"Alex!" Aku membelalak terkejut karena apa yang baru saja terjadi, terjadi sangat cepat hingga aku bahkan tidak dapat berpikir. Aku hanya membeku di tempat dengan tanganku mengepal di sisi-sisi tubuhku.
Efran pun melangkah masuk. "Alex, kau brengsek!" katanya pada Alex. Aku lega Efran tidak kembali memukul Alex.
Alex menyentuh sudut bibirnya yang lecet dengan jari telunjuknya, kemudian dia meringis merasakan sobek di sudut bibirnya. Aku tidak tahu mengapa Efran semarah ini pada Alex, aku tidak mengerti Efran, tetapi apapun itu memukul Alex bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan.
Aku melangkah di antara mereka. "Ada apa denganmu, Efran?" kataku. Suaraku bergetar karena sorot mata penuh amarah dimatanya saat ia menoleh padaku. Tatapannya saja mampu membuatku turut merasakan panas emosinya.
"Kau sudah berjanji padaku akan meninggalkan dia, Ra!" kata Efran dengan keras tepat di depan wajahku. Aku terkesiap terkejut. Suaranya yang keras bahkan menembus gendang telingaku dan menggema di dalamnya. Aku bahkan merasa akan menangis karena belum pernah ada yang memarahiku sekeras ini.
"Ak... Aku..." Aku tergagap tidak tahu harus mengatakan apa, meskipun aku sudah memikirkan akan mengatakan bahwa kali ini yang terakhir.
"Apa yang ingin kau katakan, Ra? Aku bisa tahu apa yang baru saja kalian lakukan. Aroma seks semerbak sampai ke luar. Kalian bahkan berkeringat," kata Efran dengan masih berapi-api menunjuk padaku.
Air mata yang tergenang kini mulai menetes, dan aku menggigit bibir bawahku menahan agar aku tidak menjeritkan tangisan. "Aku... ini yang terakhir." Aku berhasil mengucapkannya meskipun dengan dadaku naik dan turun dan aku tercekat oleh perkataanku sendiri.
Efran mengeryit sangat dalam, lalu menyisir rambutnya ke belakang dengan telapak tangannya. Dia menghembuskan nafas frustasi denga keras. "Aku tidak pernah tahu kau bisa setidak tahu diri ini," katanya sambil menggelengkan kepalanya.
Air mataku kembali tumpah dari pelupuk mataku yang lain. Aku tidak tahu itu sampai kata-kata Efran memasuki kupingku. Sakit di dadaku mendengar apa yang dikatakannya, tetapi lebih sakit lagi karena aku menyadari bahwa aku benar-benar tidak tahu diri. Aku malu pada diriku sendiri. Aku mengerti semuanya, aku menyadari semuanya, tetapi aku tidak berpikir aku layak mendapat penghinaan seperti ini dari Efran. Jika dia marah karena berhubungan dengan Alex padahal Alex sendiri sudah tidak terikat pada kak Citra, lalu apa salahku? Atau, jika dia marah karena aku hanya wanita miskin yang berusaha mendekati temannya yang kaya raya lalu apa masalahnya? Karena semua kembali lagi pada Alex dan aku yang menjalaninya. Efran tidak berhak memarahiku bahkan menghinaku seperti itu.
"Dara tidak tahu, Efran." Alex bersuara dari belakangku. Aku mengeryit. Belum tahu apa? Mengapa perkataan mereka selalu seperti menyiratkan hal lainnya. Mereka tidak ingin ada yang menyadarinya tetapi mereka sendiri tidak berusaha menutupi dengan baik apa yang mereka sembunyikan. Aku muak dan aku ingin semuanya berterus terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Thorns: Dara's Love Journey #1
Romance❗WARNING ADEGAN DEWASA DI BEBERAPA BAGIAN❗ *belum revisi Dunia tidak bersahabat bagi seorang wanita dengan payudara yang besar. Seperti itulah yang Dara pelajari dari kehidupannya. Bahkan melihat ketulusan pun menjadi sulit. Sampai dia bertemu kemba...