40. Sisi Lain Larasati

23 2 13
                                    


"Sebenarnya benci memiliki dua kepribadian, tetapi demi mencapai keinginan, apa pun harus dilakukan."

~ Maureen Larasati ~


Semakin hari Senjana dan Fajar semakin dekat. Senjana tengah duduk di sebelah Fajar. Ia sedang menerangkan mata pelajaran yang sulit bagi Fajar.

"Lo harus sering-sering latihan soal, Fajar. Ini mudah kalau lo mau belajar terus," nasihat Senjana.

Fajar menghela napas. "Lo bilang trigonometri gampang? Enak aja, ini susah tahu!" gerutunya sambil mengerucutkan bibirnya.

Senjana tertawa lepas. "Ya, karena lo belum menguasai, jadi lo bilang susah. Sebenarnya mudah aja. Makanya Pak Dirga jelasin itu didengerin. Kebanyakan nyontek gue sih, lo," cibir Senjana.

Fajar menyenggol sedikit kaki Senjana dengan kakinya. "Enak aja! Gue mulai belajar, lo tahu itu dan gue jarang nyontek," sahut Fajar.

Senjana kesal, kemudian menyenggol balik kaki Fajar. "Apaan, sih, nggak usah main kaki, deh! Iya, iya lo udah belajar, lo udah rajin. Tapi, tetep aja lo masih suka nyontek gue."

"Ya elah, jarang kali," protes Fajar.

"Iyain, deh." Senjana memutar bola matanya dengan malas.

Larasati mengamati mereka dari tempat duduknya ekspresinya nampak aneh. Matanya memutar seperti jengah, bibirnya mencebik. "Apaan, sih, alay mereka berdua itu! Pacaran kagak, nempel kayak perangko. Geli banget gue," gumam Larasati.

Gadis berambut lurus itu keluar dari kelas, ia menatap beberapa gerombolan geng kaya di kelasnya tengah makan di depan teras sekolah. Larasati menghampiri sambil tersenyum. "Hai!"

Seorang gadis berambut ikat satu--Tika tersenyum padanya. "Hai, Larasati. Tumben nyamperin kita?" tanya Tika penuh tanda tanya, ada apa Larasati menghampiri mereka?

"Ah, gue pengen main aja. Nggak boleh?" tanyanya.

"Ya, boleh aja, sih. Em, tumben banget, sih. Nggak sama temen-temen lo?" tanya Tika makin penasaran.

Larasati mengangkat bahunya. "Mereka pada sibuk semua."

"Oh, ya udah nggak papa main sama kita sini," sahut Tika.

Larasati tersenyum lebar. "Lo baik ternyata."

Alis Tika terangkat sebelah. "Maksud kalimat lo apa?" Tika curiga Larasati akan mengatakan hal yang penting.

"Di geng gue tahunya lo semua kegatelan sama cowok. Apalagi Aryana."

Aryana mendengar itu terbelalak. "Lo serius mereka suka ngomongin kita?"

"Iyalah, mereka pada ngomongin kalian kegatelan sama cowok," sahut Larasati begitu menggebu-gebu.

"Hah? Gila mereka. Mereka ngomongin apa aja tentang kita?" Tika benar-benar terkejut dengan ucapan Larasati barusan.

"Ya, itu Aryana ganjen banget sama Fadilah. Senjana pernah suka loh, sama Fadilah, tapi keburu pacaran sama lo dia. Kalian sering banget diomongin sama geng gue. Gue sih, diem aja, nggak nanggepin apa-apa."

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang