51. Berjarak

13 1 0
                                    


"Sesuatu yang terjadi di dunia ini memang tidak akan abadi selamanya, jadi saat momen itu sudah tidak ada lagi, maka hanya bisa dikenang saja."

~ Bintang Fajar Subuh ~


Perlahan kedua bola mata Senjana yang tertutup akhirnya terbuka. Ia menatap sekitarnya. Senjana bingung, mengapa dirinya berada di kamar, seingatnya tadi dirinya masih di tangga, bertengkar dengan Fajar.

Retno tersenyum lebar sambil mengelus rambut panjang Senjana dengan lembut. Matanya begitu berbinar melihat putrinya telah sadar. "Akhirnya kamu udah bangun, Sayang."

"Mama ...," lirih Senjana dengan serak.

"Apa yang kamu rasain, Sayang?" tanya Retno begitu lembut.

Senjana menyentuh kepalanya yang terasa sangat pusing. "Kepalaku pusing banget, aku merasa tidak enak," jawab Senjana dengan lirih.

"Iya, kamu lagi sakit, Nak. Kamu tadi pingsan di sekolah, terus Fajar bawa kamu ke sini. Kamu demam tinggi."

Senjana mengangkat alisnya. "Fajar bawa aku ke sini?"

Retno mengangguk. "Iya, dia yang bawa kamu ke sini. Dia khawatir banget. Tadinya dia mau nungguin kamu sampai bangun, karena kamu nggak bangun-bangun, jadi Mama suruh dia pulang, lagian dia masih harus sekolah. Kamu mau dia ke sini?"

Senjana menggeleng dengan lemah. "Jangan, Ma. Jangan minta dia ke sini. Senjana nggak mau dia ke sini," tolaknya.

"Kenapa, Sayang?" Retno heran mengapa Senjana tidak mau Fajar datang ke rumah mereka.

"Jangan, Ma. Biarin aja. Kepalaku masih sakit, aku mau tidur lagi ya, Ma?"

"Ya udah istirahat, Nak. Jangan mikirin apa-apa dulu. Nanti Mama telepon ayah buat pulang."

Senjana kembali menggeleng. "Nggak usah. Ayah nggak akan peduli sama aku." Senjana membalikkan tubuhnya dan kembali tertidur.

Retno mengembuskan napasnya dengan kasar, lalu mengusap rambut Senjana dengan lembut. "Senjana kayaknya ada masalah sama Fajar, biarin dulu aja sampai dia mau cerita."

Retno tetap memberitahu Fajar bahwa Senjana sudah sadar dan tidur lagi. Fajar membaca pesan itu merasa lega. Ia berencana akan menjenguk Senjana saat pulang sekolah nanti.

***

Jam setengah tiga sore, Fajar telah pulang dari sekolah. Ia akan pergi ke rumah Senjana. Sebelum ke sana, Fajar telah membeli buah-buahan untuk Senjana agar Senjana mau bertemu dengannya.

Beberapa menit kemudian, angkutan umum yang dinaikinya telah tiba di seberang mes tempat Senjana tinggal. Fajar segera turun dan menyeberangi jalan raya menuju gerbang mes. Pemuda itu melangkah membuka pintu gerbang dan mulai berjalan menuju rumah Senjana.

Fajar telah tiba di depan pintu rumah Senjana. Pemuda itu segera mengetuk pintu. "Assalamualaikum."

Tidak lama, Retno membukakan pintu. "Waalaikumussalam, Fajar. Langsung masuk ke kamar Senjana, ya, Nak." Retno tetap mempersilakan Fajar masuk walau ia tahu Senjana tidak ingin bertemu Fajar. Namun, tidak mungkin Retno mengusir Fajar yang telah jauh-jauh datang apalagi membawakan buah-buahan untuk Senjana.

Fajar masuk ke dalam kamar, ia melihat Senjana sedang tidur.

"Tadi habis makan siang Senjana udah tidur lagi, Nak."

Fajar duduk dan mengusap rambut Senjana dengan lembut. "Maafin gue kalau gue udah bikin lo sakit, Senjana," lirih Fajar. Bola matanya berkaca-kaca.

Tiba-tiba saja Senjana membuka matanya. Ia sangat terkejut melihat keberadaan Fajar di kamarnya. "Lo ngapain ke sini?" tanya Senjana dengan suara serak.

Cinta Campur Gengsi | On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang