25. Ungkapan Cinta Yang Ditolak

38 5 81
                                    

"Jangan memaksa keadaan yang tidak akan pernah bisa disatukan."

~ Jingga Senjana ~


Bel pulang sekolah telah berbunyi di jam setengah tiga sore. Para siswa mulai berhamburan keluar dari kelas. Senjana baru saja keluar dari kelas dengan teman-temannya, tiba-tiba saja Nathan menghampiri Senjana. Ia sudah menunggu di depan kelas 11.IPA.1 karena kelasnya duluan yang sudah selesai pelajaran.

"Lo udah nunggu dari tadi?" tanya Senjana.

"Baru aja. Ayo, ikut gue. Ada sesuatu yang mau gue omongin." Nathan meraih tangan Senjana dan membawanya pergi dari kelas. Nathan membawa gadis itu ke taman sekolah.

Senjana dan Nathan menduduki bangku panjang berwarna putih. Sementara, Fajar memperhatikan mereka berdua dari balik pohon besar. Ia penasaran, sebenarnya apa yang ingin Nathan katakan kepada Senjana?

Teman-teman Senjana juga mengintip karena penasaran dengan apa yang ingin Nathan bicarakan.

"Gue pikir Nathan bakal nembak Senjana, sih," ujar Diani.

"Kelihatan tuh, cowok naksir sama Senjana. Tatapannya tulus banget," sahut Hanni.

"Mungkin saja. Tapi, kan mereka beda. Apa bakal ditolak sama Senjana?" pikir Najwa.

"Bisa jadi itu. Mana mungkin Senjana mau pacaran sama orang yang beda agama?" sahut Larasati.

Nathan meraih kedua tangan gadis itu dan menatap Senjana lekat-lekat. "Gue mau ngomong sesuatu yang penting ke lo."

Dahi Senjana berkerut. "Mau ngomongin apa, ya? Tumben?" tanyanya yang bingung.

"Hm ... gue suka sama lo, Senjana. Lo mau nggak jadi pacar gue?"

Senjana membelalakkan matanya dengan sempurna. Tiba-tiba bibirnya menjadi kelu. Sementara Fajar mengepalkan tangannya dan wajahnya memerah.

Sial! Dia suka sama Senjana ternyata! Nekat banget sih, udah tahu beda! batin Fajar yang menggerutu.

"Uhm, Nathan ...."

"Gimana? Apa perlu waktu untuk menjawabnya?" tanya Nathan. Ia berharap Senjana mau menerima tawarannya.

Senjana menggelengkan kepalanya. "Gue bakal jawab, kok. Tapi, jangan kecewa, ya? Lo harus terima apa pun keputusan gue."

"Tentu saja." Nathan berusaha tersenyum lebar walau ia sebenarnya takut Senjana akan menolaknya.

Senjana meletakkan kedua tangan Nathan, melepaskan dari tangannya. "Sorry, gue nggak bisa, Nathan. Kita beda, Nathan. Gue Islam, lo protestan."

"Tapi, lo suka kan, sama gue?"

"Maaf. Tapi, gue juga nggak ada perasaan apa pun sama lo, Nathan. Gue cuma anggap lo teman, nggak lebih. Jadi, jawaban gue, gue nolak jadi pacar lo. Gue cuma mau kita temenan aja."

"Jadi, lo nggak suka sama gue?" Tatapan Nathan berubah menjadi sendu. Bola matanya terlihat berkaca-kaca.

"Maaf. Gue emang nggak ada perasaan itu ke lo."

Cinta Campur Gengsi | On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang