Bab 23

1K 70 58
                                    

Aku tidur telanjang setelah Alex pergi pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidur telanjang setelah Alex pergi pagi ini. Sepertinya aku tidak butuh pakaian untuk sisa hariku di sini. Aku akan telanjang setiap saat menantikan kapan Alex pulang, karena jika ia pulang ke apartemennya maka yang ia butuhkan adalah berhubungan seks denganku. Aku ingin dia tahu aku selalu siap untuk itu. Lagipula telanjang membuat kami bisa menghemat waktu dan dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk langsung menuju intinya.

Aku baru akan menuju ke kamar mandi ketika ponselku berdering. Nama Efran muncul di layar.

Aku mengeryitkan alisku. Efran baru menghubungiku sekarang sejak terakhir kali ia mengantarkan dan meninggalkan koperku di depan pintu tempat Bianca.

Aku membiarkan sampai deringnya berhenti, lalu menunggu pesan masuk darinya yang mengatakan alasan mengapa ia menelepon. Tetapi tidak ada satu pesan pun yang masuk.

Ketika aku akan menaruh kembali ponselku, dering panggilan masuk kembali berbunyi. Efran menelepon lagi, dan aku tidak ingin menjawabnya lagi. Aku masih belum siap mengatakan padanya atau bahkan pada ibu maupun Bianca tentang keberadaanku sekarang. Terutama ibuku.

Dering kembali berhenti. Lalu dalam hitungan detik berdering lagi. Aku menatap kesal pada ponselku tetapi segera kekesalan itu menghilang. Kali ini Alex yang menelepon.

Aku dengan cepat menggeser untuk menjawab panggilan teleponnya. Aku senang aku tidak membanting ponselku karena kesal pada Efran.

"Kau sudah bangun?"

Selalu itu yang ia tanyakan saat aku menjawab teleponnya, membuatku tersenyum dengan sikap konsistennya.

"Ya. Aku bangun dengan telanjang di atas kasur di tempat tidurmu." Aku mengatakannya berharap bayangan tubuh telanjangku melintasi pikirannya saat ini.

Dia terkekeh dari ujung panggilan. "Kau sudah makan siang?" tanyanya.

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku sehingga aku bisa melihat jam berapa sekarang, lalu kembali menempelkannya lagi ke telingaku.

"Aku melewatkan makan siangku." Kataku lemah. Sekarang sudah jam tiga sore.

"Kau pasti lapar. Aku akan pesankan makanan untukmu." Katanya. Aku membelalak lalu seperti dia dapat melihatku, aku melambaikan tangan melarangnya melakukan itu.

"Tidak. Aku punya banyak bahan makanan di kulkasmu yang harus aku habiskan segera." Aku menjawab dengan tegas. Sudah cukup yang ia lakukan, tidak perlu menambah bebanku lagi.

"Baiklah." Sahutnya setuju.

"Bagaimana dengan makan siangmu?" Tanyaku. Jika mengingat kembali percakapan melalui telepon kami, hanya dia yang terus menanyakan tentang apa yang aku lakukan.

"Aku sudah makan bersama teman-temanku." Jawabnya.

"Kalian pasti sangat sibuk. Bagaimana bisa kau menemukan waktu untuk meneleponmu?" Aku bertanya karena benar-benar ingin tahu. Aku tidak pernah cocok dengan organisasi semacam ini. Tetapi Alex bahkan masih menyempatkan diri meneleponku bahkan pulang kembali ke apartemennya. Ia mengatur dan memanfaatkan waktunya dengan baik.

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang