Happy Reading!
Di rumah sakit, Liam, Harry, Louis, dan Zayn terus menunggu Niall yang belum juga tiba. Seharusnya mereka sudah diusir oleh pihak rumah sakit karena sudah kelewat jauh dari jam besuk. Padahal hanya boleh sampai jam delapan malam. Tapi dokter mengizinkan mereka untuk tetap tinggal dan menjaga Niall.
Liam: jam berapa sekarang?
Harry: hampir sebelas..
Liam: ya Tuhan, dimana anak itu..
Belasan kali Liam menanyakan tentang jam. Berulang kali Liam mondar-mandir tak karuan. Ia sangat khawatir akan Niall yang belum juga sampai. Liam paling benci kalau dibuat khawatir akan sesuatu, terutama menyangkut keempat sahabatnya itu. Dan kali ini ia dibuat khawatir oleh Niall mengingat Niall memiliki penyakit serius.
Louis beranjak dari posisi duduknya karena ia mulai risih dengan Liam yang terus menerus mondar-mandir di depannya. Melihat-lihat ke luar jendela, menanyakan jam, menanyakan telpon pada Zayn. Mungkin rasa khawatirnya sudah diambang batas.
Louis: Li, duduklah yang nyaman, tenangkan dirimu. Aku tahu kau sangat khawatir dengan Niall, tapi berjalan tidak jelas seperti itu pun tidak berarti apa-apa. Jujur aku pusing melihatnya. Itu akan membuatmu semakin frustasi, Li.
Liam: tidak, Lou—
Louis: just sit and praying. Itu lebih baik.
Mau-tidak mau Liam menuruti ucapan Louis dan duduk di kursi diantara Harry dan Zayn. Harry terus mengetuk-ngetukkan kaki kirinya. Zayn terus mengotak-atik handphone-nya yang sedari tadi diperintah Liam agar selalu menghubungi Niall.
Liam: Zayn?
Zayn: tidak ada satupun..
Ya, tak satupun telpon Zayn yang diangkat oleh Niall. Ia juga tahu kalau handphone Niall pasti sudah mati, karena tiga telpon terakhir mengatakan bahwa 'tidak dapat dihubungi'.
Zayn: hm, aku keluar dulu, ya. Kalau ada kabar akan segera kuhubungi kalian.
Hary dan Louis mengangguk sedangkan Liam terus menundukkan kepalanya. Hanya karena Niall ia dibuat depresi. Lalu Zayn pun pergi keluar rumah sakit.
...
Di perjalanan, ternyata Niall dan Michella terjebak dalam kemacetan yang luar biasa. Setidaknya sudah satu jam lebih semua mobil di lintasan itu sama sekali tak bergerak. Hanya bunyi klakson yang berlomba-lomba berharap kemacetan ini akan segera reda.
Mi: jam sebelas tepat, Niall.
Niall: ugh, ayolah..
Mi: hm, sepertinya sudah mulai terkendali.
Niall: oh akhirnya..
Niall dan Michella benar-benar bersyukur. Mungkin hal ini yang dirasakan oleh setiap pengemudi di jalan itu. Dalam keadaan yang mulai mengantuk, gerah, risih, Niall mulai melajukan mobilnya. Ia berharap tak ada lagi kemacetan. Oh ayolah, apa yang membuat malam-malam begini macet hingga satu jam?
Mi: percepat sedikit ya, Niall. Aku benar-benar mengantuk.
Niall: iya, La. Aku pun merasakan hal yang sama. Pasti the boys sangat khawatir. Ditambah dengan handphone-ku yang lowbat dan, oh hebat, sekarang ia sudah mati.
Mi: hm, milikku juga, Niall..
...
Zayn berjalan hingga gerbang rumah sakit. Sepanjang jalan tadi pun tak hentinya ia memikirkan soal Niall. Mengapa anak itu, mempunyai penyakit serius tapi malah membuatnya semakin aktif? Bikin frustasi rasanya.
Zayn merasakan serat dalam kerongkongannya. Mungkin ia harus minum sesuatu. Tapi untuk Zayn, air putih saja belum cukup dalam suasana seperti ini. Akhirnya Zayn memutuskan untuk pergi ke starbucks.
Kedai starbucks terdekat di sekitar sini kurang lebih 500 meter jaraknya dari rumah sakit. Malas sekali Zayn harus menyetir di malam hari hampir tengah malam sebenarnya. Tapi ia juga tidak mungkin berjalan kaki karena suasana malam yang cukup dingin. Namun ia pun membutuhkan minum yang lebih dari air putih. Oke, menggunakan taksi sepertinya tepat. Ia tidak ingin berjalan kaki dan malas membawa mobil. Taksi pun cukup. Pertanyaannya, adakah taksi yang lewat disini semalam ini?
...
Mi: terimakasih untuk malam ini, Niall.
Niall: iya, segeralah istirahat. Sampai jumpa.
Mi: sampai jumpa..
Niall melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Jalanan sudah sangat sepi. Hanya satu-dua mobil yang lalu-lalang. Ia semakin mengantuk. Berharap kantuknya dapat reda beberapa saat agar konsentrasi menyetirnya tidak buyar.
Tidak. Semakin lama Niall semakin mengantuk. Perlahan matanya terpejam namun terbuka kembali karena ia merasakan mobilnya sedikit oleng. Berulang kali seperti itu. Tapi mau tak mau ia harus tetap menyetir agar cepat sampai rumah sakit.
...
Zayn: terimakasih pak, ambil saja kembaliannya..
Zayn keluar dari taksi yang sangat membuatnya bersyukur karena mungkin itu adalah satu-satunya taksi yang tersisa malam ini. Ia sampai di starbucks, dan....
Zayn: sial! Kenapa aku sangat bodoh? Tidak akan ada starbucks yang buka sampai tengah malam seperti ini. Sekarang aku harus mencari taksi lagi untuk sampai rumah sakit.
Stupid Zayn.
Zayn berdiri di depan kedai sturbucks yang sudah tutup itu. Lihat kanan-kiri berharap ada taksi yang dapat menyelamatkannya. Di kejauhan, dari arah rumah sakit terlihat sebuah truk yang cukup besar. Tidak, Zayn tidak mungkin men-stop sebuah truk. Di arah yang berlawanan ada satu mobil yang jaraknya masih jauh dari Zayn.
Zayn: mobil pribadi, hmm sepertinya itu mobil Range Rover. Bagus, aku bisa ikut dengan mobil itu.
Mobil itu mulai mendekat begitupun dengan truk dari arah yang berlawanan. Dan jika diperhatikan..
Zayn: sepertinya...
Niall sudah tidak kuat lagi. Ia benar-benar sudah sangat mengantuk. Beruntung ia sudah dekat dengan kedai starbucks yang dekat juga dengan rumah sakit.
Mata Niall yang sesekali terpejam sekarang terbuka lebar karena cahaya putih di depannya yang menyilaukan. Ia baru menyadari bahwa itu adalah truk yang cukup besar berjalan persis di depan mobilnya. Truk itu semakin cepat dan........
BRUGG !!!
Zayn: YA TUHAN!
...
Liam: guys!
Louis yang mengantuk dan Harry yang sudah setengah tertidur sontak kaget karena Liam. Liam, pria itu tidak mengantuk sedikit pun.
Harry: hm, ada apa, Li?
Liam: Haz, perasaanku tidak enak..
Harry: itu hanya perasaanmu saja, sudahlah berpikir positif, Li. Niall pasti kembali.
Liam: tidak, aku serius, perasaanku tidak enak.
Louis: oke-oke, apa yang kau rasakan?
Liam: Niall, terjadi sesuatu padanya..
Harry: sstt, kau tidak boleh berperasaan seperti itu, Liam.
Liam: okay, aku tidak boleh berperasaan seperti itu. Tapi ini yang kurasakan, Niall—
Suara telpon masuk dari handphone Harry. Segera ia lihat telpon dari siapa itu.
Harry: Zayn..
Ya, Zayn?
A-apa?
Ada apa?! Kau bicara apa, Zayn?!
Zayn, kumohon, aku tidak bisa menangkap suaramu dengan jelas.
Hallo?!
Ada apa dengan Niall?
APA?!
Vomment...?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone ⇨ n.h
FanfictionPLEASE, FOLLOW THE AUTHOR FIRST TO APPRECIATE THE STORY, THANK YOU. "Aku akui dengan senang hati bahwa aku mencintai gadis teman masa kecilku." - Niall.
