Epilog

1.5K 54 8
                                    

Tiga bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan kemudian

"Halo," sahutan terdengar dari ujung telepon. Bianca menyahutiku dengan semangat.

Aku menunduk menatap gelas berisi air minum di hadapanku. "Hai, kau dimana?" tanyaku.

"Aku sedang bersama teman-temanku."

Setelah dia menyelesaikan kalimatnya, aku mendengar ramai suara tawa di belakangnya. Suatu pertanyaan muncul dalam pikiranku. 'apakah ada Alex juga?' tetapi aku menggigit bibirku dengan kuat, menahan diriku agar tidak menjatuhkan pertanyaan itu.

"Ada apa, Ra?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku pelan, berusaha menyadarkan diriku bahwa Alex bukanlah yang terpenting sekarang. "Kau tahu, aku merasa sangat hampa. Aku ingin menghibur diriku sendiri, tetapi tidak tahu caranya. Aku ingin mendengar pendapatmu." Bianca satu-satunya yang belum tahu tentang kehamilan kak Citra dan juga apa yang terjadi antara aku dan Alex. Aku bahkan tidak ingin dia tahu.

"Hmm." Dia bergumam dengan keras. "Sepertinya kau cukup bosan sendirian di sana, bukan?" dia terkekeh pelan.

Aku tidak bosan, aku hanya tidak tahu untuk apa aku menjalani hidupku. Aku belajar, hanya untuk menyenangkan ibuku yang bahkan sudah meninggal. Aku tidak punya tempat untuk kembali karena rumah berisi kenangan tentangnya pun sudah musnah.

"Aku tidak tahu. Aku merasa ingin melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus aku lakukan," jawabku.

"Dara, aku menduga kau lelah dengan perkuliahanmu. Sudah ku katakan untuk jangan terlalu memaksakan dirimu, bukan? Pergilah bersenang-senang sesekali. Jika kau bertanya tentang pendapatku, maka menurutku kau perlu mencari alkohol, pria dan seks sesekali," katanya.

Aku memejamkan mataku. Kata seks membawa sosok Alex kembali ke benakku. Sangat sulit menyingkirkannya dari diriku.

"Baiklah." Seharusnya aku tahu apa yang akan dia katakan sejak awal. Dia ratunya pesta dan bersenang-senang, dia sudah pasti akan menyarankan hal-hal itu padaku.

"Kau melupakan nikotin," teriakan samar salah seseorang dari belakang Bianca.

"Dia bukan perokok, kau sialan." Bianca menyahuti temannya itu. Kekehan kembali terdengar dari teman-temannya. "Dara, kau masih mendengarku?" tanya Bianca padaku.

"Ya. Aku harus mematikan teleponnya sekarang. Semoga kau menikmati malammu," kataku, lalu tanpa menunggu sahutannya, aku menggeser untuk mematikan panggilannya.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang