"Ketika kita ditindas, jangan takut, tetapi lawanlah untuk dirimu sendiri."~ Jingga Senjana ~
Senjana telah tiba di sekolah. Gadis itu tengah merenung di bangku panjang depan kelas paling ujung. Ketenangan renungannya menjadi buyar saat seorang pemuda duduk di samping Senjana, ia menatap Senjana dengan nanar."Senjana, maafin gue," ujarnya dengan lirih. Ia meraih tangan Senjana dan menggenggamnya dengan erat.
Senjana menoleh ke arah samping, menatap Fajar. Ia terkejut Fajar menggenggam jemarinya dengan lembut. "Fajar?" panggilnya.
"Gue sekali lagi minta maaf sama lo, Senjana." Fajar menundukkan kepalanya.
Senjana mengembuskan napasnya dengan kasar. "Fajar, kemarin kan, masalah kita udah selesai. Kenapa masih minta maaf?" tanya Senjana merasa heran dengan Fajar yang masih minta maaf padanya.
"Gue masih merasa bersalah sama lo. Nggak seharusnya gue turutin permintaan mereka karena mereka kesal lo tagih uang kas," sahut Fajar dengan lesu.
"Gue udah maafin. Tapi, lo jangan ulangi lagi. Gue beneran syok saat itu dan tiba-tiba gue langsung lemes gitu aja. Besok lagi, lo harus lawan keinginan mereka, jangan diturutin. Lo nggak perlu takut sama mereka, Fajar. Kalau lo nggak lawan, mereka makin seenaknya sama lo, paham?" Senjana berusaha meyakinkan Fajar untuk melawan siswa-siswa yang melakukan perundungan kepada Fajar.
Fajar mengangguk lesu. "Iya, gue bakal berusaha buat lawan mereka. Makasih lo udah maafin gue."
"Gue harap lo nggak lakuin hal yang sama. Gue bisa laporin kasus itu sama sekolah, ingat itu," peringat Senjana.
"Gue akan ingat itu, Senjana." Fajar beranjak dari kursi dan berjalan meninggalkan Senjana, memasuki ruang kelas.
"Gue harap lo bisa berubah jadi cowok yang lebih kuat, nggak lemah lagi. Kasihan juga dia dirundung sama geng Tornado nyebelin itu. Gara-gara mereka gue kena imbasnya. Emang gila mereka," gerutu Senjana dengan kesal.
Senjana kembali masuk ke kelas, ia duduk di samping Fajar yang tengah tertidur dengan kepalanya berada di atas meja. Senjana melihat wajah Fajar sedikit pucat dan wajahnya ada lebam. "Sebenarnya kenapa ya, luka-lukanya? Apa iya dia dipukuli gara-gara kemarin?" pikirnya.
Senjana menyentuh kening Fajar. Ia menghela napas jika Fajar tidak mengalami demam. Suhu tubuhnya normal. Mungkin hanya kelelahan saja. "Ganteng banget kalau lagi tidur gini. Enak kalau lihat dia lagi tidur." Senjana tersenyum kecil. Ia pun memberanikan diri mengusap rambut Fajar dengan lembut.
Tengah asyik mengusap rambut Fajar, tiba-tiba Fajar bersuara, "jangan pukul aku, Papi! A-aku udah minta maaf sama dia, kok. Jangan pukul aku lagi, aku mohon, Papi," lirih Fajar di bawah alam sadarnya.
Senjana terkejut mendengar hal itu keluar dari mulut Fajar. Apa jangan-jangan Fajar dipukuli papanya karena masalah dengannya kemarin?
Senjana menepuk pipi Fajar. "Fajar, bangun, Fajar." Senjana perlu membangunkan Fajar karena kata mamanya jika seseorang mengingau dalam tidurnya harus dibangunkan.
Fajar pun mulai membuka matanya, menatap sekitar. Napasnya begitu terengah-engah. Ia berusaha mengatur napasnya. "Hah ... hah ...."
"Fajar, lo baik-baik aja, kan?" tanya Senjana terlihat peduli. Ia takut terjadi sesuatu kepada Fajar.
Fajar menatap Senjana. "Gue baik-baik aja," jawab Fajar, kemudian ia mengubah posisinya menjadi duduk. "Lo kenapa ikut masuk ke dalam?" tanyanya balik.
"Ya, nggak apa-apa. Gue mau masuk aja. Emang nggak boleh? Lo kira ini sekolahan nenek moyang lo apa?" cibir Senjana.
Fajar mencebik. "Ya elah gitu aja marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Campur Gengsi [SELESAI]
Teen Fiction(Fiksi Remaja - Romance - Humor) "Apa sih, alasan lo ganggu gue terus, hah? Gue bosen tahu lo ganggu terus!" gerutu Senjana "Suka-suka gue, lah!" sahut Fajar dengan ketus. "Ih, kok, nyebelin banget, sih! Lo suka ya, sama gue?" tanya Senjana. "Janga...