42. Musikalisasi Puisi

21 2 19
                                    


"Orang yang cemburu biasanya pasti punya perasaan, tapi kenapa dia tidak kunjung mengungkapkan perasaannya? Tapi, apa mungkin dia punya perasaan pada diri ini seperti itu? Atau diri ini yang terlalu percaya diri saja?

~ Jingga Senjana ~

"Desy, Maharani, Zain, Senjana, dan Fajar masuk kelompok satu," ujar guru bahasa Indonesia bernama Bu Yanti.

Senjana terbelalak mendengar hal itu. Lagi-lagi ia harus sekelompok dengan Fajar. Entah mengapa dirinya selalu satu kelompok dengan Fajar.

Fajar mendengar hal itu tersenyum lebar. Ia begitu senang mendengar Senjana satu kelompok dengannya.

"Pembagian kelompok selesai, kalian bisa bergabung dalam satu kelompok sekarang, membahas tugas kita kali ini yaitu membuat musikalisasi puisi dari puisi ciptaan Chairil Anwar."

"Baik, Bu!"

Para siswa di kelas mulai bergabung dengan kelompok masing-masing. Senjana berada bersama Maharani, Zain, Desy dan Fajar. Senjana duduk bersebelahan dengan Fajar, di depannya ada Desy dan Maharani, sementara Zain duduk di samping Fajar dan Maharani.

"Enaknya gimana, nih?" tanya Maharani yang bersuara terlebih dahulu.

"Gue ikut aja," sahut Fajar sambil menatap Senjana.

"Tadi ada pilihan dua puisi dari Chairil Anwar, gue rasa yang paling mudah dibuat untuk musikalisasi puisi itu yang judulnya Aku," usul Desy.

Senjana mengangguk setuju. "Gue juga setuju itu. Yang judulnya Aku lebih mudah untuk dimusikalisasi puisi," timpal Senjana.

"Tapi, gue bingung mau dinadain gimana," sahut Desy.

"Gimana kalau pakai nada sempurna?" saran Zain.

"Boleh, coba nyanyiin," ajak Maharani. Mereka mencoba menyanyikan lagu sempurna terlebih dahulu.

"Bagus, boleh juga. Tapi, mau diiringin pakai apa?" tanya Senjana.

"Gimana besok kita latihan, pakai gitar gue," usul Zain.

"Oke, berarti besok kita kerja kelompok latihan ini. Rani, ayo kita susun dulu liriknya," ajak Desy.

Maharani mulai menyusun lirik dengan anggota lain menyanyikan.

***

Keesokan hari, sepulang sekolah, Maharani, Zain, Desy, Senjana, dan Fajar akan latihan musikalisasi puisi. Mereka mulai bernyanyi, sementara Zain mencoba menggunakan gitar.

"Kenapa susah, ya?" Zain merasa kesulitan memainkan gitar dan mengiringi nada suara kelompoknya.

"Apa ganti aja, jangan lagu ini?" usul Maharani.

"Iya, kayaknya susah. Di kita juga terlalu tinggi nada lagu ini," sahut Senjana.

"Kalimatnya juga kurang enak, sih," timpal Desy.

"Susun ulang aja," putus Maharani. Mereka kembali menyusun lirik lagu yang lebih mudah. Fajar banyak diam karena memang kurang mengerti dengan hal seperti ini.

"Coba lagi main pakai gitar," pinta Desy kepada Zain.

Zain mencoba memainkan dengan gitar. Sepertinya dirinya memang tidak begitu pandai bermain gitar. "Kayaknya ganti alat musik aja," putus Zain.

Senjana mengerutkan keningnya. "Mau ganti apa, Zain?" sahut Senjana yang bingung.

"Kalau usul gue, gimana pakai kaleng yang diisi sama beras?" Fajar mulai bersuara akhirnya.

Cinta Campur Gengsi [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang