Apakah akan selalu canggung ketika bertemu kenalan yang sudah lama tidak bertemu? Bianca dan aku sudah lama tidak bertemu tetapi kami sama sekali tidak canggung. Lalu mengapa aku merasa canggung duduk berhadapan dengannya seperti ini.
“Makanan di kantin Rumah Sakit ini enak-enak, karena memang berfokus pada kesembuhan para pasien maupun kesehatan para pengantar pasien ataupun para pengunjung. Kau harus mencobanya kapan-kapan.” Dia terdengar seperti Direktur Rumah Sakit ini. Lagipula dia mungkin akan menempati posisi itu suatu saat nanti, karena Rumah Sakit ini adalah milik keluarganya.
Kak Citra menawarkan akan membelikanku makanan tetapi aku tolak dengan alasan masih pagi untuk makan lagi setelah aku baru saja menghabiskan sarapanku beberapa jam yang lalu. Kami berdua sama-sama tidak mudah gemuk meski makan sebanyak apapun. Tetapi tetap saja akan terlihat perubahan jika makan terlalu banyak. Pada kak Citra wajahnya akan terlihat seperti membengkak, sedangkan padaku jari-jari tangan dan kakiku menjadi lebih gemuk. Tetapi itu hanya sementara bahkan tidak sampai dua hari, setelah itu kembali seperti biasa lagi.
Berat badan kami beda satu kilo saat terakhir kali kami membandingkannya, lebih berat aku tentunya. Sedangkan tinggi badan kami sama bahkan bentuk tubuh kami juga hampir sama. Bentuk tubuhnya hourglass, sedangkan bentuk tubuhku top hourglass karena ukuran payudaraku sedikit lebih bervolume. Tetapi sepertinya setelah lama tidak bertemu dia bertambah berat badannya, mungkin hanya setengah kilo, membuatnya terlihat lugu dan menggemaskan.
Sebenarnya aku tidak ingin membandingkan diriku dengannya, karena aku pasti kalah dalam segala hal. Aku hanya kembali terkenang saat-saat sekolah dulu kami pernah mengobrolkan hal-hal pribadi yang mendetail seperti itu. Dia sangat baik dalam mendekati orang baru, dan aku terlalu terpesona padanya untuk bisa menolaknya. Mungkin karena kepribadiannya inilah yang membuat hubungannya dan Alex bertahan lama.
Dia kembali tersenyum padaku, memaksaku untuk membalas senyumannya. Ia sangat suka tersenyum. Aku bertaruh dia tahu bahwa senyumannya sangat cantik. Perbandingan bentuk fiturnya yang seimbang sangat berperan penting. Karena biasanya ketika tersenyum konyol kita akan terlihat konyol juga. Tetapi tidak dengannya. Tersenyum konyol pun ia masih terlihat sangat cantik. Ini tidak adil. Aku semakin berkecil hati di hadapannya.
“Aku tidak menyangka akan bertemu kau disini,” dia mengatakannya tepat setelah aku selesai menyesap dan menelan minumanku. Begitulah kesopanan tingkat tinggi seorang kak Citra. Tidak mengajak orang lain yang sedang minum untuk bicara karena mungkin orang itu bisa tersedak atau bahkan menumpahkan isi mulutnya karena terburu-buru hendak menyahutinya.
Aku hanya kembali tersenyum. Sepertinya wajahku akan mengalami kram setelah ini karena terlalu banyak tersenyum.
Tiba-tiba perkataan Bianca menggangguku, dan aku ingin tahu kebenarannya sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Alex? Lalu mengapa ia tidak melanjutkan kuliah kedokterannya, dan malah kembali ke kota ini? Sebagian dari diriku ingin tahu, tetapi sebagiannya lagi seperti tidak ingin tahu karena takut jawabannya akan menyakitiku. Aku bahkan tidak tahu apa yang bisa dia katakan sehingga bisa menyakitiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Thorns: Dara's Love Journey #1
Romans❗WARNING ADEGAN DEWASA DI BEBERAPA BAGIAN❗ *belum revisi Dunia tidak bersahabat bagi seorang wanita dengan payudara yang besar. Seperti itulah yang Dara pelajari dari kehidupannya. Bahkan melihat ketulusan pun menjadi sulit. Sampai dia bertemu kemba...