6. Sampai Kapan Terus Mengganggu?

87 13 118
                                    


"Bukannya sesuatu hal itu akan berakhir? Aku menunggu hal itu terjadi."

~ Jingga Senjana ~

Seorang gadis termenung di balkon depan kelas. Ia menatap langit biru yang indah. Tengah, memikirkan suatu hal yang mengganggu pikirannya selama ini.

"Kapan, ya, Fajar nggak ganggu gue? Gue harus gimana biar dia berhenti gangguin gue?" gumam Senjana.

"Apa gue tanya aja, kenapa dia gangguin gue? Tapi, kalau nggak dijawab gimana? Fajar kan, cowok nyebelin," gerutu Senjana.

"Gue capek banget hadapi dia, sumpah! Capek kejar-kejaran juga. Kapan sih, dia stop?"

Saat tengah merenung, tiba-tiba saja Fajar menghampiri Senjana, menatap gadis itu. Senjana terbelalak dengan kehadiran Fajar di sampingnya secara tiba-tiba. "Fajar?"

"Ngelamun aja."

"Dih, suka-suka gue. Ngapain sih, lo di sini? Ngikutin terus perasaan," gerutu Senjana.

Fajar tersenyum. "Ya, suka-suka gue, lah."

"Apaan, sih, nggak jelas banget lo! Ah, ada lo di sini, bikin mood gue jelek banget sumpah! Gue mau balik ke kelas, ah!" Senjana melenggang, meninggalkan Fajar, melangkah ke kelas. Ia pun duduk di samping Diani.

Diani yang tengah menikmati roti isi cokelat terheran dengan Senjana yang tiba-tiba datang. "Kenapa lo?" Diani mengerutkan keningnya.

Senjana mengembuskan napasnya dengan kasar. "Biasa, Fajar."

"Kenapa lagi? Dia ganggu lo?" tanya Diani.

"Tadi gue di luar, dia ikut-ikutan berdiri di samping gue. Ngeselin banget sumpah," gerutu Senjana sembari memanyunkan bibirnya.

"Hem, Fajar suka sama lo kayaknya. Percaya deh, sama gue. Biasanya orang suka gitu biar dia deket sama orang yang dia suka," sahut Diani, membuat Senjana mendengkus kesal.

"Mana mungkin dia suka sama gue? Kenal aja baru. Kan, sekolah di sini belum lama juga. Apalagi gue ini nggak terlalu sering bergaul sama temen-temen di sini. Kenapa suka sama gue? Gue nggak percaya, Ni," sanggah Senjana yang tidak setuju dengan ucapan Diani.

"Ya, bisa jadi. Emang kenapa kalau Fajar suka sama lo? Nggak ada salahnya, kan?"

"Ya, gue nggak suka sama dia pokoknya!" tekan Senjana.

"Ya, terserah lo aja mau percaya apa enggak. Kalau saran gue, jangan terlalu benci. Nanti bisa jadi kebalikannya, Senja."

Senjana menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin! Ogah banget gue suka sama dia!"

"Hm, iya deh."

Senjana membuka tasnya, lalu mengambil buku dan alat tulisnya. Ia mengerjakan buku LKS yang masih kosong, belum terisi.

Diani terbelalak, melihat Senjana tengah mengerjakan LKS. "Lo rajin at, dah!" celetuknya.

"Ya, mengisi waktu luang," sahut Senjana.

"Waduh, gila lo! Pantesan pinter," puji Diani.

"Gue belum sepintar itu, kok. Yang lain banyak yang lebih pintar," jawab Senjana.

Cinta Campur Gengsi | On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang