Bab 10

1.1K 89 85
                                    

Aku menegak segelas penuh air dengan sangat cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menegak segelas penuh air dengan sangat cepat. Aku menelan makananku dengan bersenandung. Aku tidak bisa membohongi diriku bahwa aku sangat senang karena pembicaraanku dan Alex kemarin malam.

“Astaga, Ra. Kau bisa tersedak.” Ibu menegurku.

Aku tersenyum lebar. Berharap ibu mendapatkan gambaran cantik wajahku saat ini, sehingga ibu bisa mengalami hari yang lebih baik karena mengingat wajahku.

“Aku belum melihat hasil pemeriksaan ibu kemarin.” Kataku tiba-tiba ketika itu terlintas di pikiranku.

“Ibu lupa menaruhnya dimana, Ra. Maafkan ibu. Akan ibu berikan ketika ibu menemukannya.”

“Lalu apa kata dokter?”

“Tidak ada masalah dengan kesehatan ibu. Hanya karena usia sehingga ibu mudah kelelahan.”

Ibuku kelelahan. Ibu bekerja keras sejak masih mengandung aku hingga sekarang. Ayahku meninggalkan ibuku saat tahu ibu hamil. Katanya, ayah ingin ibu menggugurkan kandungannya. Tetapi ibu ingin tetap mempertahankannya. Ayah marah dan berkata tidak akan pernah menganggapku sebagai anaknya, lalu pergi meninggalkan ibu dan aku. Bahkan aku belum lahir saat itu.

“Apa tidak sebaiknya ibu berhenti bekerja?”

“Ibu tidak apa-apa, Ra. Lagipula ibu harus terus bekerja untuk memenuhi kebutuhanmu juga.”

Aku merasa bersalah dan kecewa terhadap diriku sendiri. Aku selalu ingin bekerja membantu ibu, tetapi ibu selalu mendorongku untuk lebih memilih pendidikanku. Aku mendapatkan bantuan berupa beasiswa pendidikan sudah sejak sekolah dasar. Bahkan aku bisa kuliah saat ini juga dengan beasiswa yang sama. Sebagai penerima beasiswa, aku harus mempertahankan nilai-nilaiku agar tidak mendapat pengurangan uang beasiswaku. Belajar adalah satu-satunya cara agar bisa meringankan beban ibu.

“Aku minta maaf, bu.” Aku menggenggam tangan ibu.

“Dara, ibu tidak bisa memberikan apa-apa padamu. Kau bisa sampai di tahap ini dalam pendidikanmu juga karena usahamu sendiri. setidaknya ibu ingin tetap bekerja sehingga ibu bisa menikahkanmu kelak.”

Bagi ibu, menikahkanku termasuk ke dalam wishlist-nya. Ibu mengasihaniku karena aku tidak memiliki seorang ayah dalam hidupku dan berjanji akan menjadi orang yang mengantarku ke depan altar nantinya.

“Ibu harus selalu sehat sampai hari dimana aku menikah nanti.” Kataku dengan senyuman di wajahku.

Aku tidak tahu kapan hari itu akan datang tetapi sepertinya tidak dalam waktu dekat. Aku masih bukanlah siapa-siapa bagi Alex. Aku bahkan mendorong pergi Efran yang telah memutuskanku.

“Tentu saja. Ibu akan baik-baik saja. Jadi, kau dan Efran tidak perlu terburu-buru. Fokuslah menyelesaikan pendidikan kalian terlebih dahulu.”

Ibu belum diberitahu bahwa kami sudah memutuskan hubungan kami. Bagaimana aku bisa lupa mengabari ibu.

“Aku dan Efran sudah tidak bersama, bu. Sudah sejak sebelum hari kelulusan kami.”

Ibu sepertinya terkejut. Aku tidak berani menatapnya sekarang. Ibu sangat menyukai Efran, dan Efran pun sangat baik pada ibuku. Tetapi apa yang bisa aku lakukan? Efran yang memutuskan hubungan kami.

“Apa yang terjadi?” tanya ibu khawatir.

Ingin aku mengatakan bahwa aku tidak tahu alasan kami putus tetapi akan sangat memalukan mengatakannya dihadapan ibuku.

“Kami hanya sudah terlalu lama bersama, bu. Kami bosan bersama. Sepertinya.” Aku mengatakan kata terakhir dengan sangat pelan. 

“Tetapi Efran sepertinya mencintaimu. Dia tidak mungkin membiarkan kalian putus hanya karena bosan.” Ibu menyipitkan matanya dan sedikit menggelengkan kepalanya. 

Aku mengangkat kedua bahuku. “Sudahlah, Bu. Mungkin aku bukanlah yang terbaik baginya, begitu juga dia bukan yang terbaik bagiku.” Aku tidak akan pernah menjadi yang terbaik bagi para orang kaya itu.

Mereka hanya membutuhkan aku untuk mendapatkan contekan.

Mereka hanya membutuhkan aku untuk meningkatkan citra mereka.

Mereka hanya membutuhkan aku untuk mereka dandani.

Mereka hanya membutuhkan aku untuk kepuasan seksual mereka.

Kalimat terakhir adalah untuk Alex. Dia tahu aku tidak pantas untuknya, tetapi daya tarik seksual diantara kami membuatnya penasaran bagaimana rasanya bercinta denganku. Dia mengatakannya sendiri.

“Cinta bukanlah tentang membuang yang lama dan menggantinya dengan yang baru, yang lebih bagus. Cinta bukanlah tentang membuang yang kau miliki demi sesuatu yang lebih baik. Cinta itu dimana kau menghargai apa yang kau miliki dan merelakan apa yang bukanlah untukmu.” Katanya setengah berteriak.

Aku sepertinya menyinggung sesuatu yang membuat ibu marah, sehingga ia menegakkan posisi duduknya lalu menatap lurus padaku dengan kata-kata yang menusuk menembus hatiku. Hatiku sakit mendengarnya menyuruhku merelakan apa yang bukan untukku.

Aku akan mengatakan sesuatu ketika ibu bangkit berdiri dan sambil jari telunjuknya mengusap bagian matanya, ibu menuju ke arah dapur. Ia menangis. Aku baru menyadarinya setelah ibu menghilang di balik pintu. Cintanya pada ayahku masih sebesar itu bahkan setelah bertahun-tahun mereka tidak pernah bertemu lagi.

Aku berdiri lalu berjalan menghampirinya. Punggung ibu menghadap padaku. pundaknya naik turun bergetar karena tangisannya.

“Ibu, maafkan aku.” Aku memeluknya dari belakang.

Ibu terus menangis di pelukanku.
“Ra... Jangan pernah membenci ayahmu... dia orang yang ibu cintai.”

Ibuku tidak pernah merasa terkhianati. Walaupun ayahku menghamilinya saat ayah sudah bertunangan dengan wanita lain, namun karena besar cintanya ibu membiarkan ayah menyentuhnya. Ibu bahkan tidak menyesali pertemuan mereka.

Aku pernah mengatakan bahwa aku membenci ayahku karena dengan egoisnya meninggalkan ibu yang memberinya cinta sebesar ini, tetapi ibu mengatakan bahwa hanya ibu yang mencintainya sedangkan ayah mencintai tunangannya.

“Demi ibu, aku selalu berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa pria itu tidak pernah ada di hidupku, agar aku tidak punya alasan untuk membencinya.” Aku semakin mengeratkan pelukanku.

“Walaupun cinta ibu tidak terbalaskan, ibu sangat bahagia bisa memilikimu. Kau satu-satunya keluarga yang ibu miliki. Ibu akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu.” Ibu berbalik menatapku lalu tersenyum dengan wajah penuh air mata.

Jika bicara soal merelakan, ibuku adalah contoh terbaik. Karena cinta ia rela disentuh oleh pria yang hanya bernafsu dan bukannya mencintainya. Karena cinta ia rela melepaskan pria itu untuk wanita lain. Karena cinta juga ia bahkan rela melahirkan anak yang tidak diinginkan pria itu. Sampai sekarang pun ia rela melakukan semuanya untuk aku karena ia mencintaiku.

~bersambung

*Jangan lupa vote nya guys 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Jangan lupa vote nya guys 🤗

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang