Bab 33

474 76 65
                                    

Waktu memang tidak bisa ditebak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu memang tidak bisa ditebak. Waktu membuatku kehilangan ibuku seperti dalam hitungan detik. Waktu pun membuatku menyadari aku harus merelakan Alex juga sekarang. Walaupun aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku, tetapi sudah cukup aku mengambil resiko sejauh ini. Aku tidak ingin menjadi serakah dan kehilangan lebih banyak hal dalam hidupku. Meskipun tidak banyak hal yang aku miliki dalam kehidupanku, tetapi setidaknya aku masih memiliki diriku sendiri.

Setelah selesai dari rumah duka, aku kembali ke rumahku. Tidak hanya aku, Efran dan Bianca sudah pasti masih menemaniku, tetapi yang tidak ku sangka-sangka adalah Alex dan kak Citra pun mengikuti kami. Kak Citra bahkan sudah memesankan makan malam untuk kami bahkan makanan yang dipesan mendahului kami tiba di rumahku.

Efran mematikan mesin mobil ketika kami sudah tiba di depan rumahku. Rumah yang sangat sederhana bahkan tanpa halaman sehingga mobil Efran dan Bianca biasanya akan berhenti di pinggiran jalan.

Aku duduk bersandar pada pundak Bianca di kursi penumpang mobil Efran, sedangkan Efran yang menyetir.

Bianca menghembuskan nafas frustasi. "Sial. Mengapa mereka sangat ingin mengikuti kita? Aku yakin akan sangat canggung jika kita berkumpul bersama."

Aku dengan ekor mataku secara tidak sadar menatap ke kaca spion mobil di depan dimana mataku bertemu Efran yang juga menatapku melalui kaca itu. Dia seperti berusaha menunjukkan bahwa Alex memang sengaja mengikuti kami karena aku. Aku tahu itu. Selain kak Citra yang beralasan bahwa dia sebagai perwakilan dari rumah sakit langganan ibuku ingin menghiburku. Sedangkan alasan Alex benar-benar tidak dapat kumengerti, dia mengatakan karena kak Citra ingin ikut, dia pun akan ikut karena mereka datang bersama ke rumah duka. Setelah kupikirkan lagi, sepertinya aku bisa mengerti apa yang terjadi, Alex hanya berusaha bertanggung jawab terhadap kak Citra.

"Bagaimana menurutmu, Ra?" Efran bertanya.

Menyerahkan keputusan final padaku adalah langkah yang salah karena aku sangat ingin mengusir mereka. Tetapi aku terlalu lemah untuk bisa meladeni keingintahuan kak Citra jika aku mengusir mereka sekarang. Dia pasti akan bertanya dan bertanya terus sampai aku mungkin secara tidak sengaja mengatakan bahwa aku tidak ingin melihat mereka berdua bersama. Alasannya jelas, karena hatiku sakit melihatnya.

"Biarkan saja mereka. Aku lelah. Aku tidak ingin ada keributan," jawabku dengan suara lemah.

"Tetapi kau harus ikut makan juga, Ra. Aku tidak ingin kau tidur dengan perut kosong," sahut Bianca memperingatiku. Aku belum makan hampir seharian ini. Terakhir kali aku makanan adalah malam kemarin sebelum ibu meninggal, di kantin rumah sakit, bersama Efran.

Aku mengangguk pelan sebagai tanda aku mengerti apa yang diinginkan Bianca dariku. Efran lalu turun, mengitari depan mobilnya hingga ia tiba di depan pintu mobil di sampingku. Efran membuka pintu mobil lalu menahan lenganku dengan sedikit mengangkatku sehingga aku bisa turun dari mobilnya. Sebenarnya aku masih bisa berdiri dan berjalan sendiri tetapi aku ingin menerima perhatiannya kali ini.

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang