Bab 22 ❗

3.1K 63 5
                                    

"Ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ra." panggilan lembut Alex membangunkanku.

Setelah kami berhubungan seks di depan pintu, Alex menggendongku ke tempat tidurnya. Kami pun tertidur dengah masih tidak mengenakan apapun hanya selimut yang menutupi kami sampai ke leher.

Membuka mataku perlahan mendapati Alex dengan rambut panjangnya hampir menutupi matanya. rambutnya basah menetes ke bantal di sampingku. Aku menoleh lagi ke arah jendela besar kamarnya. Diluar masih gelap.

Aku duduk di tempat tidur dengan tanganku menahan selimut tetap menutupi dadaku.

"Kita perlu bicara." Katanya, mengelus pipiku lembut lalu berjalan keluar kamar.

Aku meraih ponselku. Sekarang masih jam lima pagi. Mengapa dia membangunkanku sekarang? Apa lagi yang ingin ia bicarakan.

Aku menoleh dan mendapati bathrobe-ku di sisi lain tempat tidur. Kami meninggalkan pakaian kami tergeletak di depan pintu saat kami berpindah ke tempat tidur. Alex membereskan semuanya, termasuk bathrobe-ku.

Aku mengenakannya kembali dan mengikat talinya di pinggangku.

Aku mendapatinya duduk di kursi meja makan dengan pandangan jatuh ke kedua tangan di atas pangkuannya.

Dengan jari-jariku, aku merapikan rambutku. Rambutku baru saja kering dan aku baru saja bangun dari tidurku. Aku mungkin terlihat berantakan sekarang. Tetapi dia bahkan sudah melihatku di saat yang paling berantakan, ketika orgasme menerjangku.

Aku duduk di kursi di depannya dan ia terkejut lalu mengangkat kepalanya menatapku.

"Ada apa?" Aku bertanya dengan pelan. Menahan senyum ternyata lebih susah dari yang aku bayangkan. Aku ingin tersenyum tersipu malu sekarang setelah apa yang kami lakukan di depan pintu tadi.

Dia mengerutkan alisnya. "Dara, beri aku kesempatan." Katanya setelah menghembuskan nafas keras.

Aku menatapnya dengan penuh pertanyaan. Apakah dia gugup sekarang? atau apakah dia merasa bersalah? Aku tidak dapat menebaknya. Karena dia terus mengusap telapak tangannya. "Alex," Aku memanggilnya dengan lembut.

"Sebelum kita berhubungan seks pertama kami di mobil hari itu, aku sudah sejak lama mengatakan pada diriku sendiri bahwa kau terlarang. Kau hanya untuk dilihat, bukan untuk disentuh. Aku mengatakannya berulang-ulang kali untuk mengusir bayanganmu dari pikiranku. Tetapi bukannya menghilang, aku malah semakin memikirkanmu bahkan memimpikanmu." Jelasnya.

Aku menegakkan posisi tubuhku. Aku bisa mengerti itu, karena aku juga sama sepertinya.

"Aku terus berusaha menjauhimu bahkan ketika kau menawarkan dirimu padaku." katanya. Dia kembali menundukkan kepalanya. "Karena aku takut. Jika aku menerima tawaranmu aku takut tidak dapat melakukannya dengan baik dan malah membuatmu pergi menjauhiku." Suaranya menjadi serak.

Aku mencondongkan tubuhku ke depan. Tanganku menyentuh pipinya dan mengelusnya perlahan.

Dia menatap lurus padaku dengan kerutan masih ada di alisnya. "kau selalu membuatku kewalahan. Keberadaanmu. Seks denganmu. Tetapi aku takut kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan dariku." katanya.

Rose Thorns: Dara's Love Journey #1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang