah atau nasihatmu! Sebaiknya kau juga keluar dari sini!" Balas Massimo mengusir Zahra tetapi menggunakan nada suara yang sangat pelan dan lemah. Seolah-olah, ia tak sungguh-sungguh menginginkan Zahra pergi.
"Aku tahu, sebenarnya, kamu tidak ingin melakukan hal keji tadi. Jauh didalam hatimu, kamu sangat menyesali perbuatanmu. Didalam sana, terjadi pertarungan batin. Satu sisi kamu ingin sekali menyayangi anakmu. Disisi lain, kamu ingin membela harga dirimu sendiri. Itu bukan berarti egois, melainkan kamu memperjuangkan hak asasimu sebagai manusia." Terang Zahra panjang lebar tetapi tidak sedikitpun digubris Massimo. Massimo sangat keras hati bukan hanya kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Korea?! (Hiatus)
Roman pour AdolescentsBagaimana jika seorang gadis muslimah sederhana direnggut harta berharganya oleh CEO tampan asal Korea Selatan? Bagaimana seorang mantan Idol menemukan setitik cahaya hidayah di penghujung kehendaknya yang ingin segera pergi dari dunia? Fatimah Az-Z...