Bab 18

770 88 71
                                    

Dia menelan es krimnya lalu menegakkan posisi duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menelan es krimnya lalu menegakkan posisi duduknya. “Tidak ada. Dia hanya kebetulan bertemu temannya di restoran ini juga tetapi ia baru menyadari keberadaan kita saat akan membayar.” Jelasnya.

Aku ingat satu hal lagi tentang membayar. “Aku akan membayar makanan yang aku makan.” Kataku mendapat balasan sorotan mata polos darinya.

“Tidak. Ini adalah bentuk permintaan maafku karena sudah menguncimu. Aku yang akan membayar untuk malam ini.” Dia melambaikan tangannya di depan dada bidangnya menunjukkan ketidak setujuannya.

“Tidak masalah. Aku tidak ingin merepotkanmu. Lagipula aku masih punya uang.” Harga diriku tidak akan mundur jika menangkap ia berusaha menganggap remeh aku.

“Kau sama sekali tidak merepotkanku. Malah aku yang merepotkanmu. Kau sudah membersihkan kamar mandiku.” Telapak tangannya menunjuk ke tengah dadanya dengan sopan. Bagaimana dia bisa tahu? Aku memang membersihkan kamar mandinya tetapi aku tidak melakukan banyak hal.

“Aku hanya membersihkan kekacauan yang kubuat di kamar mandimu saat aku mandi. Aku hanya mengelap cermin kaca yang berembun karena aku menggunakan air hangatnya. Itu saja.” Kataku. Itu bukanlah hal yang patut membuatnya berterima kasih padaku dengan membayar makanan mahalku. Mungkin ini tidak seberapa untuknya tetapi aku tidak ingin dia membayar untukku. Sungguh.

“Kau juga merapikan tatakan sikat gigiku.” Aku melebarkan mataku menatapnya karena terkejut. Dia bahkan tahu itu? Bagaimana bisa?

“Itu bukan apa-apa.” Aku kembali membantah. Kini giliranku yang melambai padanya sebagai bentuk ketidak setujuanku.

Dia menangkap pergelangan tanganku. “Dara.” Dia menyebutkan namaku membuatku terdiam.

“Ya.” Aku menjawab.

“Biarkan aku membayar untuk malam ini.” Katanya sambil menatap lurus ke dalam mataku. Tatapan yang tegas namun membujuk. Ditambah suara lembutnya seperti menghipnotisku.

Aku menhembuskan udara keluar lewat mulutku. “Baiklah.” Aku mengangguk menandakan bahwa aku mengalah padanya. Aku akan membiarkannya menang kali ini. Mungkin makanan mahal ini setimpal dengan aku yang kelaparan seharian ini. Setelah itu, dia melepaskan tanganku dengan canggung dan kembali bergeser meluruskan posisi duduknya.

“Bagaimana dengan makananmu? Apa kau menyukainya?” ia bertanya di sela-sela menyendok kembali es krim coklatnya.

“Apa jika ku katakan ‘makanannya sesuai seleraku’ terlalu berlebihan?” Aku bertanya. Aku tidak melanjutkan memakan es krimku lagi karena mengamatinya makan menjadi lebih menarik daripada berusaha menggodanya. Kerutan muncul diantara kedua alisnya ketika dingin dari es menyerang mulutnya. Kemudian otot rahangnya mengeras ketika ia sedikit mengunyah atau menyesuaikan mulutnya dengan suhu es-nya. Bahkan bibir merah mudanya yang tipis mengatup saat ia menelan dinginnya es krim terlihat menarik menarik. Banyak hal tentang pria ini yang membuatku merasakan sesuatu bukan hanya tentang seks. Aku merasa seperti akan terluka sangat parah jika aku tetap berusaha bersamanya walaupun hanya untuk hubungan fisik. Tetapi hatiku yang sangat tahu hal itu malah tidak ingin mundur.

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang