Nayeon baru saja turun dari bus dan langkah kakinya membawanya ke sebuah danau yang tak jauh dari pemberhentian bus tersebut.
Mata Nayeon nampak berbinar menatap pemandangan di depannya, dengan langkah perlahan dia berjalan kearah dermaga dan berhenti tepat di ujung.
Nampak sebuah sampang yang bergerak indah diatas permukaan air danau, Nayeon melepaskan tali sampang itu dan menaikinya, dengan hati-hati dia mendayung sampangnya menyusuri danau, menatap langit yang sudah berwarna jingga memantulkan cahayanya diatas permukaan air membuat pemandangannya sangat indah untuk dilihat dengan mata telanjang.
Nayeon kembali mendayung sampangnya ke arah dermaga dan mengikat tali agar sampangnya tak pergi terbawa arus.
Nayeon duduk dan memeluk kakinya menatap ke arah langit di ujung sana, matahari dengan perlahan pamit membawa cahayanya yang indah dibalik bukit bukit yang menakjubkan di depan sana. Sebelum cahayanya benar-benar menghilang Nayeon menutup matanya mengingat semua moment yang mungkin tak akan mungkin kembali lagi, perlahan air matanya jatuh.
"Ibu maafkan aku" Ucapnya lirih
Dia suka menutup matanya, rasanya sangat tenang dan damai, memang hanya ada gelap disana tapi dia akan lebih suka itu dibanding penuh warna namun hanya akan membuat hatinya penuh dengan kesakitan.Nayeon membuka matanya dan yang dia lihat adalah pantulan bulan yang menyapa dirinya didalam air danau.
Nayeon menaruh kepala nya di atas lututnya dengan posisi masih memeluk lututnya.
Berulang kali Nayeon menghembuskan napasnya.
"Aku percaya hantu jadi buat kalian semua para hantu yang ada disini jangan menggangguku sekarang, jadi lebih baik kalian memperhatikan ku yang cantik ini di tempat kalian saja" Ucapnya menatap sekelilingnya yang nampak sangat sepi, sudah jelas hanya ada dia yang disana.
Ini bukanlah pertama kalinya Nayeon mendatangi danau ini tapi sejak kecil Nayeon bersama keluarganya akan melakukan camping disini bahkan terkadang mereka menginap disini namun itu tidak lagi setelah kematian ibunya, tapi Nayeon senang sepertinya warga sekitar merawat tempat itu dengan baik.
Nayeon menatap jam di pergelangan tangannya, dia kembali menghela napas berat dan bangkit dari duduknya setelah itu melangkah meninggalkan dermaga, perutnya sejak tadi minta di isi jika bukan karena perutnya Nayeon mungkin masih disini menikmati suasana malam hari.
*****
Kang Minhyuk menatap sebuah figura yang tersimpan rapi dia atas nakasnya, senyum itu adalah senyum yang dia rindukan.
Dia mengusap lembut figura itu dengan senyuman pedihnya
"Apa kabar? Kau pasti melihatnya dari atas sana kan?" Dia terdiam sejenak setelah itu senyuman manis hadir di wajahnya
"Hm dia manis ya sayangnya perasaanku hadir di waktu yang salah dan juga orang yang salah, tapi jika aku berhasil kau mau menerimanya kan? Ku harap aku berhasil"
Minhyuk melangkah menuju balkon kamarnya dan menatap langit yang tak berbintang
"Kau harusnya tidak masuk kedalam hidupnya Nay, kau membuatku bimbang, tapi maaf aku akan egois untuk kali ini, Maaf jika suatu saat aku akan menyakiti hatimu Nay, dan ku harap akulah yang bisa mengobatinya juga"
KAMU SEDANG MEMBACA
KELINCI NAKAL
Ficção Geral"Jika kau belum selesai dengan masa lalumu jangan membawa orang baru dalam kisah asmaramu"