Bab 34

524 70 50
                                    

Aku menatap ke kursi di depanku lalu tiba-tiba dengan cepat Alex menarik keluar kursi itu dan langsung duduk di hadapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap ke kursi di depanku lalu tiba-tiba dengan cepat Alex menarik keluar kursi itu dan langsung duduk di hadapanku. Aku melebarkan mataku melihat sosok indahnya dari depan. Tetapi kali ini giliran dia yang tidak menatap padaku, malah menatap ke arah kak Citra membagikan kotak makanan di atas meja.

Efran berdehem kasar di belakangku, lalu bergerak dan mengambil tempat duduk di sebelahku. Efran sepertinya mulai kesal karena aku tidak menepati janjiku padanya. Dia membuatku berjanji untuk meninggalkan Alex saat masih di rumah sakit kemarin. Aku ingat janji itu, tetapi aku ingin dia mengerti bahwa aku juga butuh waktu.

Bianca menerobos masuk dari depan pintu dengan menenteng tas selempang, tas ransel, syal, botol minum, jaket, bahkan ia juga membawa sandal jepitku di tangannya bersama dengan barang-barang lainnya.

"Maafkan aku. Aku akan menaruh ini ke kamar sebentar lalu aku akan membantumu," katanya ketika ia melihat kak Citra menyiapkan makanan kami sendirian.

"Tidak masalah. Aku bisa atasi ini," sahut kak Citra terdengar sangat positif. Dia memanglah seorang yang sangat positif, penuh kebaikan hati.

Bianca mengangguk padanya. "Kamarmu?" Dia bertanya padaku saat kami saling memandang.

"Kamar ibu," jawabku. Aku ingin punya alasan untuk kembali masuk ke kamar ibu. Alasan untuk membersihkan barang-barangku dari kamarnya.

Bianca yang memang sudah tahu yang mana kamar ibuku bergerak semakin cepat karena beratnya barang bawaannya.

Kak Citra hampir selesai menghidangkan makanan di hadapan kami. Dia membuka kotak makanan dengan rapi lalu membagikan lauk dan sayuran di tiap-tiap kotak di depan kami.

"Bisa tolong tambahkan sayur cap cai untuk Bianca? Itu kesukaannya." Efran menunjuk ke kotak di depanku.

Alex seketika beralih pandangannya padaku. Aku berkedip beberapa kali melihat kecemburuan dari sorot matanya. Aku tidak bisa menyalahkan apa yang Efran katakan walaupun sekarang aku tidak menyukai sayur cap cai seperti dulu. Tetapi aku bisa menyalahkannya karena ia membuat Alex cemburu, membuat Alex merasa berkecil hati. Padahal tidak seharusnya Alex seperti itu. Sorotan matanya membuatku mengharapkan apa yang adalah bukan untukku tetapi untuk wanita lain. Kecemburuan itu. Aku tidak suka berharap seperti itu karena mengingatkanku pada ibuku dan bagaimana harapannya itu berakhir.

"Benarkah? Alex juga dulu sangat suka cap cai apalagi jika aku yang membuatkannya tetapi sekarang dia tidak lagi menyukainya. Mungkin karena dia bosan selalu aku buatkan cap cai saat tidak tahu harus memasak apa untuknya," jelas kak Citra panjang lebar.

Aku tidak mengharapkan penjelasan seperti itu darinya, karena sekarang aku merasakan kecemburuan juga mulai mengaliri darahku. Aku bukan siapa-siapa sehingga aku tidak layak untuk cemburu pada saat-saat yang mereka lewati bersama. Tetapi disinilah aku, berusaha menenangkan diriku agar tidak menunjukkan kecemburuanku dengan jelas di mataku.

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang