31. Semakin Dekat

21 3 46
                                    


"Rasa nyaman dan rasa cinta itu beda tipis, tetapi memang benar berbeda. Terkadang bingung memikirkannya apakah itu hanya rasa nyaman atau rasa cinta. Menjadi bingung saat menyimpulkan hal itu."

~ Jingga Senjana ~


Pagi ini ia sudah berada di sekolah, tengah mengerjakan buku LKS yang masih kosong belum terisi walau sebenarnya tidak ditugaskan gurunya.

Namun, tiba-tiba saja sosok pemuda masuk dan duduk di sebelahnya. Ia menatap ke arah Senjana yang fokus menatap LKS. "Rajin banget."

"Iya, dong. Emangnya lo pemalas?" Senjana berucap tanpa menoleh ke arah Fajar karena fokus dengan soal-soal yang tertera di dalam kertas buram itu.

Fajar memanyunkan bibirnya. "Dih, ngeselin. Nanya doang, sih?" gerutunya.

"Hm."

"Oh, iya ada PR. Gue lupa belum ngerjain. Senjana, lihat tugas lo, dong?" pintanya sembari mengeluarkan buku dari tasnya.

Gelengan yang Senjana berikan. Gadis itu menoleh ke arah Fajar dengan tatapan tajam bak elang. "Lo ngapain aja kerjaannya, hah? Enggak ada, gue nggak mau!" tolaknya.

"Dih, pelit banget, sih? Sekali doang, ya ampun. Gue beneran lupa, nih."

"Lo belum pr apa?" tanya Senjana.

"Gue belum ngerjain PR matematika."

"Ya udah, mana buku lo? Sini gue ajarin aja. Jangan nyontek, bodoh!" Senjana menyentil dahi Fajar.

"Ya udah, deh boleh. Nggak usah nyentil-nyentil kenapa?" protesnya.

"Suka-suka gue." Fajar mengerucutkan bibirnya.

Fajar mengeluarkan buku tugasnya. Ia mulai mencatat soal di buku paket.

"Nih, gue bingung."

"Oh, ya, bukannya lo les? Kemarin mama lo bilang gitu kalau nggak salah?"

"Tetep nggak ngerti gue."

"Sini, gue jelasin." Senjana mulai menjelaskan bagaimana cara mengerjakan soal matematika kepada Fajar. Fajar memperhatikan sembari menatap begitu dekat wajah Senjana. Jantungnya terasa melompat ke sana dan kemari.

Lo selalu buat gue berdebar, Senjana.

Merasa Fajar menatap wajahnya, Senjana terdiam. Ia menatap ke arah Fajar.

Kalau dari deket gini, ganteng juga, ya? Ya ampun bisa-bisanya gue mengagumi ketampanan dia. Tapi, gue merasa udah nyaman aja deket sama dia. Gue cuma nyaman atau gue suka sama dia, ya? Gue masih bingung menyimpulkan perasaan gue sendiri.

"Lo dengerin nggak sih?" tanya Senjana.

Fajar segera mengangguk. "Dengerin, kok. Enak aja nuduh gue nggak perhatiin!" jawab Fajar dengan ketus.

"Awas ya, kalau lo nggak nyimak penjelasan gue, gue tabok juga lo!" Senjana menudingkan jari telunjuknya ke arah wajah Fajar.

"Iya, iya, bawel banget, sih?" Fajar membuang wajahnya ke arah lain.

Cinta Campur Gengsi | On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang