Bab 36❗

3K 51 8
                                    

Aku merasakan keputusasaan dalam ciuman Alex yang semakin menggerogoti tubuhku hingga klit-ku berdenyut sangat keras di antara kedua kakiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merasakan keputusasaan dalam ciuman Alex yang semakin menggerogoti tubuhku hingga klit-ku berdenyut sangat keras di antara kedua kakiku. Lidah kami mencari dan menari sementara tangan kami berjuang melepas tiap helaian kain dari yang menutupi tubuh kami. Aku berhasil melepaskan kemeja Alex dengan menariknya ke atas keluar lewat kepalanya. Aku lalu dengan cepat melepaskan kancing dan ritsleting celana Alex dengan satu tangan. Sedangkan tangan Alex mulai menarik turun rok beserta celana dalamku hingga tertumpuk di lututku yang masih tertekuk, masih menyisakan kaus di tubuhku.

Kami melepaskan ciuman kami secara bersamaan lalu mengurusi pakaian kami masing-masing. Alex menarik turun dan meleparkan ke sembarang arah celana jeans dan boxernya, setelah itu kembali ke posisi berlutut di atas kasur. Aku menarik turun rok dan celana dalamku, mengerang saat rokku tersangkut dan melilit kakiku. Karena merasa aku terlalu lama, Alex menarik lenganku lalu dengan kedua tangannya ia melepaskan rokku dari kakiku.

"Maaf," ucapku dengan nafas tersengal-sengal.

Alex tidak memperhatikan apa yang aku katakan, dia malah meremas kain kausku tepat di tengah belahan dadaku lalu menarik tangannya dengan arah berlawanan dengan sangat kuat. Alex menyobek kausku, lalu melemparkannya ke sembarang arah. Aku membuka mulutku terkejut akan kekuatannya. Alex lalu meraihku lebih dekat padanya, memelukku sehingga ia bisa meraih ke belakang, ke punggungku untuk melepaskan pengait braku. Aku merinding merasakan udara malam mengelus seluruh tubuhku yang kini telanjang tanpa sehelai kainpun di hadapan Alex yang sama telanjangnya.

"Alex, di luar ada kak Citra," kataku lebih seperti memberitahunya daripada memperingatkannya. Karena dia tahu ada orang selain kami di rumah ini yang mungkin akan menyadari kami menghilang. Tetapi aku juga tahu baik dia maupun aku tidak akan melewatkan kesempatan ini, meskipun dengan alasan yang sangat berbeda.

Aku melepaskan pelukan kami, lalu aku meraih ke atas meja tali rambut. Aku mengumpulkan dengan kedua telapak tanganku semua rambutku, mengangkat tinggi rambut panjangku lalu memelintir dan menyanggulnya sedikit longgar tepat di belakang kepalaku. Aku ingin menunjukkan diriku sepenuhnya tanpa terhalang helaian rambut panjangku yang kadang menutupi pandangan Alex bahkan pandanganku. Jika ini yang terakhir kalinya, aku ingin Alex menyentuh tubuhku seluruhnya, menciumi tubuhku seluruhnya.

"Aku akan berusaha mempercepat sehingga kita dapat selesai sebelum dia menyadari ketidak hadiranku," ucapnya terdengar menjanjikan. Aku mengangguk pelan menyetujui apapun yang dia maksudkan.

Aku menoleh kembali pada Alex, dan dia sudah siap dengan kemaluannya yang besar terbungkus bahan lateks kondom. Aku merangkak mendekat padanya lalu dengan cepat Alex menarikku ke dalam pelukan sehingga tubuh kami kusut satu sama lain. Masih dalam posisi duduk dengan lutut terlipat, Alex lalu mengangkatku ke pangkuannya. Aku duduk seperti sedang jongkok dengan kedua lututku mengapit pinggangnya.

"Ah..."

"Ah..."

Kami mengerang bersama-sama ketika vaginaku menelan kemaluannya seutuhnya saat aku menurunkan pantatku jatuh ke pangkuannya. Apapun bentuknya keadaan kami saat ini, rasanya sangat menyenangkan karena aku benar-benar terbuka sehingga seluruh panjang batangnya tenggelam di dalam diriku begitu mudahnya. Merasa butuh pegangan aku melingkarkan tanganku di lehernya, dan menyandarkan daguku di bahunya, membuat payudaraku menempel di dadanya. Sementara itu salah satu tangan Alex di pipi pantatku mengelusku, sedangkan tangan yang satunya lagi mengelus punggungku.

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang