Epilogue

406 40 18
                                        

Epilog

"Sayang, aku pergi ya. Kau tak apa 'kan menjemput Michaell sendiri?"

"Tidak apa-apa, pergilah, selesaikan pekerjaanmu." Wanita ini berucap sangat bijaksana. Michella telah menjadi seorang istri sekaligus ibu yang penuh pengertian. Tak heran jika suaminya, Zayn, begitu mencintainya dan rasa itu tidak pernah luntur hingga 10 tahun terakhir ini.

"Rasanya ingin sekali menghabiskan waktu hari ini bersama kau dan anak kita. Terutama ini adalah hari pertama Michaell di sekolah barunya."

"Aku pun berharap seperti itu. Tapi pekerjaanmu juga penting, bukan?" Ia tersenyum.

"Kau tahu? Aku tak pernah berhenti bersyukur dan ingin membanggakan kepada dunia bahwa aku memiliki istri yang sangat hebat." Zayn melingkari lengannya pada pinggang Michella. Mereka sama sekali tak berjarak, bisa saja kedua hidung itu bersentuhan.

Michella sendiri tak akan terkejut ketika Zayn melakukan hal ini karena ia sudah sangat sering berdekap hangat dengannya.

"Aku sangat suka mendengar kata-katamu, Zayn. Kau pun hal paling istimewa yang hadir di hidupku."

Untuk sesaat, waktu dapat berhenti ketika pasangan itu memadukan cinta mereka dalam ciuman hangat. Zayn selalu berkata jika ia mencium Michella, rasa strawberi manis selalu menempel pada bibirnya. Padahal wanita itu tidak pernah memakai lipstick perasa strawberi. Mungkin itu memanglah sensasi.

"Aku bisa berlama-lama melumat itu." Goda Zayn sambil tersenyum miring. Sekarang warna merah muncul di permukaan pipi Michella. "Kalau kau menghabiskan waktu untuk melakukannya, kapan kau akan pergi bekerja, tuan Malik?" Ucap Michella menunjukkan jam tangan pada tangan kirinya. "Baiklah, nyonya Malik, sekarang aku pergi. Tunggu aku ya, jangan lupa untuk menonton acaranya nanti." Zayn mencium kening sang istri kemudian memakai jaketnya dan berjalan ke pintu utama. "Sampaikan salamku pada yang lain, sayang!" Michella melambaikan tangan di ambang pintu. Bunyi klakson terdengar dan melesatlah Zayn ke jalanan.

Michella's POV

Aku menutup pintu lalu berjalan ke dapur. Jika kalian bertanya apakah kami selalu begitu? Jawabannya ya. Aku dan suamiku selalu melakukannya setiap ia akan pergi berkarir bersama band-nya, One Direction. Contohnya adalah tadi, pukul 12 siang nanti One Direction akan menghadiri acara talk show di salah satu stasiun tv. Dan sebelum itu, aku harus menjemput anakku, Michaell, pada pukul 11 dari sekolahnya.

Jujur aku tak pernah bosan atas rutinitasku sebagai istri dan ibu selama ini. Aku tidak memerlukan bantuan pembantu rumah tangga untuk mengurus segala yang ada di rumah ini, karena aku bahagia melakukannya sendiri demi suami dan anakku. Namun aku membutuhkan pak Ronald sebagai supir kami jika di antara aku dan Zayn tidak bisa mengantar-jemput Michaell ke sekolah. Tapi aku selalu mengusahakan untuk meluangkan itu di samping pekerjaanku sebagai kepala Restauran. Ya, aku memiliki restauran itali dan mengembangkannya hingga beberapa cabang.

"Ah, rasa haus ini sudah hilang." Kutaruh kembali jus jeruk itu ke dalam kulkas dan melangkah naik ke lantai atas, tepatnya ke kamar. Jam disana tertera pukul 10.00 baiklah, aku memiliki waktu 30 menit hingga pergi menuju sekolah Michaell.

"Mungkin tiduran sejenak?" Aku menatap kasur besar di kamar ini yang menjadi tempat tidurku bersama Zayn. "Sepertinya tidak. Okay, duduk saja." Ini bukanlah kursi dengan meja belajar seperti pelajar pada umumnya. Aku biasa membaca buku ataupun laporan dari setiap restauranku disini. Dan ini adalah keinginanku untuk menaruhnya di depan jendela besar seperti di kamarku dulu.

Sekarang aku teringat dengan banyak waktu yang aku habiskan untuk duduk di meja belajar dengan tatapan kosong yang menengadah ke langit melewati jendela itu. Pikiranku melayang bebas tak tentu arah. Itu saat aku hancur, merasa kehilangan teramat besar.

Ketika aku merasakan kesedihan yang tak pernah kualami sebelumnya. Ketika aku merasakan waktu berjalan begitu lambat hingga mungkin berhenti. Dan ketika aku mencari memori fraksi yang terbang ke langit.

Tak pernah kubayangkan, tak mugkin terpikirkan, yang paling kusayang selama ini telah pergi. Meninggalkanku sendiri untuk selamanya. Teman masa kecilku, cinta pertamaku, ciuman terakhirku, hilang dalam sekejap mata.

Bisa kau rasakan itu? Cinta ini, rindu ini, dan sayang ini masih hidup dalam diriku. Kala itu batinku dapat menjerit setiap waktu hingga emosiku memuncak. Semuanya tercurah langsung untuknya, untukmu, Niall-ku.

Dia Niall Horan yang selama ini selalu aku rasakan menjadi hal segala-galanya yang kumiliki. Bahagiaku, sedihku, tawaku, tangisku. Apapun itu kujalani bersamamu. Tapi mengapa aku tak bisa mendapatkannya lagi? Kau tidak mengizinkanku untuk menjalani itu selamanya?

Air mata ini terkuras habis terutama ketika suratmu kubaca. Itukah surat perpisahanmu? Aku tak peduli dengan infeksi, luka, atau segala hal yang kau alami. Bisa kau menghapusnya? Dan ya, aku masih menyimpan kertas itu di dalam laci ini. Apa suamiku tahu? Tidak, benda itu tersembunyi rahasia dengan kunci yang kusimpan.

Kini hanya suratmu, kalung persahabatanku, dan kenangan kita yang aku miliki. Terimakasih atas segalanya, Niall-ku. Kau memanglah takdir yang tak bisa kucapai.

Ting..ting..

Bunyi jam menunjukkan pukul 10.30, tanpa sadar aku tenggelam dalam lamunan yang begitu lama. "Baiklah." Setelah mengambil tas, buru-buru aku keluar kamar menuruni anak tangga menuju pintu utama. Pak Ronald telah bersiap dengan mobil yang ia keluarkan dari garasi.

"Sudah, nyonya?"

"Iya, pak."

Ucapku setelah menutup pintu mobil. Aku menatap ke langit melalui kaca jendela. Awan putih dengan background biru menandakan cuaca yang cerah. Sekilas aku menemukan wajah tampan terlukis di atas sana. Senyumnya sangat kurindukan.

Ternyata aku masih mengingat semua memori itu. Benar-benar waktu yang berharga jika dilupakan. Karena melupakannya tidak akan bisa dilakukan dalam pikiranku, ia terlalu istimewa.

"Kau terlalu istimewa, Niall Horan."

**

Hey ketemu lagi;; gimana epilognya? kepanjangan kah? kurang greget kah? Maaf maaf kalau ga sesuai harapan. Format tulisannya juga aku ganti bukan mode convos lagi haha, satu lagi di cerita ini Zayn Malik masih jadi member 1D ya:" Gitu aja vomment dong, nantikan Unrevealed Scene nya segera:3

Gone ⇨ n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang