Bab 11

1.1K 89 68
                                    

Delapan hari lagi waktu liburanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Delapan hari lagi waktu liburanku.

Aku berbaring terlentang di atas kasurku. Aku tidak memiliki rencana yang pasti hari ini, sehingga aku hanya berbaring setelah sarapan pagiku. Aku menyusuri kamarku dengan tatapanku berusaha menemukan sesuatu yang menarik untuk kulakukan.

Aku melihat ke mejaku, terdapat kertas putih dengan pensil disampingnya. Apakah aku harus menyentuh pensil bahkan saat ini liburanku?

Melukis adalah hobiku, aku cukup pandai melukis. Ketika akan melukis aku butuh insprasi. Aku juga butuh suasana dan perasaan yang tenang sehingga aku dapat menyelesaikan lukisanku. Aku butuh menyiapkan diri dengan baik.

Tetapi perkuliahan memaksaku untuk melukis bahkan disaat aku sedang tidak ingin melukis. Aku juga merasa dipaksa untuk segera menemukan inspirasi ketika aku bahkan hampir tidak punya waktu untuk mengerjakan semua tugas-tugasku. Aku harus melukis sesuatu namun disaat yang bersamaan aku harus melukis hal lainnya. Terima kasih pada perkuliahanku sehingga aku banyak menghasilkan lukisan yang tidak sepenuh hati kukerjakan.

Hidup dari hobi terdengar menyenangkan, tetapi jangan pernah menjadikan hobimu sebagai pekerjaanmu. Kau akan kehilangan rasa cinta pada hobimu itu secara perlahan, dan membuatku menghindarinya.

Alex lebih baik daripada aku. Ia masih bisa mencintai hobinya. Sedangkan aku bahkan kehilangan satu-satunya hobiku karena tekanan. Tetapi karena hanya itulah yang dapat aku lakukan dengan sangat baik, aku, sebesar apapun tekanannya akan aku atasi walaupun rasanya seperti harus hidup bersama tanpa cinta.

Aku bangun dari kasurku dan memutuskan untuk membeli sesuatu di toserba. Aku sedang ingin mengunyah, dan itu yang akan aku lakukan hari ini.

Ketika tiba di toserba terdekat aku kembali tidak tahu apa yang harus aku beli. Aku ingin memakan semuanya tetapi juga tidak ingin. Aku menggelengkan kepalaku. Setidaknya aku harus menemukan sesuatu yang bisa membuatku merasa lebih baik. Mungin coklat. Atau sesuatu yang menyegarkan.

Aku menoleh dan mataku menangkap lemari penyimpanan es krim. Sepertinya ini yang aku butuhkan. Aku bergegas menuju lemari itu dan memutuskan mengambil es krim coklat dalam cup ukuran jumbo. Aku akan menghabiskan waktuku seharian ini untuk menghabiskan es krim cup ini.

Aku menuju ke kasir untuk membayar ketika seseorang yang tidak asing wajahnya melewatiku.

“Dino,” Aku memanggil setelah berhasil mencocokkan wajah dan namanya.  Terkadang aku mengingat wajahnya tetapi tidak ingat namanya. Kadang sebaliknya. Untungnya aku berhasil mengingat wajahnya sekaligus namanya.

Dia berbalik lalu terbelalak kaget melihatku.

“Dara?” dia menunjuk padaku. suaranya begitu terdengar lantang sehingga beberapa menoleh pada kami. Ia pun mendekatiku.

“Tidak ku sangka akan bertemu disini.”

Dino adalah teman baikku sejak kecil bersama Bianca. Terjadi sesuatu dan dia pindah ke luar negeri saat kelas sebelas, meninggalkan aku dan Bianca.   

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang