Prolog

5.3K 159 56
                                    

‘Melakukan kesalahan membuatku mengenal kata maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

‘Melakukan kesalahan membuatku mengenal kata maaf.
Melalui kata maaf aku memperbaiki kesalahan.’

Kalimat itu tidak sengaja aku temukan ketika sedang berselancar di internet. Aku sedang mencari referensi untuk tugas kuliahku. Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku merasa tertarik pada kalimat itu. Padahal aku tidak merasa telah melakukan kesalahan apapun, tetapi kalimat ini seperti menguatkanku.

Aku menggelengkan kepalaku. Ini bukan saatnya untuk teralihkan, karena masih banyak tugas kuliah yang harus aku selesaikan malam ini juga.

Dret… dret… dret…

Handphoneku bergetar di atas meja, di samping laptopku. Aku memejamkan mataku berusaha tidak menyemburkan amarah. Siapapun peneleponnya sebaiknya dia menyampaikan sesuatu yang benar-benar darurat, karena aku tidak punya banyak waktu sampai deadline pengumpulan tugas-tugas, tetapi masih harus meladeni telepon darinya.

Aku mengangkat handphoneku, lalu menghembuskan nafas keras. Bianca, si pengacau kelas berat. Dia selalu tahu kapan harus mengacaukan pikiranku, dan membuat hidupku benar-benar berantakan. Hidup dimana aku harus mengangkat telepon darinya walaupun aku tidak ingin diganggu siapapun sekarang. Dia sahabat yang seperti itu.

“Halo,” jawabku tepat ketika handphoneku tiba di depan telingaku.

“Ra, Kapan kau libur kuliah?” Tanyanya dengan sedikit berteriak karena suara keras dentuman musik di belakangnya. Dia sedang bersenang-senang di klub malam di saat aku sibuk membelalakkan mataku menatap layar laptopku.

Aku melepaskan kaca mataku. Kekesalanku memuncak sekarang tidak hanya karena Bianca tetapi juga karena tugas-tugas yang datang setiap kali mendekati akhir semester. “Sekarang tugas-tugas kuliahku menumpuk karena minggu depan adalah pekan ujian akhir semester. Aku tahu tugas-tugas ini adalah demi mempersiapkan jika kemungkinan terburuk yang terjadi. Jika mahasiswa tidak mendapatkan nilai yang cukup untuk bisa lulus mata kuliah tersebut. Aku tahu tidak semua dosen berpikir seperti itu, tetapi aku ingin berpikir seperti itu sebagai penyemangatku dalam menyelesaikan semua tugas tersebut.” Aku mengatakannya dalam sekali tarikan nafas. Bianca tidak memintaku untuk mengatakannya, tetapi aku benar-benar ingin mengeluhkan semuanya pada seseorang. Aku butuh melepaskan kekesalanku pada seseorang.

Bianca terkekeh. “Santai, Sayang. Kau bisa menendang kemaluan dosenmu dengan amarah sebesar itu.” Katanya.

“Dosenku seorang wanita.” Sahutku. Setidaknya yang saat ini sedang aku kerjakan tugas darinya adalah dosen wanita.

Bianca kembali terkekeh. “Maaf, Ra. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sangat merindukanmu. Aku harap kau bisa pulang liburan kali ini.” Katanya.
Aku menunduk, menatap meja dengan pikiranku kembali teringat akan ibuku yang juga mengharapkan aku untuk bisa pulang saat liburan kuliah. “Aku juga ingin pulang, tetapi biayanya tidak murah.” Sahutku.

“Benarkah kau ingin pulang? Aku akan meminta temanku untuk memesankan tiket pesawat untukmu. Efran juga baru saja memesan tiket padanya beberapa menit yang lalu. Kalian akan pulang bersama-sama, Ra.” Jelasnya.

Aku mengangguk. “Efran mengatakan padaku beberapa hari yang lalu bahwa dia akan pulang. Aku pikir dia bercanda, ternyata dia benar-benar akan pulang.” Aku mendenguskan kalimatku. Tingkatan orang kaya benar-benar berbeda. Mereka hanya perlu memikirkannya dan semuanya akan mereka dapatkan dalam hitungan detik.

“Baiklah, Ra. Aku senang bisa memastikan kau akan pulang, karena tidak hanya aku yang merindukanmu, ibumu juga pasti sangat ingin bertemu denganmu.” Katanya.

Aku menyunggingkan senyuman di sudut bibirku. Bianca bahkan memikirkan perasaan ibuku. “Bianca, terima kasih banyak.” Sahutku. Hanya terima kasih yang bisa aku ucapkan untuk semua yang telah aku terima karenanya.

“Tidak masalah. Pastikan kau mengabari ibumu. Beritahu juga Efran agar kalian bisa mengurusi keberangkatan kalian bersama.” Lanjutnya. “Aku harus mematikan teleponnya sekarang, Ra. Mataku baru saja menangkap seorang pria tampan.” Dia benar-benar tidak peduli pada apapun selain pria. Dia lalu mematikan sambungan teleponnya.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang