"Sebelum janur kuning melengkung, memperjuangkan cinta nggak ada salahnya."~ Nathanael Christian ~
Senjana baru saja tiba di sekolah. Langkah kakinya bergerak menuju kelas. Saat berada di koridor, Nathan tiba-tiba berdiri di hadapannya, membuat Senjana terbelalak.Nathan menatap sendu gadis itu. "Senjana, apakah kita benar-benar tidak bisa menjalin hubungan?" tanyanya dengan lirih. Ia masih berharap Senjana menjawab iya.
"Nathan, maaf nggak bisa. Aku nggak ada perasaan sama kamu. Kita hanya berteman. Bisa kah kita berteman seperti biasa?" sahut Senjana. Ia sebenarnya tidak tega melihat tatapan sendu yang tulus dari Nathan.
Nathan meraih tangan Senjana. "Senjana, tolong pikirkan lagi. Apakah saat kita bersama, kamu tidak merasakan apa pun?"
Senjana menepis tangan Nathan dan menatap pemuda itu dengan tajam. "Enggak. Maaf, Nathan."
"Tapi, gue punya perasaan itu ke lo."
"Lo mau maksain perasaan itu?" tanya Senjana dengan nada sinis.
"Nggak mungkin kan, lo nggak ada perasaan apa-apa sama gue?" Nathan masih yakin jika Senjana memiliki perasaan padanya.
"Sorry, Nathan. Emang nggak ada. Sebaiknya lo lupain perasaan itu. Karena percuma. Hati gue nggak pernah ada buat lo. Selain itu, kita berbeda. Gue nggak mungkin nyuruh lo pindah Islam atau gue yang pindah ke agama lo walau gue ada perasaan itu seandainya. Jadi, lebih baik kita tidak menjalin hubungan apa pun, Nathan."
"Lo belum jawab pertanyaan gue kemarin, Senjana. Apa lo suka sama Fajar sampai lo nggak bisa suka sama gue?"
Senjana malas membahas soal Fajar. "Kenapa sih, bahas Fajar terus? Kenapa nyangkutin Fajar? Ini nggak ada hubungannya sama Fajar. Gue nggak lagi ada perasaan sama siapa-siapa, gue nolak lo murni gue nggak ada perasaan sama lo, bukan karena siapa yang lagi gue suka. Gue nggak lagi jatuh cinta. Jangan bawa-bawa Fajar. Kami ini musuh."
"Lo yakin dia musuh lo?"
"Kenapa? Lo nggak yakin sama ucapan gue?"
"Senjana, lo beneran anggap dia musuh?"
"Iya."
"Beneran? Tapi, Fajar bukan orang yang suka cari masalah, Senjana. Dia sama lo kayak gitu karena ada yang menariknya. Fajar itu suka sama lo!" tegas Nathan, membuat Senjana mengangkat sebelah alis matanya.
"Jangan asal nuduh! Fajar nggak mungkin suka sama gue, Nathan. Udah, ya? Gue mau ke kelas. Gue harap lo bisa terima keputusan gue. Ini semua nggak ada urusannya sama Fajar. Jangan nyalahin dia, Nathan." Senjana bergegas menuju kelas.
"Senjana! Lo belum tahu sisi lain Fajar, Senjana!" teriak Nathan begitu keras. Pemuda itu mengacak rambutnya begitu frustrasi. "Arghh!"
Senjana sudah tiba di kelas. Ia terkejut melihat Fajar yang sudah ada di kelas, tengah terlelap, kepalanya berada di atas lipatan tangannya yang berada di meja.
Senjana meletakkan tasnya di bangku, lalu duduk di samping Fajar karena memang ia duduk bersebelahan dengan Fajar karena sistem duduk di kelas 11.IPA.1 adalah duduk perkelompok permanen.
Tiba-tiba saja Fajar mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah Senjana. "Lo udah dateng?" tanya Fajar. Ia mengubah posisinya menjadi duduk.
"Baru aja. Tumben duluan lo daripada gue?"
"Kenapa? Emang yang boleh datang lebih awal cuma lo?" tanya Fajar.
"Bukan." Senjana memalingkan wajahnya dari Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...